Langit biru bertaburkan awan tipis menaungiku dan Kun dimusim semi pertama kami sebagai sepasang kekasih.
Angin perlahan namun pasti membawa awan bergerak ke satu tujuan, membuatnya menarik untuk diperhatikan."Kamu kalau jalan jangan meleng dong," tegur Kun, memegangi keningku yang hampir saja terantuk di batang pohon oak tua dan besar.
Pohon itu sudah botak, sama sekali tidak berdaun dengan batang besarnya yang sudah nampak retak dan berlubang.Aku meringis, "abisnya lagi kepikiran aja sama kasus Sungjin kemarin, masih belum ada titik terang jadi aku kepikiran terus."
Kun menghela samar, merengkuh bahuku dengan hangat, "kamu sabar ya. Semua orang udah berusaha melakukan yang terbaik supaya Sungjin cepet ketemu. Aku yakin hasil baik bakalan muncul sebentar lagi."
Aku menolehkan kepala ke kiri dan kanan, mengamati setiap sudut jalanan yang kulalui bersama dengan Kun.
Hari sudah beranjak sore, namun belum ada tanda-tanda jalanan akan sepi, kendaraan masih banyak yang berlalu lalang pun dengan para pejalan kaki yang silih berganti melewati trotoar dengan langkah tergesa.Tiupan angin musim semi yang membawa serta kelopak Cherry blossom seolah tak mengusik langkah mereka.
Padahal hari ini sangat indah, membuatku mabuk akan wangi Cherry blossom yang luar biasa manisnya.
Aku jadi heran bagaimana bisa mereka melewatkan hal semenarik ini."Iya," balasku kemudian, "kamu jangan lupa istirahat ya, jaga kesehatan. Aku tahu kamu pasti capek banget beberapa hari ini sibuk ngurus aku sama cari Sungjin juga"
Kun tertawa kalem, mengusap pucuk kepalaku dengan senyuman merekah yang begitu manis.
Entahlah, aku jadi semakin kecanduan dengan suara tawa dari seorang Qian Kun."Kamu tenang aja, aku gak akan kenapa-kenapa. Kamu lupa kalau aku ini raja?" ucapnya masih dengan sisa-sisa tawa.
Aku mengernyit, menanggapi ucapan konyolnya sepersekian detik lalu, "raja apaan emangnya?"
"Iyalah, 'kan aku raja di hatimu."
Qian sialan Kun.
Bisa-bisanya kalimat picisan itu membuat pipiku memerah seperti kepiting rebus.
"Kamu mau makan apa?" Kun langsung bertanya setibanya kami di rumah keluarga Qian, bahkan sebelum aku menginjakkan kaki ke dalam rumah bernuansa putih itu.
"Terus aku gak dibolehin masuk gitu?" cibirku, memprotes kelakuannya barusan.
Masa iya aku baru sampai di gerbang rumahnya langsung ditanya mau makan apa?
Kun memang suka absurd begitu kelakuannya.Kun menggaruk kulit kepalanya dengan ibu jari, "maaf aku lupa, hehe. Ayo masuk dulu nanti aku masakin makanan yang enak-enak buat kamu."
Senyumku mau tak mau terbit.
Satu pekan dirawat inap membuat nafsu makanku jadi sangat kacau, makanan rumah sakit rasanya sungguh hambar.
Makanku jadi tidak nikmat dan terasa terpaksa selama itu.Jadi, setelah mendengar penuturan dari Kun moodku langsung membaik, terlebih masakan Kun memang sangat lezat.
Tampan, bertutur lemah lembut dan jago memasak.
Benar-benar husband material bukan?"Aku pengen makan pasta deh," cicitku sambil menggamit manja lengan kanan Kun, berjalan beriringan dengannya menuju bangunan utama rumah keluarga Qian.
"Pasta? Spaghetti bolognese mau?" tawarnya dengan mata berbinar, ah lihatlah, dia bahkan hapal betul dengan seleraku.
"Mau!" seruku penuh antusias.
Kun terkekeh, membawaku masuk ke dalam rumahnya dengan tangan yang satunya dia biarkan kugandeng sedangkan yang satunya membawa kantong belanjaan.
Kami memang habis membeli beberapa bahan makanan untuk dimasak bersama --atau lebih tepatnya Kun yang akan memasak sedangkan aku hanya jadi penonton yang mendapatkan jatah makanan enak hasil dari jerih payahnya.
"Secepatnya aku bakalan bawa kamu pulang kesini sebagai nyonya Qian," kelakar Kun dengan senyum yang belum memudar.
"Apa sih gaje banget," aku tergelak.
"Ya siapa sih yang gak mau jadiin kamu istri? Udah cantik wangi lagi, kayak cherry blossom bikin aku betah dekat-dekat sama kamu terus," bisik Kun, lantas mengendus helaian rambutku sambil menutup rapat kedua matanya.
Tidak mau kalah, aku langsung menghambur ke dalam pelukannya untuk menyembunyikan wajahku yang sudah berubah warna menjadi merah padam.
"Jadi, cherry blossom mau gak jadi Nyonya Qian nanti setelah aku lebih dewasa dan mapan?"
Ga terasa udah chapter 20 aja haha.
Maaf updatenya jadi jarang-jarang karena saya juga sibuk kerja, hiks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Litani ; Qian Kun
Fiksi PenggemarKarena sebuah kesialan yang tidak dimaui, aku dan dia jadi terikat dalam sebuah hubungan rumit. cr. Sartika Ayu Wulandari / 2021.