Kamu matahari, tanpa kamu sadari. Bahkan aku sebenarnya takut, jika harus mengedipkan mata lalu sinarmu redup.
- Anonym
🍒🍒🍒
Aku melihat nya dengan jelas, tubuh yang harusnya kini berbaring di ranjang rumah sakit dan istirahat. Kini, dia justru mengangkat tangannya untuk menampung bulir hujan yang jatuh.
Benar kan? Dia adalah laki-laki yang selama ini menemaniku? Bahkan beberapa hari lalu masih sempat menggendong ku dan bertanya apakah aku baik-baik saja atas pecahkan pot yang jatuh."Nath.. Nathan.." Aku tertegun, suaraku tidak keluar. Demi apapun, bagaimana faring ku tidak berfungsi disaat seperti ini?
"Nath.. NATHAN." Aku tanpa suara, hanya bibirku yang dirasakan bergerak melengkung dan membulat membentuk kata yang dimaksud.
Namun tidak kudengar satupun suara yang keluar dari mulutku. Aku mulai menangis, kenapa dengan diriku ini? Aku juga ingin berlari dan bergerak menghampiri Nathan, memberitahunya aku ada disini.
Tetapi kenapa tubuhku juga ikut menolak untuk ku komando? Rasanya napas juga semakin sesak.
Sebenarnya ini apa? Ada apa? Kenapa aku bisa terjebak di tempat seperti ini? Terlebih Nathan juga nampak baik-baik saja.
Paras sempurna itu menoleh dari tempatnya, rasanya mataku mau lepas dari tempatnya. Benar-benar sosok di hadapanku adalahhh Nathan.
Nathan Jevantara dengan senyuman lengkung sabit khas yang ia punya.
"Ai.. " sapanya dan dengan cepat membuat lututku gemetar hebat. Suaranya bahkan sama persis, aku makin yakin dia adalah Nathan.
Namun apa yang ia lakukan di tempat seperti ini? Kenapa dia juga tapi sekali dengan pakaian serba putih? Sebenarnya ini dimana?
Kenapa hujan dan sedang apa sebenernya kita disini? Pertanyaan demi pertanyaan terus memutar di otakku hingga Nathan tepat berdiri didepanku dengan senyuman khas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akara || Lee Jeno
Teen Fiction-𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝐨𝐟 𝐀𝐊𝐒𝐀 𝐮𝐧𝐢𝐯𝐞𝐫𝐬𝐞- Dia, sosok yang aku kasihi sepenuh hati. Tentang Pertanyaan yang selalu timbul dan mengapa. Tentang kepercayaan yang diuji oleh coba dan luka. Sering aku bertanya, luka di wajahnya itu. Siapa ya...