TMRA!

10.2

Sekitar satu jam kemudian ketika mereka kembali ke mansion, setelah pergi lebih awal dalam suasana yang hangat dan bersahabat.

Ketika mereka disambut, Bianca memperhatikan suasana yang tidak biasa dan bertindak cepat, sesuai dengan situasinya. Dia menyiapkan mandi untuk Rowena, yang jelas-jelas berusaha menenangkan Killian sambil menghindarinya pada saat yang sama, dan mengirim para pelayan yang melayani Rowena pulang lebih awal.

Kecuali Melissa, pelayan pribadi Rowena, yang tinggal di belakang untuk menghadiri pemandian tuannya.

"Nona, apakah Anda tidak nyaman?"

Melissa bertanya hati-hati sambil mengusap punggungnya dengan spons lembut. Dia tidak pernah menjadi orang yang sangat bersemangat atau ceria, tetapi hari ini dia tampak agak gugup, yang mengejutkan.

“Tidak, bukan itu. Saya hanya makan terlalu banyak dan perut saya sakit.”

Sambil menggelengkan kepalanya, Rowena memeluk bahunya mengingat kedinginan di kereta, yang bahkan sekarang, masih ada di sekelilingnya.

Keheningan yang mengikuti memaksanya untuk tutup mulut, karena dia memiliki firasat buruk bahwa jika dia mengatakan satu kata yang salah sekarang, dia akan menyesalinya.

'Tidak mungkin, jika Killian tahu tentang rencana itu.......'

Hatinya berdebar memikirkan apa yang mungkin terjadi, tetapi Rowena menggelengkan kepalanya.

Seperti yang dia asumsikan di restoran, mengetahui kepribadiannya, jika dia benar-benar menemukan rencananya, dia tidak akan bertindak tanpa hukuman atau mengajukan begitu banyak pertanyaan.

Kemudian ada satu kesimpulan yang bisa ditarik.

Dia membuat kesalahan! Dan seolah-olah memperburuk keadaan…. kesalahan yang bahkan dia sendiri tidak menyadarinya.

Dia memeluk lututnya di bak mandi sambil membayangkan betapa hebatnya jika dia bisa menggali dirinya sendiri ke dalam tanah, spons yang telah menyeka punggung dan lengannya tiba-tiba berhenti. Itu jatuh ke lantai, dan Melissa tersentak saat dia berdiri.

"Melisa?"

Penasaran, Rowena berbalik. Seluruh tubuhnya membeku saat dia melihat sekilas pria di luar Melisa, yang menundukkan kepalanya dengan hati-hati dengan kedua tangan tergenggam.

Pria yang menyandarkan punggungnya ke dinding menatapnya.

"Du, Duke!"

Saat aliran air terus mengalir. Terkejut, Rowena bergerak mundur, menutupi dadanya. Dia masih di bak mandi, tapi tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.

Killian, yang telah mengawasinya, memerintahkan Melisa:

"Keluar."

"Tapi ..."

Dia menatap Rowena, pucat dan gemetar. Killian mengerutkan alisnya karena keraguannya, dia tidak akan pernah bisa melewati seseorang yang tidak mengikuti perintahnya.

Rowena buru-buru memanggil Melissa.

“Aku- Melissa … ….”

"Nona ..."

"Pergi, tidak apa-apa"

"…Iya."

Rowena tidak punya pilihan selain mengangguk, dan kemudian dia tersenyum lemah ketika Melissa meninggalkan kamar mandi.

Saat dia mendekat, Killian duduk di kursi dan mengulurkan tangannya. Dia mengangkat dagu Rowena dengan sentuhan yang familier, seolah-olah sedang membelai seekor anjing, dan mengangkat wajahnya yang pucat dan lelah ke atas.

"Bangsawan tinggi?"

Rowena gemetar.

Dia bisa melihat mata dan hidungnya dengan jelas dalam cahaya lampu yang menyala di sana-sini. Pada suatu saat dia merasa bahwa dinding yang semula bersih di sekelilingnya telah berubah menjadi merah. Rowena mengingat iblis yang sering dia dengar, orang yang menjaga api neraka yang tak terpadamkan dan betapa indah, brutal, dan menakjubkannya mereka.

"Apakah saya melakukan sesuatu yang salah, Tuanku?"

"Tidak."

Killian menjawab dengan jelas dan menurunkan pandangannya. Rowena, mengikuti tatapannya, tiba-tiba tersipu saat memikirkan tempat di mana tatapannya tertuju. Secara naluriah, dia mengangkat bahu, dan suara rendah keluar dari tenggorokannya.

"Lepaskan tanganmu dariku."