#19 - Just Friends

1K 123 1
                                    

"Mau sarapan apa, Non?" Tanya Ohm yang kini sudah rapi dengan seragam kuliahnya. Masih pukul 6 pagi, tapi Ohm dan Nanon sudah bersiap-siap ke kampus.

"Gue pengen egg muffin McD Paw hehe." Nanon nyengir sambil mengancingkan kemeja putih milik Pawat yang sedikit kebesaran untuknya.

"Yaudah, ntar kita drive thru aja." Ucapan Pawat dibalas anggukan tanda setuju oleh Nanon.

"Paw... " Panggil Nanon. Ohm pun menoleh menatapnya.

"Uhm?"

Duh, jawab gitu doang sexy banget!

"Thanks ya, for everything."

Ohm berjalan mendekati Nanon dan membelai kepalanya dengan lembut.

"Remember that you owe me something!" Kata Ohm sambil tersenyum jahil.

Walaupun Nanon malu, tapi dia tidak mau terlihat seperti itu di hadapan Ohm. Jadi, Nanon mendekatkan bibirnya ke telinga Ohm dan berbisik,

"Just tell me, anytime you want it." Nanon mengakhiri kata-katanya dengan mengecup singkat pipi Ohm.

Kali ini Ohm yang tak berkutik dan merasakan pipinya memanas. Melihat Ohm yang merona, Nanon pun menyunggingkan senyum kemenangan.

"Yuk, gue laper." Nanon melangkah keluar dari condo diikuti oleh Ohm yang masih speechless di belakangnya.

Di dalam mobil Ohm dan Nanon saling diam. Ohm sendiri masih bingung menyikapi Nanon yang kadang malu-malu, kadang galak, kadang seduktif.

"Non.. " Akhirnya Ohm buka suara.

"Iya?" Nanon menoleh ke arah Ohm.

"If you need someone to share your pain, I'll be here for you." Ujar Ohm.

"Why are you so kind?"

"We are friends, right?" Ohm menjawab pertanyaan Nanon dengan ragu.

Nanon tersenyum dan mengangguk.

"Lo punya saudara nggak?" Tanya Nanon.

"Nope. Gue anak tunggal." Jawab Ohm.

"Gue bingung Paw, apa yang harus gue lakuin buat ngilangin perasaan gue ini. Kalau gue terus terusan kayak gini, yang ada gue bakal nyakitin banyak orang." Nanon berkata sambil menatap jalanan.

"Gue nggak tahu apa yang saat ini lagi lo hadepin, Non. Tapi percaya deh, waktu bakal nyembuhin semua luka yang lo punya. Dan suatu saat lo akan mengingat luka itu sambil tersenyum."

Ohm meraih tangan Nanon dan mengusapnya, sembari tangan satunya memengang kemudi.

"Thanks." Gumam Nanon.

Sesampainya di kampus, Nanon langsung menuju ke kelas, meskipun dia yakin kelas masih sepi karena kuliah baru akan dimulai jam delapan.

"Chimon?" Tebakan Nanon salah, di kelas ternyata sudah diisi oleh seseorang yang sebenarnya ingin dia hindari. Tapi Nanon juga sadar kalau cepat atau lambat dia harus menjernihkan suasana yang terlanjur keruh.

Nanon pun mendudukkan dirinya di sebelah Chimon dan mereka terdiam untuk beberapa saat.

"Gue minta maaf." Ucap keduanya bebarengan. Chimon dan Nanon sama-sama kaget dan suasana kembali canggung.

"Gue mau minta maaf sama lo soal kemarin, Mon. Gue gak berpikir jernih." Akhirnya Nanon memulai.

"Gue juga minta maaf, Non."

"So, are we okay now?" Nanon memastikan.

"Not yet. Sebelum lo jelasin alasan lo bertindak seperti kemarin." Chimon berkata tegas, tidak marah, namun sorot matanya memancarkan kekecewaan.

Nanon menghela nafas kasar, tidak berani menatap langsung pada sahabatnya itu. Pandangan Nanon terpaku pada lantai.

"I love you, then." Chimon sangat terkejut, tapi dia mencoba tenang dan menunggu kelanjutan penjelasan Nanon. Tetapi sepertinya Nanon tetap dian, akhirnya Chimon kembali bersuara.

"And.... Now?" Chimon berkata pelan, nadanya merendah di ujung kalimat.

Nanon terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menggelengkan kepala.

"I am trying to get rid of this feeling. I'm still trying." Nanon menahan air matanya untuk tidak jatuh.

"But, I'm happy to see you with my brother. Until he left you in a mess, yesterday." Kembali mengingat keadaan Chimon kemarin membuat hati Nanon nyeri.

Nanon berusaha mati-matian untuk tidak menangis, tetapi lawan bicaranya tidak.

Chimon menumpahkan semua air matanya dan terisak.

"I am s-sorry... I really I-I am so-sorry... " Chimon berkata sambil sesenggukan.

Ingin rasanya Nanon merengkuh Chimon dalam pelukannya, tapi dia tidak melakukannya dan tetap bergeming.

"Non, I love you... as a friend.... " Chimon sudah cukup tenang beberapa saat setelahnya.

"I know." Nanon bergumam.

"And I love your brother, so much that I could take all the risk and the pain. Gue secinta itu sama Bang Phem, Non."

"I know." Gumam Nanon lagi, tentu saja dia sadar itu.

"Kejadian kemarin, gue yang mau. Dan Bang Phem pergi bukan tanpa alasan. And I'm okay with that. That wasn't his fault." Jelas Chimon.

"Iya, Mon. Gue minta maaf. Dan gue nggak akan lagi campurin urusan lo berdua lagi." Ujar Nanon mulai menguasai dirinya. Beban dalam hatinya terangkat dan dia merasa lega, sangat lega.

"So we are still friends, right?" Ucap Chimon sambil tersenyum.

Kini Nanon menatap wajah sahabatnya itu. Hari ini sudah dua kali dia menerima kata-kata 'friends'. Tadi dari Pawat dan sekarang dari Chimon.

"We're friends." Nanon tersenyum dan memeluk Chimon. Dia bertekad akan menghapus perasaannya pada Chimon meski butuh waktu lama dan usaha ekstra.

Namun, wajah Pawat muncul dalam benak Nanon. Mungkin tidak akan butuh waktu lama, batin Nanon.

"Lo harus hubungin Bang Phem, Non." Ujar Chimon membuyarkan lamunan Nanon.

"Iya, bawel. Ntar di rumah gue bakal ngomong langsung." Nanon menjawab sambil menoyor kepala Chimon.

Yah, sepertinya hubungan keduanya mulai membaik. Semoga saja.

Author's Note

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Author's Note

Hai, Hai, Hai....
Makasih kepada semua yang sudah menunggu lama untuk kelanjutan ff ini...
Tentu saja hal ini berkat tayangnya Bad Buddy the series yang memporak-porandakan hati dan jiwa Ronan saya 555+

So, selamat menikmati~~~
If you like it please vote and comment!
See you jaaaa jub jub🤍

Keeping Up with The Vihokratanas (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang