TMRA!

13.3

Rowena berhenti dan mengerjap karena terkejut. Tetapi kata-kata yang mengikutinya bahkan lebih mengejutkannya.

"Ya! Itu dan Duke akan datang hari ini… Ups!”

“…….”

Tommy, memiringkan kepalanya pada reaksi tak terduganya, lalu menutup mulutnya sendiri.

“Apakah itu kejutan?? Aku mengatakannya tanpa menyadarinya….”

Tommy lupa kata-katanya ketika melihat wajahnya, yang mendung dalam pikirannya, tetapi sekarang mekar seperti bunga di musim semi. Hanya dengan melihatnya membuat jantung kecilnya berdebar dan pikirannya menjadi kosong.

“Terima kasih banyak, Tomy.”

Rowena, tersenyum lebih cerah dari sebelumnya, menatap Tommy dan memeluk tubuh kecilnya.

Apa persiapan pernikahan!

Semua ketakutan yang tidak diketahui yang dia miliki sejauh ini tidak berdasar. Perasaan ketidaksabaran dan kecemasan yang tidak menyenangkan yang melayang di dadanya hanya dimulai dari kelemahannya sendiri, dan tidak nyata sama sekali.

Killian melakukan tugasnya sebagaimana mestinya. Jadi, wajar saja jika dia sangat sibuk dan hanya punya sedikit waktu untuk bernafas. Rowena fokus pada fakta bahwa dia telah melakukan perjalanan sejauh ini untuk menemuinya, meskipun jadwalnya sibuk.

“Rowena!” Tommy memanggil

Tanpa berhenti, Rowena berbalik dan berlari ke vila. Saat sampai di taman depan, dia melihat Melissa yang baru saja menyiram bunga.

“Melisa!”

Melissa tampak terkejut melihat Rowena dengan rok dan kaki penuh pasir.

"Gadisku? Apa yang salah? Kamu datang berlari seperti ini.”

"Duke ...... apakah Duke di sini?" Ucapnya sambil menghela nafas.

Rowena kehabisan napas karena berlari begitu cepat, Melissa menepuk punggungnya dan menggigit bibir bawahnya.

“Itu benar, tapi….”

“Kapan dia datang? Pada siang hari? Matahari terbenam…? Kenapa kamu tidak memberitahuku?”

Rowena mendesak dengan tatapan penuh harap di matanya.

“Cepat katakan padaku. Kau tahu sudah berapa lama aku menunggu.”

Tentu saja, kehidupan di pulau itu memuaskan.

Rowena menikmati makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang terbaik, sama seperti di ibu kota. Tapi pulau itu sendiri yang menariknya lebih dari apa pun. Pemandangan alam dan laut yang tak berujung. Penduduk pulau yang baik dan ramah.

Saat dia menghabiskan hari-harinya dengan ekspresi bahagia di wajahnya, apa yang dia temui di penghujung hari hanyalah sebuah rumah kosong. Ada perasaan kesepian yang melanda dirinya saat tidur di kamar tidur yang kosong. Semakin banyak waktu berlalu, semakin dia merindukan Killian, yang telah meletakkan cincin di tangannya dan dengan lembut mencium keningnya.

Sementara wajah Rowena penuh dengan antisipasi, kegembiraan dan kebahagiaan, Melissa tampak takut dan sedih akan sesuatu.

Saat Rowena memiringkan kepalanya pada reaksi tak terduga, dia mendengar suara di belakangnya.

"Duke sedang dalam perjalanan ..."

Rowena menoleh ke samping dan berlari menemuinya tanpa alas kaki. Melissa bergegas mengejarnya.

"Gadisku!"