🦋CHAPTER 9

15 7 4
                                    


Happy Reading🦋



"Jadi tuh gini ...."

Ale mulai menceritakan dari awal hingga akhir kejadian di mana Gilang yang kalah dan berujung dia yang mengobatinya. Dan yang terjadi malah teman-temannya tertawa terbahak-bahak mendengar ceritanya. Padahal tidak ada yang lucu menurut Ale. Ya mungkin karena faktor humor mereka yang di bawah rata-rata.

"Le, sumpah ya pacar lo tuh," ucap Karin masih dengan sisa-sisa tawanya.

"Bisa-bisanya cowok lo Le," kini Indri ikut menimpali dengan tampang kesalnya.

Sedangkan Diva dan Dani masih tertawa di tempatnya. Yang membuat Ale semakin kesal.

"Udah ah, nyesel gue cerita sama lo pada," ketus Ale.

"Ya lagian cowok lo, masa gara-gara masalah begitu sampe gebukin anak orang, mana kalah lagi," cibir Diva.

"Tau nih, cowok gue juga yang jadi korban, untung aja cowok gue nggak ngabisin si Gilang," cerocos Indri.

"Udah deh Dri! gue tau lo suka Gilang, tapi plis ... jangan kebanyakan halu nanti lo malu!" Karin menepuk-nepuk pundak Indri, tak lupa dengan ekspresi mengasihani.

"Ck, apaan sih lo? iri bilang babu!" hardik Indri.

"Ya ampun padahal niat gue baik lho Dri, mau mengingatkan lo ke jalan yang benar." Ucap Karin sembari mengusap-usap dadanya.

Dan mereka terus saja saling mengejek dan mengisi jam kosong dengan macam-macam guyonan tak berfaedah. Mereka memang sangat ribut, dan pastinya selalu berkumpul. Terkecuali Rio, dia memang berbeda dari ke lima bocah edan yang sedang tertawa ini.

_______🍂

Sepulang sekolah Ale memilih untuk langsung pulang saja, karena merasa cukup lelah.
Dan sekarang di sinilah dia, sedang berbaring di atas kasur memandang langit-langit kamarnya.

"Kok dia balik lagi sih?"

"Kenapa juga harus balik?" monolognya.

Dia sedang memikirkan kejadian beberapa jam lalu, di mana saat ia tak sengaja berpapasan dengan Bagas, setelah tiga tahun lamanya. Di mana saat-saat usahanya selama tiga tahun ini untuk melupakan Bagas hancur hanya karena beberapa detik memandangnya. Juga saat-saat tersakit baginya karena harus mengingat kembali kenangan-kenangan kelam yang telah ia kubur.

"Kok dia tadi nggak ada niat buat nyapa-nyapa gue gitu sih, ya kali dia lupa sama gue," cerocosnya.

Tunggu-tunggu, apa-apaan ini? dia merasa kesal karena Bagas tidak menyapanya?

"Aishh ... gue apa-apaan sih? kok malah berharap di sapa sama dia? Eh, tapi nggak salah sih, seenggaknya di nyapa dikit kek gitu, masa diem-diemin gue gitu aja, mana tampangnya songong banget lagi, kayak yang nggak pernah kenal aja!" dan masih banyak lagi pertanyaan yang mengganjal di pikiran Ale. Seperti, kenapa Bagas bisa berubah? dari segi penampilan hingga gaya bahasanya, yang menurut Ale itu sangatlah bertolak belakang dengan sifat Bagas yang dulu.

"Huaaa ... gue pusing." Ale berteriak sambil mengguling-gulingkan badannya di atas kasur.
Hingga saat ponselnya berbunyi ia pun tersadar.

Imam Untuk Azalea (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang