Nathan, sebenarnya kamu ini kenapa? Aku khawatir.
—Anonym.🍒🍒🍒
Aku berhenti tepat didepan gerbang sekolah. Tak berapa lama Jivan menghampiri dengan wajah pucat luar biasa.
Malam ini rintik gerimis turun, namun tak menghalangi niatku dan Jivan untuk mencari Nathan.
"Nggak ngabarin Nalen, Ravin, atau Hema, Dek?" tanyaku panik lantas menurunkan standart motor. Mengunci dua kali dan berjalan ke area sekolah.
"Nggak ada yang bisa dihubungin, Kak. Aku udah coba telepon satu-satu." jawab Jivan dengan nada ketir.
Kami masuk ke area sekolah, memohon kepada pak satpam untuk membantu kami mencari Nathan yang diduga belum pulang sejak sore.
Setengah jam aku dan Jivan mencari. Berkeliling hingga membuka kelas satu-persatu. Bahkan pak satpam ikut tergopoh mengecek ruang guru dan toilet.
Ya Tuhan..
Dimana Nathan?
Dimana pemuda itu dengan kondisi badan seperti tadi?
Bukannya aku berpikiran dan mendoakan hal-hal buruk terjadi. Namun kaki Nathan tak sesempurna yang lain.
"Kak, kayaknya Abang nggak di area sekolah deh. Kondisi kaki Abang nggak memungkinkan dia jauh-jauh dari sini. Apa kita cari di sekitar?"
Jivan menjelaskan dengan raut luar biasa takut. Ada sesuatu yang ia tahan dalam sorot matanya dan aku tak tau apa itu.
"Kita cari di sekitar sekolah Jie. Ayo."
Gerimis makin lebat, namun aku sama sekali tak ingin pulang sebelum aku menemukan dimana Nathan dan melihat langsung bagaimana kondisinya malam ini.
Ada masalah dengan kaki kiri Nathan, ia selalu menyeret langkahnya saat berjalan. Bahkan Nathan sering menjadi sasaran perploncoan kakak kelas saat masa MOS dulu karena cara berjalannya yang kurang normal.
Aku tidak tau, kenapa dan apa yang terjadi hingga ia seperti itu.
Bahkan Nalen dan Hema tutup mulut akan apa yang dialami Nathan.
Argh!
Aku frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akara || Lee Jeno
Teen Fiction-𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐨𝐟 𝐀𝐊𝐒𝐀 𝐮𝐧𝐢𝐯𝐞𝐫𝐬𝐞- Dia, sosok yang aku kasihi sepenuh hati. Tentang Pertanyaan yang selalu timbul dan mengapa. Tentang kepercayaan yang diuji oleh coba dan luka. Sering aku bertanya, luka di wajahnya itu. Siapa ya...