06. Rahasia dan Masalah

130 15 0
                                    

Mozza bersedekap dada, "Apa?"

"Balikin! Itu punya gue!"

"Punya lo, ya? Waw tapi sekarang ini punya gue," Mozza terkekeh geli.

Gadis itu menatap sinis Mozza, tangannya masih berusaha merebut kertas itu. Namun, lagi-lagi usahanya sia-sia. "Sorry ya, Mba ini 'kan udah jadi hak gue, jadi kalo lo ambil hak orang lain itu sama aja lo mencuri, oke," jelas Mozza dengan senyum geli.

Terlihat gadis dengan name tag Nesha Andaresta itu semakin menatap penuh emosi kearah Mozza yang terlihat santai memamerkan senyumnya.

Selepas bel istirahat berbunyi, semua murid yang berada dikelas Mirza keluar menuju kantin untuk mengisi perut mereka, termasuk Olivia yang tadi semoat mengaja dirinya namun Mozza tolak. Karena Mozza sudah memberi tahu bahwa ia hanya akan menyusul setelah apa yang menjadi urusannya berhasil.

Mozza mengalih pandangan pada gadis dibelakang Nesha, dimana gadis itu adalah Kakak tirinya sendiri yaitu Methala, ya gadis itu memang ikut dengan geng tak jelas yang dikuasai Nesha. Menurut Mozza, ketiga gadis yang didepannya kini hanya sekumpulan gadis dengan tampilan yang lebih mirip kearah tante-tante, dimana rok yang lebih pendek serta bibir yang jauh lebih merah.

"Yaudah, gue permisi dulu,"

Karena pandangan Mozza yang tak lepas dari Methala, hal itu menimbulkan peluang besar untuk Nesha mengambil kertas itu, dan—ya berhasil. Mozza melotot, sial gue kok bodoh banget.

Kaki Mozza terhenti, berhadapan tepat dengan Nesha yang menyeringai puas sembari mengangkat kertas itu.

"Sekarang ini milik gue,"

Tangan Mozza terkepal menahan emosi. Namun, gadis itu hanya tersenyum menanggapi itu. "Balikin itu selagi gue belum berbuat aneh-aneh Nesha." ujarnya santai.

Tubuh ketiganya menegang, namun, Nesha pandai dalam menyembunyikan itu, dengan cepat pula Nesha tersenyum kemenangan menatap Mozza dengan tatapan remeh. "Lo kira gue takut?"

"Ya, lo takut tapi lo pandai dalam itu."

Dan, hal itu lagi dan lagi berhasil menguras rasa emosi Nesha terhadap Mozza.

Mozza berhasil mencekal tangan Nesha merebut  kertas itu, dan, lagi-lagi Nesha kembali merebut itu.

"Oke, Nesha."

Nesha tersenyum miring. "Terserah, kalo lo gak mau kena masalah lagi karena lawan gue. Pertama. Lo bukan siapa-siapa disini, dan, gue. Gue ini anak kaspek disini. Kedua. Lo bisa aja didepak dari sekolah ini karena terlibat masalah yang bersangkutan sama gue, lo lukain gue seujung kuku, maka posisi lo goyah. Ketiga. Lo murid brandal ditambah lo bodoh jadi—gak ada alasan bagi guru untuk mengelak hapus nama lo dari sini."

Nesha memang anak kaspek disini, dan juga Nesha termasuk kalangan murid yang memiliki otak yang cerdas. Karena Nesha pun mendapatkan kelas bersama Mirza.

Satu hal itu, Nesha juga menyukai Mirza.

Tangan Mozza turun, tak mengambil kertas itu yang kini diselipan jari Nesha. Mozza termenung sebentar membalas tatapan Nesha yang meremehkan dirinya. Setelah hening yang melanda tiba-tiba saja senyum ceria terukir dari bibir Mozza.

"Terimakasih, Nesha Andaresta. Berkat lo gue sadar, gue emang brandal dengan otak yang bodoh, tapi—lo gak lupakan siapa gue? Iyalah lo gak akan lupa dengan itu. Gue tetep nyimpen dengan baik-baik kok, tenang aja. Tapi kali ini—gue bisa lo sebar rahasia lo yang gue simpen dengan baik-baik selama ini," Mozza dapat membaca dengan jelas bahwa tubuh Nesha sekarang menegang karena ucapannya barusan. "Denger ya, Nesha. Selama ini gue itu baik lho sama lo, gue Mozza gue tau semua rahasia lo tapi gue gak mau sebar itu karena apa? Ya karena gue gak mau nyebar aib, karena gue juga sadar siapa diri. Jadi, kalo lo masih mau kartu lo aman ditangan gue— jadi gue minta kembaliin ya,"

MozzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang