Akara ke-sebelas

429 50 20
                                    

Kalau ada yang nyakitin kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada yang nyakitin kamu. Bilang, biar aku pukul pake jurus andalan. Ciatt ciatt, gitu.

—Anonym

🍒🍒🍒

Aira menunggu dengan sabar seorang Nathan yang hari ini membantu rekap nilai mata pelajaran olahraga sebagai pengganti ia tidak ikut praktek lari.

Kakinya mengetuk tak sabar saat guru setengah botak itu dengan enteng terus memberikan tugas pada Nathan yang hanya tersenyum.

Sungguh, Aira memastikan suatu saat akan menyuruh Ravindra agar Nathan bisa meluapkan emosinya. Bukan hanya diam dan selalu menggunakan topeng.

"Tau gini, tadi gue beli jajan dulu. Laper." gerutu Aira mengasihani dirinya sendiri yang langsung datang saat kelas terakhir selesai.

Ia ingin meminta tolong pada Gisel, namun rasanya pasti sahabatnya itu sudah pulang dan merebahkan badan. Argh! Salahkan dirinya yang terlalu memprioritaskan Nathan.

Lima menit setelah mengomel dalam hati dan menyibukkan diri dengan ponsel, akhirnya Nathan keluar. Menenteng kresek yang entah apa isinya.

"Aku tau kamu belum makan. Makanya sebelum kesini tadi udah beli jajan." Nathan menyodorkan kresek itu dan berapa terharunya Aira. Didalam sana, semua snack dan minuman favoritnya menjadi satu.

Ya Tuhan.

Nathan ini, tau saja bagaimana cara melenyapkan kekesalan gadis itu dalam sekejap.

"Ish, kenapa nggak ngasihnya daritadi?"

Nathan hanya mengernyitkan dahinya lantas diam menatap Aira yang mulai memakan snack.

Koridor sudah lengang, beberapa guru dan staff sudah pulang. Hanya ibu-ibu penjaga perpustakaan dan Mang tukang kebun yang masih ada disana. Tentunya dengan guru olahraga yang tadi dibantu Nathan.

"Kamu dari kelas satu nggak capek? Selalu bantuin rekap nilai satu angkatan. Guru kan banyak, kenapa minta tolong ke kamu?" cerocos Aira setelah menelan satu gigitan sandwich besar.

Nathan tersenyum, menyaksikan gemasnya gadis itu hingga ia tak sadar mencubit pipinya. "Minum dulu coba, nih." Memberikan cola favorit Aira.

Tidak usah ditanya bagaimana keadaan jantung Aira yang hendak meledak. Nathan selalu punya cara luar biasa yang berhasil membuatnya tersipu malu.

"Aku nanya Nathaaaan. Dijawab." Aira melanjutkan setelah meneguk beberapa tetes. Bukannya ciut, Nathan justru terkekeh dan menepuk kepala gadis itu pelan.

"Hitung-hitung sedekah. Simbiosis mutualisme kalau kata anak IPA, iya kan? Aku nggak perlu lari dan guru nggak perlu susah rekap nilai."

Aira memutar bola matanya malas, "Plis deh. Jangan bahas apapun yang berkaitan sama pelajaran pas diluar sekolah, rasanya tuh arghh."

Akara || Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang