TMRA!

9.2

Killian pulang sekitar waktu matahari terbenam, sepertinya dia telah menyelesaikan pekerjaannya terlambat. Dia mendengar ketukan di pintu, Bianca, yang masuk membungkuk.

“Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini.”

"Apa yang harus kamu laporkan?"

"Tidak ada yang khusus untuk dilaporkan."

Dia menyerahkan jaketnya pada Bianca sementara Bianca menjawab dengan tenang, Killian tiba-tiba mendongak. Pada saat yang sama, matanya bertemu dengan mata Rowena, yang sedang menatap mereka dari atas tangga.

Saat tatapannya bertemu dengannya, Rowena membeku seperti kelinci yang terkejut.

Killian tampak sempurna seperti biasanya, dia memiliki rambut hitam yang disisir rapi dan mata biru sepucat es, bahunya yang lebar, dadanya yang kokoh, dan kaki yang panjang dan lurus….

Jantungnya berpacu dan wajahnya langsung memerah saat Killian berbicara padanya.

"Nona Philone."

"…Tuanku."

Rowena menelan ludah, Tadi malam tampak seperti mimpi, dan dia tampak seperti dirinya yang biasa.

Dia berbicara dengan suara dingin, tenang, dan bernada rendah.

“Kamu sudah makan malam belum?”

“…Tidak, aku belum.”

"Kalau begitu mari kita makan bersama."

“…….”

“Di mana pun kamu suka.”

"…Baik."

Rowena menjawab dengan malu-malu. Killian, kata dengan senyum tipis.

"Kalau begitu bersiaplah agar kita bisa pergi."

Tempat yang mereka tuju adalah sebuah restoran di sepanjang Sungai Blodel yang dikenal sebagai “Jalan Hidup Ibukota”.

Itu adalah bangunan dua lantai dengan pemandangan yang luar biasa. Ketika lampu gas di sepanjang sisi sungai menyala, cahaya itu dipantulkan dalam riak. Sungai itu sendiri mengalir dengan tenang, berkilau seperti bintang di langit malam.

Rowena suka memandanginya tanpa henti.

"Rowena"

Sebuah suara rendah memanggilnya. Dia sedang duduk di teras, menatap sungai, ketika dia mengangkat pandangannya untuk melihat ke arah panggilan.

Itu adalah malam yang sejuk dan berangin.

Killian menyisir rambutnya dengan santai, poninya disikat ke bawah di wajahnya seolah-olah dia berada di rumah, sepasang mata biru, sejernih sungai es, menonjol dari bawah poni hitam legam, menarik perhatiannya.

"Bagaimana Anda menyukai tempat tidur baru Anda?"

“Itu bagus……. Ini lebih besar dari yang saya kira.”

Tempat tinggalnya sebelumnya besar, tetapi tempat tinggal barunya dua kali lebih luas.

“Bagaimana dengan Bianca dan para pelayan?”

"Saya belum melihat mereka semua, tapi tetap saja, mereka semua tampak baik dan ramah."

Sambil tersenyum canggung, Rowena mengambil garpu di tangannya.

Hari ini penuh dengan segala macam hal aneh. Dia adalah seorang adipati, salah satu yang terkaya dan paling sederhana di kekaisaran. Meskipun dia selalu memberikan yang terbaik dari segalanya, dia tidak pernah mengadakan pesta mewah atau memamerkan kekayaannya seperti bangsawan lainnya.

Namun, malam ini berbeda. Teras dan seluruh lantai dua kosong. Mereka adalah satu-satunya orang yang duduk di sana, seolah-olah dia telah memesan seluruh ruang untuknya.

Di atas meja yang ditutupi dengan taplak meja renda putih yang halus adalah makanan mewah yang akan menghabiskan gaji sebulan orang biasa untuk makan.

“Bagus, kami akan tinggal di sana selama sisa musim sosial.”

Puas dengan jawaban jujurnya, Killian, yang sangat tenang, mengiris potongan steak ukuran gigitan dan meletakkannya di piringnya.

"Semakin cepat Anda terbiasa, semakin baik."