🦋CHAPTER 3

15 10 4
                                    

🦋Happy Reading

Dan  sekarang, di gudang belakang sekolah, tempat Ale dan teman-temannya berkumpul, alias bolos, terlihat mereka sedang membicarakan sesuatu. Dan perlu diketahui bahwa ini bukan gudang biasa, tentunya Ale dan teman-teman sudah merubahnya layaknya basecamp, dengan fasilitas sofa, meja, dan berbagai camilan. Oke, sepertinya kebanyakan.


"Masa sih, dia yang laporin gue?" tanya Ale dengan nada emosi.

"Iya woyy, si Elsa! gue denger sendiri dia cerita sama temen-temennya pas gue lewat depan kelas dia tadi," heboh Diva.

"Wah, parah tu anak, berani-beraninya, nyari masalah sama gue, cepu banget emang!" geram Ale.

"Iya, emang enaknya di kasih pelajaran tuh si frozen," balas Diva.

"H-hah, kok frozen sih? emang cewek kampungan yang lo bully tadi, namanya frozen?" tanya Karin pada teman-temannya. Yang sontak membuat mereka membelalakkan mata.

"Heh, bego! bukan itu, maksud si Diva tuh si Elsa," jelas Indri.

"Lah, emang si Elsa kenapa?" tanya Karin dengan dongonya.

"Sumpah ya, lo tuh kalo lemot ngeselin banget Rin, rasa-rasanya gue pengen nabok lo, mending diem deh!" gemas Diva.
Bagaimana tidak? orang mereka menamai Elsa dengan sebutan Frozen, karena namanya yang mirip dengan tokoh di film disney itu, tapi bisa-bisanya Karin kebingungan dan menganggap ucapan mereka serius, dasar lemot.

"Ck, udah deh lo pada, mending sekarang pikirin gimana caranya kita buat bales si Elsa projen," decak Ale.

"Frozen woy, bukan projen," koreksi Indri.

"Aelahh, nggak penting! sekarang yang terpenting gue mau bales dendam sama tuh anak! lagian masa lo pada tega sih lihat malaikat ini menderita dizolimin sama si Elsa projen," melas Ale.

"Iya, malaikat, malaikat maut!" ledek Karin, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Ale.

"Ehh ... gue serius ya, kesel banget sama tuh anak!" geram Ale.

"Lo tuh ya pada ribut mulu, ganggu gue nge-game aja," kini Rio yang angkat bicara. Iya, dia dan Dani memang ikut di sini sejak awal, namun mereka hanya menyimak tanpa mau bergabung dengan perempuan-perempuan rempong ini. Dan sekarang karena merasa terusik, barulah mereka mengekuarkan uneg-unegnya.

"Tau nih, nggak tahu apa gue lagi galau, lo pada malah sibuk ribut-ributin si Patimah," kesal Dani.

"Heh! ini lagi, apa-apaan fatimah hah? orang yang di bahas si Elsa," ketus Indri.

"Mau Jamilah kek Markonah kek, gue nggak perduli, sekarang gue cuma butuh hiburan, gue depresi," teriak Dani.

"Halah, sok-sokan depresi lo, kayak yang mikir aja, palingan juga habis di tolak si Tasya lo," ledek Diva.

"Ha- ha - ha, ngakak plis!" ucap Ale dengan datar, yang malah membuat yang lain tertawa.

"Heh, apaan ketawa-ketawa? gue nggak lagi ngelawak ya!" ketus Diva.

"Gue ngetawain si Ale, kok malah lo yang geer, wlee ...." Karin menjulurkan lidah mengejek Diva.

"Berisik lo pada!" ketus Rio. Karena sedari tadi ia hanya fokus pada game di handphonenya. Iya, beginilah Rio, memang di antara mereka ber-enam hanya dia yang paling pendiam dan  malas basa-basi. Entah apa yang membuatnya bisa bergabung di circle anak-anak somplak macam Ale dan kawan-kawan?

"Yaelah, selow dong bang! lagian lo kalo nggak mau diganggu ya jangan ikut kita lah, tahu sendiri kan kita emang bawel-bawel anaknya," cibir Indri.

