🦋CHAPTER 1

50 19 9
                                    

Happy Reading🦋

•♡•

Di pagi yang cerah menjelang siang ini, terlihat seorang siswi berseragam SMA berambut sebahu berjalan dengan santainya di koridor sekolah yang sepi menuju kelasnya. Sebelah tangannya menenteng tas punggung warna hitam dengan mulut mengunyah permen karet.

Seketika semua pandangan tertuju padanya saat memasuki kelas, dari yang hanya melirik sekilas, hingga tatapan takut-takut dari temannya, tak terkecuali tatapan sangar dari guru yang sedang duduk di depan sana. Bagaimana tidak? Hari ini adalah pelajarannya Bu Astrid, guru matematika killer yang sangat tidak suka keterlambatan.
"Azalea Kirania, kamu tahu ini jam berapa?" Tanya Bu Astrid dengan emosi.

"Jam 8.30 Bu," jawab perempuan itu seadanya.
Seisi kelas hanya melongo mendengar jawaban dari Azalea. Iya, dia Azalea Kirania, salah satu trouble maker di SMA Nusantara. Yang dengan beraninya Terlambat di jam pelajaran Bu Astrid.

Seketika wajah Bu Astrid merah padam sambil menahan emosi. "Kamu ini sudah kelas 12 masih saja urakan tidak  bisa diatur! Lulus nanti mau jadi apa hah?" Gertak Bu Astrid.

"Nggak jadi apa-apa Bu," lagi, dia menjawab dengan sangat tidak sopannya.

"Kamu ini perempuan Ale, harus punya sopan santun sedikit! Jangan hanya bisanya menjawab saja saat guru bicara." Geram Bu Astrid sambil menunjuk ke arahnya. "Lihat! Seragam kamu juga sangat tidak sopan," lanjut Bu Astrid.

Siswa lain hanya melirik ke arah perempuan yang sedang dimarahi di depan kelas sana. Dengan seragam SMA-nya yang terlalu kecil, roknya yang seharusnya menutupi lutut malah hanya sebatas paha, kaos kakinya yang terlalu pendek, tanpa atribut sama sekali, dan jangan lupakan rambutnya yang dicat warna biru yang membuat penampilannya terbilang cukup berantakan.

Oke, lupakan tentang penampilannya! Sekarang kembali lagi kepada Ale yang hanya menatap malas ke arah Bu Astrid tanpa mengindahkan satu pun perkataan gurunya itu.

"AZALEA KIRANIA!" Bentak Bu Astrid. "Kamu dengar tidak, saya bicara dari tadi," lanjut Bu Astrid.

"Ya kan tadi Ibu marah pas saya ngejawab, jadi saya diem aja Bu." Azalea memutar bola matanya jengah.

"Sudah cukup! Saya tidak mau lagi lihat kami di kelas ini, sekarang keluar dan bersihkan toilet perempuan!"

Habis sudah stok kesabaran Bu Astrid dibuatnya, dan berakhir dengan dia menghukum Azalea untuk membersihkan toilet perempuan.

Tanpa protes sedikit pun Azalea langsung keluar dari kelasnya. Tentu saja bukan untuk menjalankan hukuman, melainkan untuk pergi ke tempat ia dan teman-temannya biasa menjalankan aksi bolos.

______🍂

Dan di sinilah ia sekarang, di atas rooftop sedang memandang hamparan langit biru di atas sana dengan tangan yang memegang pagar pembatas, hanya sendiri tanpa seorang pun dan merasa tenang.

Tetapi suasana itu tak bertahan lama, karena seperkian detik setelahnya suara cempreng seseorang merusak momen tenangnya.

"Aleee ...," teriak seseorang dari arah pintu rooftop.

"Udah gue cariin kemana-mana malah di sini ternyata," sambung orang itu.

Azalea hanya mendengkus setelah melihat siapa pemilik suara itu, siapa lagi kalau bukan sahabatnya---Diva.

"Ah ... apaan sih lo ganggu gue aja," ketusnya.

"Yeuhh ... si kampret songong amat," cibir Diva.

"Ya lagian lo ada perlu apa nyariin segala," gemas Ale.

"Yaelah selow kali, gue ke sini juga di suruh si Gilang tuh doi lo yang dari tadi nyariin. Lagian lo dari jam pertama sampe mau habis jam istirahat ngapain aja di sini? Setahu gue lo kan tadi di hukum sama Bu Astrid," cerocos Diva panjang lebar.

Imam Untuk Azalea (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang