Jeng jeng!! Kejutan spesial dini hari hehe...
Maaf guys, baru bisa update waktu liburan semester aja T_T
O iya, mulai chapter ini, penggunaan kata "algemeen" akan diganti menjadi "generaal". Koreksi chapter-chapter sebelumnya akan dilakukan secara berkala.
Terima kasih sudah setia menunggu! Yaudah langsung aja yuk dibaca, cekidot!!
Beware! Kata-kata kasar dan umpatan! Tindakan tidak sopan!
Disclaimer: semua tokoh, beberapa latar, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi alias imajinasi liar author sadja, okeh? Hehe :D
***
"Generaal, saya baru saja mendapat laporan dari Korporaal bahwa pasukannya melihat Generaal Van Diemen melarikan diri bersama baboe keponakannya. Mereka menuju ke arah Boschterten," lapor seorang Luitenant kepada pria yang dipanggil generaal tersebut.
Pria itu menghirup cerutunya untuk terakhir kali lalu meletakkannya di asbak. Ia memajukan duduknya hingga di ujung kursi. Dahinya berkerut dan kedua tangannya ditautkan. Ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedang berpikir keras.
"Kau yakin itu dia, bukan bocah indo yang biasa pergi dengannya?" tanyanya lagi untuk memastikan.
"Afirmatif, Generaal. Pasukan saya sempat berpapasan dengan korporaal itu di pasar. Dia juga sedang kebingungan mencari Generaal Van Diemen."
Sudut bibir Generaal itu terangkat. Sudah lama ia mencari-cari kelemahan dari kolega, dalam kurung rivalnya itu. Ia pastikan satu afair dapat mengancam kedudukannya saat ini.
"Segera hubungi kerajaan soal ini. Ratu harus tahu kelakuan dari Generaal kesayangannya itu," bibirnya tersungging dengan licik.
Kau menggali kuburmu sendiri, Dewitt...
***
"Mbak Dita baru saja dari mana? Aduh, bajunya sampai kotor begini," keluh Bu Sumiyati yang menyambutku di dapur.
"Hehe, maaf Bu, tadi saya terpeleset di kubangan lumpur ketika menunggu Hans di pasar," jawabku dengan perasaan bersalah karena berbohong. Tidak ada yang perlu tahu jika aku dan Meneer baru saja menyeberang ke kabupaten sebelah untuk menghindari kejaran pasukan kompeni. Lagipula ini semua salah Meneer membuatku terlibat dalam pengejaran yang tidak jelas itu.
"Tetapi tidak hanya bajumu, seragam Meneer juga kotor sekali."
"Hehe, hujan semalam memang membuat genangan lumpur di mana-mana, Bu," elakku sambil meringis.
Bu Sumiyati hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, "Anak muda zaman sekarang..."
Bu Sumiyati sedang memasak apa? Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku kemudian setelah berganti baju dan membasuh tubuh.
"Ke sini Nduk, Ibu sedang memasak smoor dan frikadeller. Tolong nasinya kamu aduk, baru saja ibu kecilkan apinya. Setelah itu kita buat poffertjes." Aku segera menjalankan permintaan Bu Sumiyati.
"Tidak biasanya makan malam semeriah ini, Bu. Apakah nanti malam Meneer dan Mevrouw kedatangan tamu?" tanyaku penasaran setelah melihat keadaan dapur yang sibuk.
"Benar Nduk, nanti malam Generaal de Vries dan putrinya akan berkunjung ke rumah ini. Menurut Janu, mereka akan membahas pertunangan Meneer dengan Nona de Vries," bisik Bu Sumiyati tepat di telingaku. Aku memekik kecil karena geli dan kaget. Orang semacam Meneer... bisa menikah juga? Kupikir ia sudah menikah dengan pekerjaannya melihat selama ini ia hanya bekerja saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nindita
Ficción históricaSeorang putri bupati yang tiba-tiba dijual kepada kompeni oleh ayahnya sendiri. "Hei Inlander! Vadermu telah membuangmu! Sekarang kau milikku!" Aku, Nindita Gayatri Candraningtyas, seorang putri bupati, dan seorang baboe. (Short chaptered)