"Aku imut aku diam," ucap Karin yang membuat mereka semua bergidik ngeri. Oke, lebay.

"Sumpah ya, salah apa sih gue sampe harus punya temen modelan kayak lo pada," kini Ale mulai mendramatisir.

"Ceilahh ... si kampret omongannya, kayak orang yang bener aja. Nih ya, gue kasih tahu, gue sama lo-lo pada sama-sama pendosa," tutur Indri.

"Iya, sama-sama pendosa, cuman bedanya ada yang bangga diri, dan ada yang sadar diri," Rio berucap tanpa mengalihkan tatapannya dari ponselnya.

"Cukup miskah, gue tertampar," seloroh Indri.

"Udah deh ahh ... lo pada nggak ngerti banget gue lagi patah hati," melas Dani.

"Lo mah kan udah biasa di tolak sama si Tasya," ejek Diva.

"Harus dengan cara apa lagi gue deketin dia Div?" Dani terus mengguncang bahu Diva. "Apa gue harus ganti nama aja ya, jadi Rezeki biar nggak ditolak lagi, orang kan nggak mungkin nolak Rezeki." Dani menatap teman-temannya bergantian dengan serius.

"Ya kalo Rezekinya haram macem lo udah pasti ditolak lah," jawab Rio dengan wajah santai tanpa beban sedikitpun.

Sontak teman-temannya tertawa ngakak mendengar ucapan Rio yang meledek Dani.

"Pffttt, bwhahahahah,"

"Ngakak anjir,"

"Pliss lah ... bukan temen gue.

Diva menghentakkan tangan Dani dari bahunya. "Ck, lo mah kalo orang nggak suka ya jangan dipaksain bego,"

"Aaa ... sumpah gue depresi banget parah," Dani berteriak seperti orang kesurupan.

"Div, Mak lu ngidam apa sih sampe bisa punya anak macem gini," tanya Karin yang dibalas tatapan tajam oleh Diva.

"Heheheh ... sanss dong, gue kan cuma bercanda."  Karin nyengir kuda sembari mengangkat kedua jarinya.

Sedangkan Ale menatap prihatin pada Dani. "Kayaknya lo emang bener-bener depresi deh Dan, gue tahu deh lo butuh obat apa," ucap Ale.

"Iya gue emang depresi beneran," Dani berucap dengan lesu.

"Lo tuh butuh clubbing, karena kelamaan nggak pernah ke sana jadi bikin lo deoresi gini," jelas Ale.

"Nahh ... kalo itu gue setuju guyss," timpal Indri dengan semangat 45.

"Iya, bener tuh kata si Ale," kini Karij juga ikut-ikutan.

"Gue ikut ahh ...," ucap Diva, lalu melirik Rio yang masih sibuk dengan handphone-nya. "Lo, gimana Yo? ikut nggak?" tanya nya pada Rio.

Rio mengangguk sekilas. "Iya, gue ikut," balas Rio.

"Dih ... giliran tadi aja nistain gue pakek ngata-ngatain haram segala, giliran diajak clubbing aja langsung gercep tanpa penolakan," cibir Dani.

"Ya terserah gue lah," balas Rio.

"Oke, jadi fix malem ini ya," putus Ale.

"Sip," balas mereka berbarengan.

"Oh iya, jangan lupa jemput gue nanti malem, soalnya kalo gue keluar bawa mobil malem-malem bonyok gue bisa curiga," pinta Indri,

"Sanss, ntar gue yang bawa mobil jawab Rio.

"Oke, mending sekarang kita balik deh," ajak Ale.

"Hah? balik ke kelas maksud lo?" tanya Diva.

"Nggak lah, gue mau balik ke rumah," jelas Ale sembari melangkah keluar ruangan.

"Eh ... gue ikut pulang ke rumah lo dong Le, gue males sendirian di rumah nggak ada temen," ujar Karin.

"E-eh ... nggak boleh, mending lo ikut sama si Dani ama Diva tuh!" Ale menunjuk ke arah Dani dan Diva.

•To Be Continued•

#WritingMarathonCPM#

Tag
Penikmatrindu56

Imam Untuk Azalea (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang