TMRA!

6.3

"Aku akan keluar."

"Oke, Nona. Aku akan mendukungmu."

Sambil tersenyum cerah, Melissa meremas tangan Rowena.

"Pastikan untuk memberi saya salinan buku pertama Anda ketika Anda menerbitkannya."

"Tentu saja. Saya akan memberi Anda dua salinan, tiga salinan, dan lebih banyak lagi jika Anda mau.”

Tidak lama kemudian lelucon itu mereda. Tulang punggung Rowena menegang saat dia berdiri di depan perusahaan penerbitan, Dia menarik napas dalam-dalam sambil mengetuk pintu.

"Oh, kamu di sini."

William menyambutnya dengan senyuman.

"Apakah kamu memikirkan apa yang aku katakan tempo hari?"

"Ya, aku sudah banyak memikirkannya."

Merupakan pukulan bagi egonya untuk merevisi manuskrip yang telah dia tulis begitu lama dan membuat penyesuaian agar sesuai dengan standar penerbit, tetapi dia membutuhkan uang.

William menatapnya dengan penuh tekad dan mengangkat mulutnya. Dia membaca sekilas naskah itu dan memberikan keputusannya.

“Sangat bagus, Bisakah saya mempublikasikannya segera setelah saya selesai memeriksa kesalahan ketik?”

“Apakah kamu yakin?”

Mata Rowena berbinar dengan harapan. William tertawa dan memandang ke luar jendela. Ada bayangan jejak pada dirinya yang belum pernah ada sebelumnya.

Mungkin seorang pelayan wanita itu memata-matai orang di depannya. Minggu lalu seorang wanita bernama Gertrude datang menemuinya, Tepat sebelum wanita yang berpakaian seperti pria ini datang menemuinya.

Anda harus bermain.

Sebuah permainan?

Ya, ini sangat sederhana.

Hal yang mengejutkan adalah bahwa manuskrip wanita itu lebih baik dari yang dia duga, dibandingkan dengan apa yang bisa ditulis oleh orang desa sehingga dia bahkan memberinya nasihat yang tulus.

Tapi itu dia, ini dia. Uang adalah segalanya di dunia ini, uang selalu didahulukan, dan menulis adalah buang-buang waktu.

Setoran yang sudah dia terima tidak sedikit. Menyembunyikan senyum jahatnya, William membuka tirai dan duduk di kursinya.

"Bagaimana kalau kita mulai?"

******

“Dari sini”

Itu adalah tempat yang remang-remang bahkan di tengah hari. Killian mengerutkan kening pada bau yang menerpanya begitu dia melangkah masuk, mengikuti arahan staf yang sopan. Saat itu siang bolong, tetapi distrik hiburan yang remang-remang itu penuh dengan cekikikan, perjudian, dan pria mabuk dengan wanita dalam pakaian terbuka.

"Disini."

Petugas dengan sopan membuka pintu. Seorang pria mabuk sedang bermain-main dengan para wanita di tengah ruangan.

"Oke, kamu bisa pergi sekarang."

Saat pintu tertutup di belakangnya, Killian melepas topinya dan menutupi hidungnya dengan tangannya. Bau alkohol sangat menyengat hingga membuat kepalanya pusing. Itu adalah tempat yang kotor sehingga dia biasanya tidak akan melihatnya.

Saat dia melihat sekeliling di tempat sampah, dia menemukan pria yang dia cari.

Ketika pria itu menyadari bahwa Killian ada di sana, dia segera berdiri.

"Hai apa kabar? Anda tidak datang ke tempat seperti ini.”

“Felix.”

Mereka adalah teman sekelas di sekolah swasta. Dia adalah anak haram seorang Count, seorang pria liar, berjiwa bebas dan tidak terorganisir.

Dia adalah kebalikan dari dia, yang telah diberi gelar adipati sejak lahir dan mengikuti jalan yang telah ditetapkan untuknya.

Meskipun hubungan mereka terbatas pada sekolah, mereka berbagi banyak rahasia bersama.

“Apakah kamu masih hidup seperti sampah.?”

“Apa itu sekarang?”

Mengangkat bahu, Felix membangunkan dua wanita telanjang yang sedang tidur dan menyuruh mereka pergi. Setelah hening sejenak, Killian duduk di sofa.

"Masalah yang aku katakan padamu untuk menyelidikinya."

Suasana berubah drastis ketika dia langsung ke intinya.

****