"kalian sadar ga sih wendy unnie sama irene unnie lagi nggak baik baik aja?" yerim meneguk sisa terakhir air yang berada di gelas kaca yang tengah ia gengam
"memangnya siapa yang tidak sadar yerim-ah? seluruh penjuru dunia akan tau wendy unnie dan irene unnie sedang berseteru" joy menimpali
"unnie kau tau kenapa mereka begitu?" yerim kembali bertanya dengan melihat sekilas ke arah joy
"unnie neo ara?" joy bertanya pada seulgi
"molla, kupikir ini masalah personal mereka"
"kita harus gimana dong? meskipun mereka pretend they're alright tapi suasananya jadi aneh"
"kita harus ngomong ke manager oppa gasih?" joy menimpali perkataan yerim
"aniya, kita lebih baik bertanya ke mereka lebih dulu, kalo kita masih bisa selesaikan kupikir tidak perlu meminta bantuan manager oppa"
"jadi kita langsung nanya aja ke mereka berdua?"
"aku nggak mau nanya, ngeri" yerim bergidik ngeri membayangkan dua unnienya itu
"sebetulnya aku juga tidak mau, rasanya ini seperti kita mendobrak privasi unnie unnie kita"
"tapi untuk kebaikan rel belbet juga kan ya"
belum selesai mereka melanjutkan suara pintu dibuka, tak lama perempuan berambut sedikit berantakan masuk dan melihat mereka yang tengah berkumpul di ruang televisi
"sedang apa kalian?"
"Wendy-unnie kemarilah" joy memanggilnya untuk duduk bersama mereka
"wae? apakah sesuatu terjadi?" wendy duduk diantara mereka dan melihat satu persatu ekspresi yang mereka perlihatkan
"aishhh bukannya kita yang harus bertanya, apakah sesuatu terjadi antara unnie dan seseorang yang kau namai saranghaneun juhyun-unnie di ponselmu?" tanpa basa basi yerim langsung menembak tepat sasaran
"Naega?" Wendy kembali bertanya
"Aishhhh" semua orang kompak menutup wajah mereka frustasi
"memangnya kami bertanya pada siapa lagi"
"kenapa kalian bertanya begitu?" wendy mengalihkan pandangannya ke tempat lain
"jawab sajalah"
Wendy membuka mulutnya berbarengan dengan suara pintu dibuka dengan pelan, sedetik kemudian Irene muncul dan melihat ke arah dongsaeng-nya yang tengah melihat ke arahnya
"wae?" Irene bertanya dengan wajah datarnya, semua orang diam dan mengigit bibir bawahnya bingung, mereka tidak seberani pada wendy, pembawaan Irene yang tenang namun tidak tergoyahkan, rada menakutkan bertanya hal hal seperti ini padanya
"Umm.. ani..." seulgi menggelengkan kepalanya
"Unnie, member-deul bertanya padaku, apakah aku ada masalah denganmu? rasanya kau bisa menjawab pertanyaan mereka" Wendy menyandarkan punggungnya pada bantalan sofa sambil melihat ke arah luar jendela
hening sejenak, kemudian Irene membuka suara
"tidak ada yang terjadi, semua baik baik saja" suaranya terdengar agak berat, mungkin yang lain tidak menyadarinya tapi wendy iya
"aniya... kita bisa merasakan ada perbedaan diantara kalian" joy menimpali
"perbedaan?" wendy berbicara dengan pandanganan yang masih terpaku keluar jendela
"tidak ada yang berbeda" Irene kembali menjawab
"biasanya kalian seperti perangko, tidak ada yang tidak mengetahui itu" yerim menimpali
"respon seperti apa yang kalian ingin dengar?" Irene tampak memijat pelipisnya pelan
"tapi ini terasa canggung"
"benar, tidak seperti unnie-deul yang kami kenal"
Wendy menarik nafasnya berat lalu berdiri dari duduknya, semua mata tertuju padanya, kemudia ia melihat ke dalam mata Irene, sangat dalam dan menenggelamkan, sedetik kemudian langkahnya sudah mendekati irene yang berdiri mematung, semakin mendekat dengan tatapan tajamnya yang belum mau disudahi, langkahnya semakin mendekati irene yang membuat irene melangkah mundur, sedetik kemudian irene merasakan wendy memeluknya. m.e.m.e.l.u.k.n.y.a.
Irene merinding ketika Wendy membisikan sesuatu tepat ditelinga kirinya
"Unnie, karena semua ini dimulai olehmu, bertanggung jawablah untuk rasa penasaran mereka" setelah mengatakannya wendy melepas pelukannya dan memutar badannya, ia masih bisa melihat tatapan irene yang tersentak dan membatu oleh perlakuannya
"Juhyun unnie bagaimana menurutmu? bukannya kita masih tetap sama?" senyum wendy mengembang, senyum penuh kepalsuan
"N-ne... tidak ada... yang berubah" Irene tidak berani menatap mata wendy dan terlihat membuang pandangannya kesembarang tempat
"memangnya kalian berharap seperti apa? kita hanyalah sebatas rekan kerja, semua hanyalah sebatas profesionalisme, ya kan unnie?"
seisi ruangan diam, rasa dingin menjalar ke setiap ruangan, tapi tidak dengan Irene, merasakan sakit yang teramat dalam pada hatinya, perkataan itu berasal darinya, apakah wendy juga meraskan sakit seperti ini sebelumnya?
"Ahh araseo unnie, mianhae kita hanya khawatir, tapi sepertinya kalian baik baik saja" joy mencairkan suasana, tersenyum dan merangkul dua unnie kesayangannya
"tentu saja kita baik baik saja sooyoung-gie" wendy membalas pelukan joy untuknya
"Mianhae, aku sedikit pusing, aku akan tidur lebih cepat" tidak kuat menahannya lebih lama lagi, Irene berjalan ke arah kamarnya, membuka pintu kamarnya dan menguncinya, lalu mulai terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold War - WenRene
FanfictionThis is 100% Fanfiction, jangan dibawa serius, just for fun 😉 gxg, if you are homophobic exit in your finger ❌ Cerita dibalik Cold War yang mematahkan hati para Wenrene Seekers, Just look forward for the story, hope you like it 😎