Siapa yang suka makan ikan mujair? Tahukah kamu bahwa ikan mujair sebenarnya adalah ikan air asin alias ikan laut. Ikan ini ditemukan di Indonesia oleh Mbah Moedjair pada tahun 1930-an di teluk Serang, sekitar 30 km dari rumahnya di dusun Papungan, Kec.Kanigoro, Blitar.
Tak ada yang mengetahui secara pasti dan detail bagaimana Mbah Moedjair menemukan ikan mujair. Pasalnya, ikan ini diketahui berasal dari perairan Mozambik, Afrika. Nama latinnya Oreochromis mossambicus. Dalam bahasa Inggris disebut mozambique tilapea, atau kadang java tilapea.
Ceritanya, suatu hari Mbah Moedjair diajak oleh kepala dusun untuk melakukan suatu tarekat di pantai Serang, sebuah teluk diselatan pantai Jawa. Disana mbah Moedjair menemukan ikan unik yang memakan anak-anaknya ketika ada ancaman atau bahaya dan memuntahkannya lagi ketika dirasa sudah aman. Karena penasaran Mbah Mujair membawa pulang ikan-ikan tersebut. Beliau berencana untuk mencoba memeliharanya di halaman rumah.
Ikan mujair, mirip ikan nila...
Usaha pertama gagal. Ikan yang dimasukan ke dalam gentong yang berisi air tawar mati tidak lama. Mbah Moedjair tidak berhenti, beliau mencoba mencampur air laut dan air tawar dengan mengurangi kadar air laut dan menambah takaran air tawar secara bertahap. Untuk itu beliau bolak-balik ke teluk Serang dengan berjalan kaki, menempuh waktu 2 hari 2 malam melewati hutan belantara dan akses jalan yang sulit untuk mengambil spesies ikan ini yang ditempatkan kedalam wadah tanah liat.
Saat akan membawa pulang ikan tersebut, Mbah Moedjair memasukkan ikan tersebut ke dalam gentong yang terbuat dari tanah liat. Ia mencampur air laut dan air tawar ke dalam gentong tersebut. Secara bertahap, Mbah Moedjair mengurangi jumlah air laut dan menambah jumlah air tawar.
Setelah 11 kali percobaan, akhirnya empat ekor ikan sanggup hidup di air tawar. Percobaan ini berhasil dilakukan pada 25 Maret 1936. Pada akhirnya, Mbah Moedjair berhasil memelihara ikan tersebut di kolam pekarangan rumahnya. Budidaya terus dilakukan. Dari satu kolam menjadi tiga kolam, hal ini membuat Mbah Moedjair terkenal. Ikan dibagikan ke tetangga dan dijual keliling memakai sepeda kumbang.
Oleh karena keberhasilannya tersebut, Mbah Moedjair dikenal di seluruh daerah Jawa Timur. Keberhasilannya saat itu juga didengar oleh asisten residen atau penguasa daerah Jawa Timur pada zaman penjajahan Belanda. Asisten residen memberi nama ikan tersebut dengan nama ikan mujair, untuk menghormati Mbah Moedjair sebagai penemu ikan tersebut. Menurut harian Pedoman edisi 27 Agustus 1951, pemerintah Hindia Belanda mengapresiasi usaha budidaya Mbah Moedjair dengan pemberian santunan Rp.6 perbulan.
Saat pendudukan Jepang ikan Mujair semakin populer karena pemerintah Jepang memerintahkan untuk membawa ikan mujair keseluruh daerah untuk dikembangbiakan dalam tambak-tambak. Beliau kemudian diangkat sebagai pegawai negeri oleh Jepang. Mbah Moedjair banyak menerima penghargaan karena keberhasilannya dalam menemukan ikan mujair. Penghargaannya juga datang dari tingkat nasional.
Mbah Moedjair wafat pada 7 September 1957 karena penyakit asma. Pada batu nisannya tertulis 'Moedjair Penemu Ikan Moedjair'.
Semoga Mbah Moedjair menikmati amal Jariyahnya kini, pahala yang terus mengalir hingga hari kiamat karena ilmu dan manfaatnya terus dirasakan oleh manusia.
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain." (Hadist riwayat ath-Thabari)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vitamin Life
Non-FictionTulisan mengenai hal menarik yang ingin saya ketahui dan bagikan. Menulis untuk mencerdaskan diri sendiri, dan orang lain. #30harikonsistenmenulis