Merah

92 20 1
                                    

Author POV

"Lepasin gue! Sini lu kalo emang beneran berani!" Sungjin berteriak murka dengan tangan dan kakinya yang telah terikat oleh tali tambang berwarna putih.
Lelaki itu menatap nyalang ke seluruh penjuru ruangan gelap tempatnya berada, namun ia tak dapat menemukan siapa pun.
Sekuat tenaga, Sungjin menggerakan kursi yang tengah dia duduki agar bisa terlepas dari jerat tali tambang yang mengikatnya dengan amat kencang itu.
Bahkan pergelangan tangan pemuda itu mulai berdarah karena bergesekan langsung dengan tali tambang yang keras dan kasar.

"Park Sungjin, tak kusangka kau ternyata secinta itu pada putriku," dari arah barat, menguar sebuah suara berat dibarengi kekehan bernada ejekan.

Mata Sungjin melotot kearah sumber suara, memandangi dengan tajam sosok pria paruh baya yang berjalan mendekat kearahnya.
Lelaki itu bukanlah Byun Baekhyun, tetapi sosok kejam yang rela menjual nyawa istri serta menjual anak kandungnya sendiri demi uang.

"Aku tahu kalau kau tahu tentang siapa itu Byun Ryuna," tambah sosok itu lantas tersenyum miring, melemparkan pandangannya kepada wajah tampan Sungjin yang sudah babak belur karena dipukuli oleh anak buah pria itu sebelum akhirnya disekap disini.

Ini adalah rahasia terbesar dari seorang Byun Ryuna yang bahkan gadis malang itu sendiri tidak tahu.
Hanya Sungjin, Baekhyun dan lelaki ini yang tahu mengenai hal ini.
Gadis malang yang dijual oleh Ayah kandungnya sendiri kepada Baekhyun hanya demi uang.

"Hentikan omong kosongmu, tua bangka!" desis Sungjin geram, "kau tidak pantas menyandang gelar Ayah untuk Ryuna, dia terlalu berharga untuk menjadi anak dari pria tidak berperasaan sepertimu!"

Sorot mata Sungjin yang biasanya teduh dan bersahabat kini nampak berubah 180 derajat, penuh kemarahan dan dendam.
Pemuda itu luar biasa membenci lelaki sepuh di hadapannya itu, Lee Taemin, atas apa yang telah dilakukannya kepada Ryuna dan Ibunya hingga sang Ibu meregang nyawa.

Lawan bicaranya tertawa, membuat Sungjin semakin geram hingga rahangnya mengeras.
Ingin rasanya Sungjin melenyapkan pria jahat itu hingga mati, dia tidak pantas untuk hidup atas semua yang telah dia lakukan di masa lalu.
Menjual nyawa istrinya, lantas menjual anaknya, apakah pria seperti itu layak diberi kebebasan untuk hidup? Sialnya, orang itu malah menertawai Sungjin sekarang.

"Ah, luar biasa. Dengan begini aku semakin bersemangat untuk menghancurkan hidup Ryuna, anak itu tidak pantas untuk bahagia apalagi dengan Ayah palsunya itu."
Lelaki itu bersedekap, melayangkan tatapan mengejek kepada Sungjin.

"Aku tidak membiarkan itu terjadi!" seru Sungjin penuh penekanan, "aku akan membawamu duluan ke penjara sebelum hal itu terjadi!"

"Anak-anak, beri bocah banyak omong ini sedikit pelajaran," ucapnya santai lantas berlalu, meninggalkan Sungjin dengan empat orang lelaki dewasa dengan tubuh besar serta wajah seram.

Sepersekian saat kemudian, Sungjin dipukuli beramai-ramai hingga kemeja putihnya terkena tetesan darah hingga membuat bagian atas pakaiannya bertukar warna menjadi merah.

***

Ryuna duduk termenung dengan bunga mawar merah yang mulai layu ditangannya.
Sang gadis terus memandangi setangkai bunga itu, yang entah mengapa membuat perasaannya menjadi tidak enak.

Aroma bunga ini juga agak berbeda dengan teman-temannya yang lain, terasa sedikit anyir seperti bau darah membangkitkan firasat buruk di benak Ryuna.
Entah mengapa ia jadi teringat kepada Sungjin, terlebih anak itu sama sekali belum datang untuk menjenguknya padahal Ryuna sudah hampir tiga hari dirawat di rumah sakit ini.
Dengan perasaan tidak menentu, Ryuna meraih ponselnya berniat menghubungi seseorang untuk menayakan keberadaan Sungjin.

"Halo, Cas? Lu lagi dimana?"

"Sekolah dong, orang jam sekolah."

"Lu lagi sama Sungjin gak? Gue tiba-tiba kepikiran sama tuh anak," tanya si gadis resah.

"Nah itu dia. Itu anak dari kemaren absen, gue udah coba hubungi berkali-kali tapi nomornya gak aktif. Yaudah gue datengin ke rumahnya tapi orang tuanya juga bilang dia gak pulang dari kemaren lusa."

Mendengar pemaparan dari Lucas, Ryuna semakin merasa perasaannya tidak enak serta khawatir.
Pikirannya sudah kalut, bingung kemana perginya Sungjin yang menghilang bak ditelan bumi secara tiba-tiba.
Air matanya kemudian turun tanpa permisi, membuat suaranya bergetar, "nanti pulang sekolah kesini ya, Cas, barengan sama Kun. Kayaknya ada sesuatu yang terjadi sama Sungjin."

***

Apa yang bakal terjadi?
Mari cari tahu bersama! ;)

Litani ; Qian KunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang