#3 - It Hurts

1.5K 137 1
                                    

Author's Note:
Boleh didengarkan backsoundnya biar lebih merasakan feel nya :)

******

"Adeeek, Chimon ayo makan malemnya udah siap, nih!" Teriakan New membuat Nanon dan Chimon bergegas turun. Ternyata di bawah sudah ada Bang Phem.

"Ayah belum pulang, Pap?" Tanya Nanon yang penasaran karena tidak melihat ayahnya di meja makan. Kalau Frank sih,  katanya mau nginep di rumah temennya buat nugas jadi dia nggak heran.

"Ayah lembur, katanya lagi banyak kasus. Tadi Papap udah ngirimin makanan juga ke kantor Ayah." Jelas New pada anak bungsunya.

"Hai, Bang Phem." Sapa Chimon dengan tersipu dan menempatkan diri duduk di sebelah Pluem.

Pluem menatap Chimon dan tersenyum.

"Hai, Chim! Malem ini nginep?" Tanya Pluem.

"Iya, Bang. Hehe.. " Beginilah Chimon kalau di depan Pluem hanya bisa bertingkah malu-malu padahal biasanya juga malu-maluin.

Mereka pun mulai makan malam dengan hidangan lengkap hasil masakan New yang tentu saja lezat dan bergizi.

"Enak banget Pap makanannya." Ujar Chimon memuji masakan New. Yang dipuji hanya tersenyum.

"Enak sih enak, Chim. Tapi makannya gak usah belepotan juga." Tiba-tiba Pluem mengarahkan tangannya ke sudut bibir Chimon dan mengusap sisa saus yang tercecer disana.

Hal itu tentu saja membuat Chimon mematung dan gugup.

"Eh, uhm, iya Bang hehe" Ujar Chimon salah tingkah.

Bagaimana reaksi Nanon? Dia hanya bisa menunduk dan memainkan sendok di tangannya seakan tak menyaksikan apapun.

Setelah makan malam selesai, Chimon berniat membantu membersihkan meja makan. Namun saat hendak mengangkat tumpukan piring, tangannya ditahan oleh Pluem.

"Udah, biar abang aja. Ini piringnya berat, Chim. Kamu lap mejanya aja, deh."

Chimon syok untuk kedua kalinya karena mendapat perhatian dari Pluem. Apalagi tangan mereka tadi bersentuhan selama beberapa saat. Alhasil Chimon pun hanya mampu menatap Pluem dalam diam.

"Chim, woy!" Pluem menggoyangkan bahu Chimon, membuatnya sadar seketika.

"Eh, iya iya bang. Nanti Chimon yang lap mejanya." Jawabnya gugup.

"Dasar, ngelamunin apaan lagi." Ujar Pluem mengusap kepala Chimon dengan gemas.

Triple kill! Chimon syok ketiga kalinya. Mimpi apa dia semalam, hari ini Bang Phem memberikan perhatian padanya lebih dari sekali. Padahal biasanya cuma nyapa doang terus pergi.

Nanon yang melihat kejadian-kejadian tadi sudah tak kuat lagi berada di ruangan yang sama dengan mereka.

"Gue balik ke kamar, ya. Capek." Ujar Nanon kemudian berlari ke atas.

Chimon dan Pluem hanya dapat menatap keheranan.

"Adeknya kenapa, bang?" Tanya New yang baru kembali dari kamar mandi, tentu saja ia heran melihat Nanon lari begitu saja.

Pluem hanya mengendikkan bahu tanda tak tahu. Sedangkan saat pandangan New beralih ke Chimon, dan dia hanya mampu menggeleng sambil tersenyum memamerkan giginya.

Ketika Chimon menyusul Nanon di kamarnya, dia mendapati sahabatnya sedang berbaring sambil mengenakan headset di telinganya.

Nanon tahu kalau Chimon sudah memasuki kamar, namun matanya tetap tidak terlepas dari langit-langit kamar. Dia tidak mau menatap wajah Chimon saat ini.

Chimon segera berbaring tepat di sebelah Nanon dan melepas salah satu headset yang dipakai Nanon dan memasangnya di telinganya sendiri.

Ternyata Nanon sedang mendengarkan sebuah lagu.

I hate you, I love you
I hate that I want you
You want him, you need him
And I'll never be him

All alone I watch you watch him
Like he's the only guy you've ever seen
You don't care you never did
You don't give a damn about me
Yeah all alone I watch you watch him
He's the only thing you've ever seen
How is it you never notice
That you are slowly killing me

Suara seorang lelaki mengalun merdu mengcover lagu dari Gnash - I hate you, I love you.

Chimon menatap sahabatnya lekat, mereka sama-sama terdiam.

"Non, lu lagi galau ya? Mau cerita sama gue?" Chimon membuka suara. Dibuatnya selembut dan sepelan mungkin.

Lagi-lagi ini kebodohan gue sendiri yang nggak bisa ngendaliin perasaan sayang gue ke elu. Sakit banget rasanya ngeliat lu sama Bang Phem! Lu nggak ngerti gimana secara perlahan lu goresin luka sedikit demi sedikit di hati gue, sampe rasanya sekarang hati gue udah gak bisa ngerasain hal lain selain perih.

Nanon hanya mampu berteriak dalam hatinya, mencoba menahan diri untuk tidak menumpahkan air mata.

"Gue gak apa-apa." Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Nanon, dan ia pun membalikkan tubuhnya hingga memunggungi Chimon kemudian memejamkan matanya.

Chimon mengenal Nanon sudah lama, dia tahu jika ada yang mengganggu pikiran Nanon. Tapi apa? Apakah diam-diam Nanon menyukai seseorang? Siapa kira-kira orang itu? Janhae? Puimek? Jane? Ah, kenapa dia bisa tidak tahu selama ini sahabatnya kesulitan?

Chimon melebarkan tangannya dan memeluk tubuh Nanon yang lebih besar darinya itu dan menempelkan wajahnya di punggung Nanon.

Nanon yang belum tertidur tentu saja merasakan pelukan itu. Rasanya ingin sekali dia membalikkan badan dan membalas pelukan Chimon. Tapi dia tidak berani, karena dia bukan orang yang ada di hati Chimon. Dia bukan Bang Phem, dan tidak akan bisa menjadi seperti Bang Phem yang sempurna.

Nanon hanya mampu pura-pura tidur hingga akhirnya dia benar-benar terlelap beberapa saat kemudian.

Malam ini biarkan Nanon merasakan pelukan Chimon hingga pagi menjelang. Setelah itu, di hari yang baru, Nanon berniat akan benar-benar mencoba move on dan melepaskan perasaannya pada Chimon. Entah bagaimana caranya, bisa atau tidak, setidaknya dia harus mencoba.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keeping Up with The Vihokratanas (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang