04. Perubahan sikap Mirza

167 21 0
                                    


"Bego!"

"Lo bodoh."

"Lo bodoh Mozza!"

Mirza semakin mengeras rahangnya menatap dengan sorot tajam kearah Mozza yang kini malah menyengir bodoh.

Hal itu malah membuat Mirza semakin meledak.

Mozza mengetahui bahwa lelaki didepannya kini berada dalam kemarahan yang mengusai karena kejadian tadi. Memang tampang Mirza kali ini lebih menyeramkan dari biasanya, karena tatapan mata itu yang berhasil menusuk Mozza. Namun, bukannya merasa takut Mozza semakin merasa tertantang dengan perilaku Mirza saat ini.

Lagian mengapa Mirza bisa semarah ini?

Mozza menanggapi setiap kata pedas yang terlontar dari bibir Mirza dengan cengiran. Bukankah itu artinya lelaki itu khawatir? Lelaki itu yang tadi menolongnya, khawatir? Ya, pikiran Mozza secetek itu.

Berbeda dengan Mirza. Lelaki itu kini malah menebak bahwa Mozza tak waras, bukannya gadis itu merasa takut atau merasa gelisah atas apa yang terjadi. Tanggapan Mozza hanya menyengir dengan kadar yang bodoh menatap Mirza dengan tampang polos.

Jantung Mirza bahkan berdetak tak karuan, dadanya sedikit sesak akibat nafas yang tak bisa diatur, mata hitam itu memerah menatap Mozza nyalang.

Rambut Mirza acak-acakan dan basah oleh keringat, dahinya pun bercucuran.

Mozza terdiam sesaat, merubah ekspresinya menatap Mirza dengan lekat. "Kenapa?"

"Kenapa lo nolongin gue Mirza..." lirih Mozza mengambil satu langkah mendekat kearah Mirza.

Mirza mengepal tangan dibawah. Menatap Mozza yang terdiam juga menatapnya. Mirza memejam mata sekilas, mengapa? Mengapa ia bisa lepas kendali seperti ini?

Mirza lebih dulu menyela sinis saat Mozza baru saja ingin membuka suara.

"Lo udah bodoh jangan peke ceroboh!"

Tak tahan, Mirza meninggalkan Mozza yang terdiam tak lagi memamerkan cengiran khasnya.
Kali ini Mirza dengan sengaja menabrak bahu gadis itu, Mirza melangkah memungut helm yang tadi sempat ia lempar, berjalan menuju motornya berada.

Lelaki itu melesat jauh. Sedangkan Mozza masih terdiam ditempat hanya memandangi kepergian cowok itu.

Mozza terkekeh geli menatap keatas.

"Kenapa lo semarah itu Mirza?"

Mirza berbalik langsung berlari kearah Mozza, tanpa aba-aba menarik tangan gadis itu hingga membuat sang empu terkejut karena itu.

Mirza bisa bernafas lega, dan memejamkan mata saat motor itu sudah melewati mereka bagai angin. Mirza meletakan dagu diatas kepala Mozza tanpa sadar lelaki itu mengeratkan pelukan mereka.

Mozza mematung saat membuka lebar kedua bola matanya, pikirannya tak berjalan dengan baik. Detak jantungnya berdegup kencang, hidungnya tak berhenti menghirup harum parfum Mirza dengan puas. Hantinya menghangat, jujur saja pelukan ini pun berhasil meredam rasa takut, dan gelisah dalam diri Mozza.

"Mirza..."

Setelah beberapa menit, Mirza lantas membuka matanya saat mendengar suara kecil dari Mozza. Sadar akan perpuatannya Mirza langsung mendorong tubuh Mozza pelan, membuat gadis itu mundur kebelakang.

Rasa emosi yang menguasi Mirza pupus entah kemana, mata Mirza kosong menatap Mozza.

Sesaat, saat melihat gadis itu menaikan sudut bibir sehingga membentuk cengirannya. Mirza kembali dikuasai dengan rasa yang berbeda, rasa dalam bentuk emosi yang sama.

MozzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang