Bakpia Cokelat

7 0 0
                                    


Jam sudah menunjukan pukul 08.00 WIB, aku segera bangun pagi dan membereskan tempat tidurku, lalu setelah itu aku harus membantu ayahku untuk memindahkan barang-barang kami. 

Hari ini masih liburan tengah semester, jadi aku belum bersekolah di sekolah baruku. Dan sekarang kami sudah berada di rumah baru kami, rumah ini cukup sederhana dan nyaman untuk ditinggali, ada taman dan kolam kecil di halaman rumah, aku sangat menyukai rumah baru kami.

"Malkia..., sekarang cobalah untuk menyapa tetanga baru mu, carilah seorang teman yang bisa kamu ajak bicara." kata ayahku yang tengah sibuk membersihkan beberapa guci peninggalan almarhum nenekku yang sudah meninggal, konon guci-guci itu sudah sangat tua dan diwariskan turun-temurun dari keluargaku, aku hanya tersenyum kecil menanggapi permintaan ayahku.

"Hmm..., tapi ayah, kalau tidak ada anak yang seumuran aku gimana?" kataku dengan ragu, mendengar hal itu ayahku menghela nafas, tatapannya masih terfokus dengan guci mengkilat di hadapannya.

"Hezzz...., Lantas mengapa? Bukannya dulu di Bogor kamu memiliki banyak teman yang lebih tua darimu'kan?" sejenak ia memandangku.

"Tapi itu kan beda yah...," kataku sambil berkacak pinggang, lalu mendekati ayahku, ia pun tersenyum kepadaku lalu mengalihkan pandangannya ke arah guci itu lagi, ia melingkarkan kedua lengannya, memeluk guci tersebut, lalu mengangkatnya secara perlahan.

"Ya sudah begini saja, kalau kamu bisa mendapat 1 kenalan baru, ayah akan mengajakmu pergi jalan-jalan ke Malioboro, gimana?" kata ayahku, ia pun berjalan mendekati sudut ruangan tamu, dan menaruh guci itu.

Mendengar tawaran dari ayahku, hatiku bergejolak riang. Ya! sudah lama aku menanti-nantikan momen ini, ketika ayahku akan mengajakku pergi ke Malioboro, karena semenjak aku menginjakkan kakiku ke kota ini, tempat wisata yang pertama kali ingin aku kunjungi adalah Malioboro. Lalu dengan cepat aku pergi ke depan teras rumah dan memakai sepasang sandalku.

"Baiklah ayah! Aku akan mencari teman baru! tapi nanti janji lo kita bakal jalan-jalan ke Malioboro! Hehehe ....," aku pun segera bergegas meninggalkan rumahku, ayahku hanya tertawa kecil dengan reaksi spontanku setelah mendengar tawarannya.

"Dasar Malkia, kalau disuruh apa-apa pasti ada maunya," kata ayahku sembari menggeleng-gelengkan kepalanya—heran.

Setelah aku pergi meninggalkan rumahku, aku berjalan-jalan menyusuri tikungan gang-gang yang ada di perumahan baruku—padahal aku belum mengetahui daerah sini, tapi tidak apa-apa! aku sudah menghafal nomor rumahku, jadi aku tidak akan tersesat—aku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari seorang kenalan baru.

"Hmm..., ada yang bisa diajak kenalan gak ya?" gumamku sembari melihat ke setiap sudut rumah warga, tetapi kebanyakan dari rumah itu pintunya tertutup, dan sepertinya pemilik rumah itu sedang pergi berlibur—kemudian beberapa saat kemudian, aku menemukan sebuah rumah sederhana, di terasnya ada seorang gadis yang seumuran denganku, tengah asyik membaca buku, aku pun segera mendekati rumah itu.

"Ehm..., hai, permisi...!" kataku menyapa gadis itu. Menyadari kehadiranku gadis itu menoleh ke arahku, sejenak ia menatapku dalam diam, sepertinya ia sedikit kaget dengan kehadiranku, memangnya aku seperti orang yang mencurigakan'kah? Tetapi mengapa tatapannya kosong seperti itu? Ada apa dengan gadis ini? Baiklah, karena gadis itu tidak merespon, aku pun kembali menyapanya.

"Hai.. permisi," gadis itu pun tersadar dari lamunannya lalu mengerjapkan matanya beberapa kali—ehm..., memang gadis yang aneh kurasa—ia pun kembali menatapku lalu tersenyum kecil, ditutup nyalah novel yang sedang ia baca, lalu ia letakkan novel itu di meja kecil yang berada tak jauh dari tempat duduknya itu, gadis itu pun segera beranjak dari tempat duduknya dan mendekati pagar rumahnya.

Sayap RajawaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang