16✓ Demam

24 8 3
                                    

Hallo👋👋Semoga kalian selalu dalam keadaan yang baik🖤🖤

Semoga suka sama part ini guys🖤🖤

SELAMAT MEMBACA😀😀

**********

🎉🎉🎉


Memilih tidak peduli, ia melangkah kedalam ruangan Arash. Pemandangan pertama yang Natta lihat adalah lelaki yang tengah berbaring dalam keadaan mata terpejam.

"Itu tidur?" Natta kian mendekat, saat telah sampai disamping Arash ia terdiam sesaat.

"Gue harus ngapain?" helaan napas Natta terdengar berat, ia menggaruk tengkuk bingung harus melakukan apa.

Dalam kebingungan Natta, Arash membuka mata, ternyata lelaki itu dari tadi tidak tidur, sekedar memejamkan mata. Ia ingin istirahat sebentar, tetapi suara dari samping membuatnya terganggu sampai Arash harus membuka matanya.

Lelaki itu mengumpat dalam hati, disaat seperti ini kenapa yang menunggu dirinya gadis itu? dimana Zafran dan Zidan?

Mulai merasakan posisinya tidak nyaman, dengan pelan Arash menggerakkan tubuhnya menghadap ke kanan. Sontak pergerakannya diketahui Natta membuat gadis itu terkejut.

"Eh!"

Natta ingin membantu, tetapi ternyata lelaki itu berhasil memiringkan tubuhnya sendiri, "Udah bangun lo?" tanyanya melihat Arash yang kini membelakangi dirinya.

Sepertinya manusia dingin itu memang sombong, ia mengacuhkan pertanyaan Natta. Dengan gondok Natta berjalan ke sisi kanan, melihat tajam Arash. Masih sama, Natta rasanya ingin menendang lelaki itu sampai ke pluto, tapi sial, Arash terlihat lucu sekarang. Kenapa bisa ada lelaki yang tampan dan lucu secara bersamaan?

"Gue mau balik ke sekolah, lo baik-baik disini."

Mendengar itu Arash membuka matanya, ia mendecih pelan, "Sok baik, pergi aja lo!"

Natta tersenyum kecut, lelaki itu memang pantas jika dijuluki lelaki paling sombong se-manusia yang pernah ditemui Natta. Kini ia menyesal telah repot-repot membawa Arash kesini, kenapa ia bisa lupa, Arash tadi memang menolak pertolongannya. Tolol! kenapa dirinya harus peduli pada Arash.

"Ibaratnya lo emang nggak bisa ya dikasih sedikit hati, percuma, pasti lo buang kan?" Natta merotasikan bola mata, "padahal disini gue nggak salah, lo yang terlalu ceroboh udah ngambil air yang gue bawa. Kenapa sih gue harus ngerasa bersalah? nggak ada gunanya juga kebaikan gue di mata lo, iya kan?!"

Arash menyorot tajam gadis itu, dia terlalu banyak bicara dan Arash sudah muak.

"Udah bacotnya? pergi, gue nggak butuh bantuan orang asing kayak lo." Arash berucap dengan pelan, tapi berhasil membuat emosi Natta memuncak.

Natta menarik napas dalam-dalam, "Gue selama hidup nggak pernah nemu cowok kayak lo, nggak punya sopan santun, nggak ada etika, nggak tau malu, lo lupa kalo lo cuman manusia biasa? sebenarnya apa sih yang dibanggain cewek-cewek kalo ngeliat lo hah? apasih kelebihan lo? tampang? harta orang tua? atau otak lo yang pinter itu?" Natta mendengus diakhir kalimat yang ia ucapkan dalam satu tarikan napas, gadis itu dengan perasaan jengkel melengos pergi. Tidak lupa menutup pintu dengan keras.

Perkataan yang sangat panjang, Natta bahkan speechless sendiri dengan ucapannya. Lain dengan Arash, lelaki itu kini mengubah posisinya kembali telentang. Menyentuh sebentar leher dan dahinya yang terasa panas. Setelahnya tanpa disadari menyentuh dada kiri atas, tepat dimana jantungnya yang kini berdebar.

Arashta (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang