Akara Pertama

1K 76 15
                                    

Nathan Jevantara itu, sosok sempurna menurutku yang kadang aku berpikir kenapa hanya ada satu didunia ini? —Anonym

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan Jevantara itu, sosok sempurna menurutku yang kadang aku berpikir kenapa hanya ada satu didunia ini?
—Anonym.

🍒🍒🍒

Di sore saat ini, aku masih menunggunya. Seperti biasa, aku akan berdiri beberapa waktu didepan ruang kesehatan. Menunggu seorang Nathan dan kita akan pulang bersama.

Tak berapa lama, kudengar cara jalan yang amat sangat ku hapal. Siapa lagi cowok yang berjalan dengan sedikit menyeret langkah kakinya? Ya, hanya Nathan Jevantara.

"Loh, Ai? Kok disini?" tanyanya dengan senyum yang membuat matanya hanya segaris.

Tuh kan, dia selalu saja seperti itu. Aku memukul dadanya kecil tanda aku sedikit kesal dengan pertanyaannya. Jelas-jelas aku sudah hampir dua tahun melakukan ini dan dia masih heran?

Nathan tertawa kecil, menahan tanganku untuk lebih memukuli dadanya. Kuakui, tenaganya tak main-main.

"Nggak boleh kayak gitu tau, haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak boleh kayak gitu tau, haha. Ayo pulang." katanya lantas menggenggam tanganku.

Kami berjalan beriringan di sepanjang koridor sekolah hingga aku merasa dunia ini hanya punya kami berdua. Biarlah yang lain cuma mengontrak.

Kadang, aku berpikir. Sungguh bahagia dan beruntung sekali aku bisa sedekat ini dengan Nathan. Padahal, dulu rumornya dia adalah anak yang jutek dan dingin.

Namun siapa sangka, saat naik ke kelas dua SMA dia ditunjuk menjadi ketua OSIS dan sempat populer pada masanya. Sebelum saatnya dia mengundurkan diri secara tiba-tiba dengan alasan yang tak ada seorangpun tau.

"Ai.. Kok ngelamun? Ayo naik." katanya. Melirik boncengan sepeda yang sudah tua namun terlihat classic.

Aku tersenyum, lantas naik ke boncengan itu. Memeluk pinggangnya kecil seperti seorang bocah yang diajak ibunya bersepeda.

Aku selalu suka saat seperti ini, aku selalu terkesan. Dengan senja yang membuatku berpikir bahwa memang moment saat inilah yang Tuhan ciptakan khusus untukku dan Nathan.

Akara || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang