🦋CHAPTER 21

4 3 0
                                    


Happy Reading🦋




Semenjak kejadian saat makan malam keluarganya, Ale semakin membenci keluarganya, hidupnya kembali kacau, ia kembali menjadi dirinya yang urakan dan tidak tahu aturan, melakukan apapun untuk melampiaskan masalahnya. Bahkan, ia tak pernah berani mengatakan hal apapun kepada Mamanya. Karena, ia belum siap melihat reaksi Mamanya. Jadi, jika ke rumah sakit, ia hanya akan melihat dari luar. Dan bertemu sesaat tanpa menceritakan apapun.

Seperti malam ini, ia sedang berada di area balap liar bersama teman-temannya.

Masih ingat saat mereka mengerumuni layar ponsel Diva? nah, saat itulah mereka mengetahui akan adanya balap liar malam ini, mereka memang sering mendatangi tempat seperti ini. Terlebih lagi Ale, bukan hanya datang sebagai penonton, melainkan ia juga akan mengikuti balapan malam ini.

"Gilaa! udah lama nih kita nggak dateng ke tempat beginian," heboh Karin di tengah keramaian. Tempat ini sangat ramai, berbagai macam kendaraan terparkir di sana sini, yang didominasi oleh motor. Karena, ini adalah balap motor.

"Iya, gue juga excited bangett ...." kini Dani ikut berseru dengan hebohnya.

"Dih alay lo! gue aja yang cewek biasa aja nih." Diva menoyor kepala Dani.

"Yeuu ... lo mah bukan cewek normal, lagian kalo seneng ya rasain senengnya, jangan pas giliran sedih lo malah pura-pura seneng!" ceeltuk Dani.

"Eh ... gue ngomong apa sih?" Dani menepuk jidatnya.

"Sumpah bukan saudara gue." Diva menggeleng miris melihat kelakuan Dani.

"Udah deh lo pada nggak usah ribut!" ketus Rio.

"Kebiasaan lo mah, penghancur momen!" ketus Karin.

Sedangkan Ale, tidak tahu harus senang atau apa. Tapi, nyatanya tempat ini tak semenyenangkan dulu karena sekarang pikirannya sedang tak karuan, memikirkan berbagai masalah yang menimpanya saat ini. Namun, semuanya ditutupi di depan orang-orang. Ia akan berusaha terlihat kuat dan biasa-biasa saja.

"Eh, Le! nanti lo ikut balapan juga kan?" tanya Diva.

"Iya," balas Ale seadanya.

Sembari menunggu gilirannya, Ale dan teman-temannya duduk di tempat tunggu sambil menonton yang lainnya. Kali ini, mereka hanya berlima tanpa Indri.

Dani sibuk menggoda para cewek yang ada di sini, sedangkan Ale, Karin, Diva, dan Rio duduk di tempat yang sama, namun sibuk dengan urusan masing-masing.

"Eh, eh, Dip! lo lihat deh tuh, ada cogannn!" heboh Karin menunjuk salah satu laki-laki bertubuh jangkung di depan sana.

"Mana? mana?" tanya Diva.

"Situ tuh! masa nggak lihat sih?" tunjuk Karin.

"Aaa ... ganteng banget gilaaa! gue pengen minta nomornya deh!" ucap Diva lebay.

"Dih ... norak lo berdua!" cibir Ale.

"Yeuu ... serah kita dong, lagian, ini tuh namanya menghargai ciptaan Tuhan tau nggak? masa, makhluk secakep itu mau dibiarin gitu aja, nggak bisa lah Le!" cerocos Diva panjang lebar.

"Giliran tadi aja ngata-ngatain gue alay!" cibir Dani yang baru saja kembali.

"Jangan berisik! gue lagi ngegame," ucap Dani yang masih fokus dengan handphonenya.

"Yaelah bro, bro. Heran gue sama lo, sesekali bisa nggak lo nikmatin suasana gitu? perasaan mau kita ngapa-ngapain ke mana pun lo kerjaannya maen hape mulu dah, kenapa nggak sekalian aja lo nggak ikut?" keluh Dani.

"Tau nih si Rio. Emang gunanya lo kesini buat apa sih?" tambah Ale.

"Ya mau ikut balap lah." Rio berdiri, dia melangkah menuju tempat motornya terparkir.

"E-eh gue juga ikutlah! udah giliran gue nih," ujar Ale yang mengejar Rio dari belakang.

"Yahh ... malah ditinggal lagi kita," gerutu Karin.

"Ya udah ayo!  mending kita nonton mereka berdua aja," usul Diva.

"Udah ahh ... kelamaan lo berdua." Dani menarik lengan Diva dan Karin.

"Ck, nggak usah tarik-tarik lo!" Kedua gadis itu menghempaskan tangan Dani.

"Salah lagi dah gue,"

Suara derum mesin motor bersahut-sahutan. Dan Ale sudah bersiap di atas motornya. Sorak-sorai bercampur deruman suara motor memenuhi telinga Ale yang tertutup helm fullfacenya.

"ALEEE ... SEMANGATT!! LO HARUS MENANG!"

"NANTI KITA TRAKTIR SEBLAK DEHH!"

Bisa Ale dengar suara teman-teman gesreknya di sana.

Sedangkan Karin menahan malu di tempatnya, akibat tatapan aneh dari oramg-orang, akibat ulah Dani dan Diva yang berteriak-teriak tidak jelas.

"Udah deh lo pada ahh! malu tau!! mending lo aja sekalian yang ikut sana!" Karin mencubit dua insan kembar ini dengan gemas, karena sungguh kedua orang ini membuat Karin malu.

Oke, lupakan ketiga orang itu. Kita kemvali pada Ale yang sudah akan memulai balapannya. Di sisi kiri dan kanannya sudah ada Rio dan satu orang lelaki yang tidak Ale kenali.

Di tengah-tengah sudah ada perempuan berpakaian mini membawa bendera. Bendera si angkat tinggi-tinggi. Dan,semua orang mulai menghitung mundur ...

"3, 2, 1 ...."

Dan Ale pun mulai menarik gas motornya. Dia merasa cukup lega dengan adanya balapan ini, karena dia bisa menenangkan sedikit pikirannya. Dia memang sudah lama tak mengikuti balapan seperti ini. Namun, dia masih sama mahirnya seperti dulu. Karean, sekarang Ale memimpin di paling depan. Dan, pada akhirnya balapan itu dimenangkan oleh Ale.

____________

Sedangkan di lain tempat. Seorang pria paruh baya sedang berbicara di depan wanita yang sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit. Entah apa yang dibicarakan. Namun, sepertinya sangat penting. Karena keduanya terlihat sangat serius.

"Aku hanya menginginkan yang terbaik untuknya, jadi menurutku ini adalah jalan terbaik," ucap lelaki itu.

"Terserah kamu saja, selagi bisa membuatnya menjadi lebih baik," balas si Wanita.

"Baik, aku akan bicara dengannya besok,"

"Ya sudah, aku pergi dulu!" pamit lelaki itu yang diangguki oleh wanita paruh baya tersebut.

____________

Pukul 00.00 WIB

Ale akan sengaja berlama-lama mandi. Karena, dia merasa bebas mengeluarkan keluh-kesahnya tanpa takut ada yang mendengar. Air shower digunakan untuk menyamarkan air matanya yang terus mengalir, dan cermin sebagai teman terbaik tempatnya bercerita dan mengeluh. Iya, dia sedang

Ale benar-benar tidak bisa mengontrol perasaannya untuk sekarang ini. Ia benar-benar kacau. Seolah tidak punya harapan lagi kepada dunia yang selalu mengecewakannya. Bahkan, hanya untuk berteriak mengeluh pun sudah tidak ia lakukan. Karena, semua sama saja, akan berujung sia-sia. Dan Ale hanya bisa menangis, membuang segala sesak di dadanya.

"Gue bener-bener kehilangan diri gue," ucap Ale.

____________

Ale kembali menjalani hari-harinya dengan segala keterpaksaan dan kepalsuan. Ia akan kembali bersikap biasa saja jika di hadapan orang-orang, yang tanpa disadari, tindakannya sudah mnyiksa dirinya sendiri.

•Tbc•
#WritingMarathonCPM#







Imam Untuk Azalea (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang