#6 - Damn You

1.1K 134 9
                                    

Jangan tanyakan pada Nanon alasan dirinya lesu sepanjang hari ini. Jelas saja, satu mobil dengan Chimon dan Bang Phem membuat napasnya sesak. Apalagi tadi Chimon memaksa duduk di samping Bang Phem yang mengemudi. Nanon hanya bisa pura-pura tidur di bangku belakang.

"Nanon!" Terdengar seseorang memanggil namanya dari kejauhan sambil berlari. Ternyata dia adalah Prim, teman Nanon di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam.

"Woi, santai dong. Pelan-pelan aja, ada apa sih?" Tanya Nanon.

"Hah... Hah... Hah... Itu lho, Non. Itu... " Nanon hanya mampu mengernyitkan dahi mendengar Prim yang tidak jelas.

"Tenang, tenang... Sini duduk dulu deh!" Nanon menuntun Prim ke bangku terdekat.

"Lu tarik napass... Yak, buang pelan-pelan. Sekarang cerita ada apa.." Ujar Nanon sabar.

"Fyuuh, oke. Jadi gini.... Gue barusan presentasi soal program kita ke rektorat buat minta dukungan dana, kan. Nah.. Ternyata ditolak." Akhirnya Prim buka suara.

"Hah? Kok bisa? Kita kan udah deal kemarin sama Pak Leo. Katanya tinggal presentasi sebagai formalitas aja. Makanya gue pasrahin ke lu." Nanon kini merasa pening.

Jadi ceritanya, Nanon dan teman-temannya dari mapala berniat mengadakan event bakti sosial berupa perbaikan sekolah di desa terpencil di kaki gunung yang hancur akibat erupsi.

Sebelumnya dia dan beberapa temannya sudah sounding ke dosen pembina mereka, bahwa mereka butuh bantuan dana yang tidak sedikit dari kampus.

Sebenarnya dosen mereka sudah menyetujui dan bilang bahwa mereka pasti akan dapat sponsor. Mereka hanya perlu presentasi di rektorat sebagai formalitas saja. Tapi kenapa tiba-tiba jadi begini?

"Gue ke kantor Pak Leo dulu." Nanon langsung bergegas pergi ke kantor dosen pembina mapala itu.
.
.
.
"Permisi, Pak." Nanon mendorong pintu ruangan dosen tersebut setelah sebelumnya mengetuk pintu.

"Ya, silakan duduk." Nampak seorang dosen muda tengah sibuk dengan beberapa lembar kertas di mejanya.

Begitu duduk, Nanon langsung mengutarakan niatnya.

"Maaf, Pak. Tadi saya mendapat info dari Prim bahwa proposal UKM mapala ditolak?" Nanon menjeda kalimatnya.

"Ah, ya. Saya minta maaf sama kamu karena kemarin sudah menjanjikan sesuatu tanpa saya cek lagi. Ternyata dana bantuan UKM dari rektorat sudah berencana untuk diberikan pada club musik untuk membeli peralatan, karena mereka akan mengikuti kompetisi nasional." Pak Leo menjelaskan panjang lebar pada Nanon yang hanya mendengar penjelasan itu dengan mulut menganga.

"Tapi, Pak.. "

"Maaf, Bapak juga tidak bisa berbuat apa-apa."

"Baik, Pak. Saya permisi." Dengan gontai, Nanon keluar dari ruangan.

Begitu keluar, ia berlari menuju suatu tempat. Ya, ruang club musik.

Brak!

Nanon sepertinya meluapkan emosi saat membuka pintu ruangan. Beberapa pasang mata menoleh ke arahnya.

"Sorry, gue mau ketemu ketua club musik!" Nanon berkata tanpa basa-basi lagi.

Kemudian seorang laki-laki berjalan mendekat ke arahnya.

"Ada perlu apa sama gue?"

"Ada perlu apa sama gue?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keeping Up with The Vihokratanas (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang