Aku menatap tubuh yang semakin kurus, tergulai lemah di kasur putih, tetes demis tetes infuse memberi kesan tersendiri untuk menyadarkanku dari lamunan mimpi-mimpi kami yang harus ku pastikan terjadi di masa depan.
Aku bahkan tidak tahu, apakah mimpi itu akan menjadi kenyataan nantinya? Aku dan dirinya, mewakili provinsi DIY untuk maju menjadi anggota paskibra di istana negara, apakah itu hanya sebuah bayangan indah? Atau benar-benar akan terjadi nantinya? Sudah 3 bulan Taryn dirawat di rumah sakit dengan keadaan yang semakin buruk, satu pertanyaan yang ada di benakku, apakah ia akan sehat kembali, atau semakin sakit?
"Malkia?" gadis itu membuka matanya secara perlahan menatapku, aku membalas tatapanya dan tersenyum kecil.
"Yo~ Taryn, apa kabar?" tanyaku lirih, ia hanya menatapku datar dan mengisyaratkan ku untuk mendekat ke wajahnya—mungkin ia ingin berbisik padaku?—pikirku, tangannya terangkat lemas dan kemudian ...
"Arrghh!!" dia menarik telingaku kuat-kuat, cepat-cepat aku menepis tangannya dan memundurkan wajahku kembali.
"Hei! Apa yang kau lakukan!!? Sakit tahu!!" aku mengusap telingaku dan menatapnya kesal.
"Dasar bodoh ... aku baik-baik saja tahu ... " Taryn menunjuk ke arah wajahku.
"Kau ini semakin menyebalkan saja kalau sedang sakit." keluhku sembari menggembungkan pipi.
"Hihihi ... habis, wajahmu itu menyebalkan tahu ...! Hei kau sudah mengurus pletonmu dengan baik kan!? Apakah Arashel juga mengomandani pleton putra dengan baik!!? Bagaimana latihan kalian kemarin!!? Semakin seru??" Taryn menyemburkan berbagai pertanyaan padaku, sampai-sampai aku tidak tahu harus menjawab pertanyaan yang mana dulu.
"Iya, ... iya, ... semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja, umh kalau seru sih tidak, lebih tepatnya semakin capek saja, kau tahu? kemarin kak Axel menyuruh kami berbaris tanpa alas kaki di lapangan basket yang panas itu!! Kakiku merana kepanasan!!" ceritaku histeris padanya, ia langsung menutup mulutnya dan menahan tawa.
"Pppfftt—Hahahaha!!!" dan kurasa dia tidak sanggup menahan tawanya.
"Ck ... kau ini, makanya jangan berbaring terlalu lama disini, teman-teman merindukanmu tahu, hmmm .... sudah 3 bulan ya? kasihan Arashel yang harus melaksanakan semua tugas osismu."
"Ya, aku harap juga begitu, Malkia! Aku ingin segera pulang dari sini, kembali bersekolah, ikut latihan paskib, memimpin rapat osis, dan bertemu dengan teman-teman."
"Berjanjilah kau akan kembali, Taryn." aku mengacungkan jari kelingking ku, ia mengangguk kecil sembari mengkaitkan jari kelingkingnya padaku.
"Kalau kita sudah SMA nanti, aku ingin kita masuk ke SMA favorit yang sama, lalu kita sama-sama ikut latihan paskib, dan terpilih menjadi paskibraka di istana negara, kau dan aku! Kita berdua berada disana." katanya sembari tersenyum—walau aku tahu bahwa senyumnya sangat dipaksakan—
Aku tahu kau berbohong Taryn
"Hei, besok ini kalian akan berlomba lagi kan? Mewakili SMP Rajawali untuk perlombaan tingkat SMP yang diadakan oleh SMA Swasta ternama, walaupun bukan perlombaan dari pemerintah, tapi ... kalian harus menang loh!" Taryn memposisikan diri untuk duduk di kasurnya, lalu melipat tangan di dada.
"Iya-iya, semua materi sudah aku hafalkan, dan aku yakin Antera menungguku pleton ku disana, yang jelas pleton kita sudah banyak berubah sejak kekalahan pertama, mereka jadi lebih bersemangat latihan untuk mengalahkan ketiga SMP unggul itu, hanya saja jadi terasa lebih sepi tanpa kehadiranmu Taryn." jelasku padanya.
Ceklek..
"Dik, ayo diminum obatnya." sesosok laki-laki tinggi bertubuh tegap, memasuki ruangan Taryn sembari membawa nampan obat-obatan, aku tahu laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Rajawali
Teen FictionMalkia tidak punya mimpi, tapi berbeda dengan Taryn! Sejak pertama kali mereka bertemu, Taryn adalah gadis ramah dan baik hati tapi begitu Malkia masuk di SMP yang sama dengannya, ternyata Taryn adalah ketua Osis SMP Rajawali yang dijuliki sebagai R...