Aku Tidak Tahu

4 0 0
                                    

Di penghujung barat dari pos 1, kami—pleton putri—sudah berbaris dengan rapi untuk memulai perlombaan ini, semoga saja Tuhan memberkati kami, agar perform kami bisa sukses dengan baik.

Aneh sekali, rasa gugupku hilang, detak jantungku masih terasa normal, aku bahkan mampu mengingat semua materi perlombaan dengan baik, apakah aku baik-baik saja?

"Baiklah, sekarang bisa dimulai, persiapkan pletonmu dan masuklah ke pos 1." seorang panitia berkata padaku, aku menarik nafas panjangku dan menghembuskannya kembali, kutatap lagi teman-temanku yang sudah bersiap.

"Jangan lupa tersenyum ya, ..." Kak Axel memberitahu kami, kami pun segera menarik ujung bibir kami.

"SIAP......GRAK!" tak kusangka suaraku menjadi lebih besar daripada biasanya.

"Langkah tegap maju .... JALAN!"

BROOK! BROOK! BROOK!

Kini kami memasuki pos 1

Para juri terlihat lelah ketika hendak menilai pleton kami, raut wajahnya sudah masam, ah ... mungkin saja karena kami urutan terakhir, hal itu justru membuat kami semakin semangat.

Setelah kami sampai di depan dewan juri, aku segera memberikan aba-aba untuk memberi hormat.

"UNTUK, DEWAN JURI ... HORMAT ..... GRAK!!" teman-teman melakukan perintahku dengan kompak.

"TEGAP ... GRAK!!" mereka melaksanakan aba-abaku lagi, hmm ... yosh sekarang aku bisa melaksanakan materi lomba pos 1

"SIAP GRAK ...! ISTIRAHAT DI TEMPAT GRAK ...! TEGAP GRAK ...! HORMAT GRAK ...!" semua masih melakukannya dengan kompak namun terlihat dari waut wajah Deandra yang sudah mulai panik, ia mengedipkan mata kanannya—ah iya, tempoku terlalu cepat mungkin—aku mengangguk kecil dan melambatkan tempo aba-abaku.

"EMPAT LANGKAH KANAN... JALAN!"

TAP BROOK! TAP BROOK! TAP BROOK! TAP BROOK!

Kini para juri mulai melebarkan matanya, raut wajah mereka mulai tertarik dan segar kembali ketika melihat aksi dari pleton kami.

"DUA LANGKAH DEPAN .... JALAN!"

TAP! TAP! BROOK!

"DUA LANGKAH BELAKANG ..... JALAN!"

TAP ...TAP ... BROOK!

Aku menyunggingkan bibirku, dan tersenyum bangga, mungkin kita bisa mengalahkan ketiga SMP favorit itu, sejenak aku menghela nafasku dan kembali memberi aba-aba.

Namun tiba-tiba....

Kosong....

Pikiranku, kosong....

Setelah dua langkah belakang, apa materi selanjutnya? Sial ... aku tidak ingat sama sekali, mengapa pikiranku kosong?

Teman-teman mulai menatapku panik—oh ayolah ... apa materi selanjutnya??—keringat mulai mengalir dari dahi menuju pelipis mataku, aku benar-benar lupa ... sepertinya aku akan memberi aba-aba di luar materi saja, baiklah ... mungkin yang belum ku perintahkan.

"SATU LANGKAH DEPAN JALAN!"

PROOOK....!!

Mengapa mereka tidak melakukannya secara kompak? Ah ... tidak, sial ... ini adalah salahku.

"JALAN DI TEMPAT GRAK!"

PROOK... PROOK... TAP....TAP...TAP...TAP....

Lagi ... pletonku melakukan kesalahan lagi.

Aku menatap sekitarku, dan tanpa kusadari, banyak orang sudah mengelilingi pos 1 dan menyaksikan pleton kami, bahkan Antera menatap kami tajam sembari melipat tangannya, beberapa teman dari pletonnya juga menyaksikan kami, ada juga peserta dari pleton SMP lain yang menyaksikan, ah, ... sial, ... semua orang pasti menyadari kesalahanku. Aku pun kembali menatap pletonku yang masih kebingungan denganku, namun hanya satu orang yang menatapku tenang.

Sayap RajawaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang