TMRA!

7.2

"Pembunuh! Keponakanku!”

Marchioness of Essix yang tersenyum memberinya pelukan ringan.

Killian yang berdiri seperti patung es, melirik dari balik bahunya. Untuk wanita yang melihat ke tanah seperti orang berdosa.

“Nona Philone”

“…….”

“Rowen.”

Sebuah suara rendah memanggil namanya, wanita yang gemetaran itu mengangkat kepalanya, menyebabkan sesuatu pecah di dalam kepalanya. Ada tanda merah di pipinya, yang sehalus boneka porselen.

"Apakah kamu ditampar di pipi?"

Apa yang akan dikatakan oleh marchioness pucat untuk dirinya sendiri dalam pembelaan? Kemudian Killian, melewatinya, dan memegang pergelangan tangan wanita yang mencoba mundur.

Matanya memerah merah cerah dan jantungnya berdetak kencang. Wanita ini adalah miliknya, dan tidak ada orang lain yang berani menyentuhnya. Dengan wajah seperti binatang buas yang berlumuran darah mangsanya, dia bertanya lagi.

"Apakah kamu ditampar?"

Rosaline Essix.

Marchioness of Essix yang disebut sebagai definisi wanita bangsawan.

Hidupnya, sebagai contoh, pada awalnya biasa-biasa saja. Seorang gadis bangsawan yang lahir dalam keluarga terhormat yang menerima pendidikan wanita klasik. Dia diakui oleh Ratu selama tahun pertama debutnya di dunia sosial. Dia menikah dengan keluarga bergengsi sesuai perintah ayahnya, dan juga dikenal sebagai janda suci yang hanya mengenakan pakaian duka hitam setelah suaminya meninggal beberapa dekade kemudian. Mungkin satu-satunya kemalangan dalam hidupnya adalah dia dan suaminya tidak dikaruniai anak sebelum kematiannya.

Wajar bagi Duchess of Devonshire untuk menerima wanita seperti itu sebagai ibu baptis bagi putranya.

Dia adalah Duchess of Devonshire yang berakting.

Sebuah kehormatan tinggi, dengan otoritas yang sangat besar, dan kekayaan besar dalam pensiun untuk menyertainya.

Jadi dia secara alami mengambil posisinya di Devonshire Dutchy. Semua orang menghormatinya dan mendengarkannya. Bahkan keponakannya dan sekarang Duke, Killian Devonshire, menghormatinya.

Untuk alasan ini, Rosaline tidak dapat memahami situasi saat ini.

Itu adalah Killian! Dia selalu menjadi orang yang mempertahankan postur tubuhnya yang tepat dan wajah tanpa ekspresi, bahkan selama pemakaman ayahnya. Tapi sekarang dia marah. Udara berat dan mematikan yang datang darinya mencekiknya.

Itu adalah situasi yang tidak dia duga. Dia berpikir bahwa dia akhirnya selesai dengan hal kotor itu ... Karena itu, dia hanya mencoba untuk membersihkan bagian kecil dari kotoran yang telah dibuang di Dukedom ....

"Pembunuh ......"

“Rowen.”

Permohonannya yang teredam dibungkam tanpa ampun. Suara serak di belakang tenggorokannya memanggil namanya berulang kali.

“Rowen.”

“…….”

"Tuanmu sedang berbicara denganmu."

“…Duke”

Rowena mengangkat kepalanya dan menjawab dengan suara ketakutan.

“Aku cukup bodoh untuk…kepada Marchioness…aku kasar. Jadi, itu sebabnya.”

“…….”

"Begitu….."

Menutupi area pipi kanannya yang bengkak dengan tangannya, Rowena menggigit bibirnya. Dia bisa merasakan napasnya yang kasar menyapu dagunya, dan seluruh tubuhnya ditekan oleh sorot mata pria itu, seolah-olah dia akan memakannya kapan saja.

"Oh benarkah?"

Mulut Killian miring dan dia berbalik. Dia melemparkan pandangan tajam ke Rosaline, yang menegang seperti tikus di depan ular.

"Katakan padaku. ibu baptis.”

"Ki- Killian ..."

"Penghinaan apa yang telah dilakukan nyonyaku yang bodoh, rendah hati, dan rendah hati kepada Bibiku yang mulia?"

Arah kemarahannya jelas, saat mencapai puncaknya, meskipun dia hanya berusaha melemahkan wanita di belakangnya.

Di sisi lain, ekspresi wajahnya aneh, karena tidak berbeda dari biasanya.

Tidak tidak. Matanya sudah agak gelap.

Ada rasa dingin merayapi tulang punggungnya, tapi Rosaline tetap tutup mulut. Dia memiliki firasat kuat bahwa jika dia membuat sedikit kesalahan di sini, dia akan berada dalam masalah.

"Yang Mulia."

Marchioness berubah menjadi mayat hidup saat melihat kerabat darahnya marah untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Gertrude, yang telah membaca suasana, memutuskan untuk mendekati dan campur tangan dengan hati-hati.

“Sepertinya ada salah paham..”

“Salah paham …?”

"Bagaimana bisa menjadi kesalahpahaman ketika semua yang saya minta adalah mendengar bagaimana nyonya saya kasar kepada Bibi saya yang mulia?"

Mulut Killian terpelintir dan dia melepas mantelnya dengan tangan kesal. Buku-buku jarinya memutih di punggung tangannya, sementara dia menyerahkan mantel itu kepada Gertrude seolah-olah melemparkannya.

Dia bertanya perlahan, hampir seperti meminta nasihat.

“Bukankah ini aneh… Ibu baptis?”

“Itu ….”

Setiap otot dan tulang di tubuhnya berkedut dan gemetar ketakutan, sambil berdiri di depannya; dia merasa seperti sedang berdiri telanjang di depan binatang buas yang mengamuk dengan taringnya terbuka.

Ketika pikirannya menjadi kosong, Rosaline menoleh ke Gertrude seolah mencari garis kehidupan. Gertrude mengepalkan tinjunya pada tatapan serius di matanya, lalu dia membungkukkan punggungnya sehingga kepalanya hampir menyentuh tanah.

“Nona….Nona Philone telah menumpahkan teh ke mantel marchioness, saya sedang menuruni tangga ketika dia tidak sengaja melakukannya. Sang marchioness begitu terkejut hingga…..”

“Itu adalah kesalahan Nona Philone. Jadi itu maksudmu.”

Alis Killian berkerut pada pernyataan yang dibuat dengan tergesa-gesa, namun logis. Rosaline mengangguk, menemukan sedikit harapan.

"Baiklah. Betul sekali! Itu untuk tujuan pendidikan! Beraninya makhluk rendahan ini menumpahkan teh padaku!”

Meskipun dia sangat kuat, Marchioness masih seorang wanita yang sangat dihormati yang sering berbicara dengan ratu.

Selain itu, dia adalah "penatua" dan garis keturunannya. Tidak mungkin hubungan mereka berantakan hanya karena seorang wanita simpanan belaka.

Saat Gertrude dan Rosaline sama-sama menoleh, Killian berbalik ke arah Rowena yang berdiri diam. Dia mengangkat pipinya, menyeka mata merah cerahnya dan kemudian mengusapkan ibu jarinya ke pipinya yang bengkak.

Matanya menatapnya seolah memintanya untuk mengkonfirmasi kebenaran dalam apa yang mereka katakan.

Rowena membuka bibirnya yang tak berdarah.

“Itu benar, Duke. Bu Gertrude benar…tangan saya terpeleset… saya melakukan kesalahan. Itu sebabnya saya tertabrak ……. ”

Rowena harus melakukan sesuatu dengan suasana tegang ini, tidak melakukan apa pun yang tampak berbahaya saat ini.