Chapter 2 : Pembagian Struktur kelas

10 3 0
                                    

      Dengan cepat. Para siswi pun mengangkat tangan, dan menyarankan Ren sebagai ketua kelas. Sedangkan siswa siswa menyarankan agar Karen menjadi ketua kelas.

"Kalau begitu, kenapa kalian begitu ambisius menyarankan mereka berdua."Tanya Pak Yohan kebingungan.

"Karena Ren itu paling cocok jadi ketua kelas, dia itu paling tinggi, pintar, atletis, sopan, dan yang terpenting tampan, oleh karena itu dia cocok."Balas seorang siswi yang duduk di pojok belakang sebelah kiri, sembari memegang pipinya.

"Ehm tunggu sebentar, nama kamu Rani Maharani kan."Tanya Pak Yohan mengingat ngingat.

"Iya pak, lagipula pemimpin itu harus laki laki kan pak, karena laki laki itu pemimpin setiap perempuan."Tegas Rani yang bersikeras ingin membuat Ren jadi ketua kelas.

"Mm kamu bener juga Rani, bapak juga setuju pendapatmu."Balas Pak Yohan mengangguk angguk.

"Lah kok bapak malah memberatkan sebelah pihak sih. Jelas jelas pemimpin itu tidak harus laki laki, buktinya ada beberapa perempuan yang menjadi pemimpin."Keluh seorang siswa yang duduk di depan.

"Ah tunggu bapak ingat ingat namamu dulu, kamu itu James Grice kan, yang menjadi salah satu perwakilan inggris kan."Tanya Pak Yohan sambil mengingat ingat nama siswanya.

"Iya pak, lagipula pada dasarnya semua orang itu adalah pemimpin. Jadi tak berkesah, apabila pemimpin masyarakat itu perempuan atau laki laki, Buktinya ada beberapa wanita yang menjadi pemimpin di dunia, salah satunya ratu elizabeth 2 yang menjadi salah satu presiden paling populer di inggris pada tahun 1964. Oleh karena itu bapak tidak boleh menitik beratkan laki laki sebagai pemimpin, karena perempuan juga berhak jadi pemimpin."Balas James dengan menjelaskan secara rinci.

"Terima kasih masukannya, kalau begitu, siapa yang akan menjadi ketua kelasnya?."Tanya Pak Yohan kebingungan.

     Mereka pun mulai berdebat hebat, untuk menentukan siapa yang berhak menjadi ketua kelas, dan itu membuat Pak Yohan semakin pusing.

"Kacau deh nih kelas."Ucap Surya dengan santainya.

"Gimana ini Sur, kalau begini terus ngga akan selesai, kan kasihan juga melihat Pak Yohan yang kebingungan begitu."Ucap Ren sambil kebingungan dan merasa keberatan menjadi pemimpin kelas.

"Iya nih Sur, apa kamu punya ide atau apalah itu. Biasanya kamu paling tahu soal beginian?."Tanya Karen karena merasa terganggu.

"Mm, kalau ditanya begitu sih, gue juga gak tau harus gimana, tapi yah ada sih, gue punya satu cara biar mereka ngga berdebat."Balas Surya sambil tersenyum.

"Wah Surya memang hebat. Jadi gimana caranya?."Tanya Ren sembari merasa kagum.

"Iya nih, gimana caranya?."Tanya Karen kebingungan.

"Tapi, kalian harus ikutin apa yang gue bilang, gimana?. Mau kan, ini juga kan permintaan kalian sendiri."
"Balas Surya sembari Tersenyum licik.
"Walaupun perasaaan aku gak enak, tapi tak apalah, jadi apa idenya?."Tanya Karen yang merasakan kelicikan Surya.

      Mereka bertiga pun berkumpul, dan Surya pun menjelaskan idenya. Sekaligus cara agar membuat kelas menjadi tidak menjadi terpisah. Setelah Surya menjelaskan idenya, Karen dan Ren pun merasa ragu.

"Rencananya bagus sih. Tapi apa kamu yakin ini berhasil, kok aku ragu ya."Ucap Karen dengan merasa ragu.

"Sejujurnya, aku juga merasakan hal yang sama Sur."Balas Ren sama merasakan ragu.

"Tenang saja, rencana ini pasti akan berhasil, percaya aja ama gue, dan lakukan apa yang gue minta."Ucap Surya dengan yakin.

      Mereka berdua pun berbalik dan saling berbisik kan sesuatu tanpa sepengetahuan Surya, dan mereka pun berbalik setelah beberapa saat.

"Okedeh, akan kami coba."Balas mereka berdua yang setuju, sambil tersenyum.

       Tiba tiha di tengah keributan Karen dan Ren pun berdiri, semua orang pun heran, dan melihat mereka dengan bingung dan Pak Yohan pun mulai kebingungan.

"Ada apa Ren dan Karen. Kenapa kalian berdiri?."Balas Pak Yohan merasa bingung.

       Mereka berdua pun menarik nafas dalam dalam, dan mengeluarkan nya perlahan. Setelah itu tiba tiba, mereka pun berbicara dengan nada yang keras.

"Berisik sekali kalian, memangnya kalian siapa. Hah?!. Berani beraninya pakai nama gue seenaknya, bikin kesal saja."Tanya Ren sembari berwajah marah.

"Mulut kalian ini busuk, jadi jangan panggil nama gue seenaknya bikin mual aja. Dasar mahluk rendahan."Ucap Karen dengan tatapan sinis dan wajah marah.

"Eh."Ucap Pak Yohan yang merasa sedikit takut dan bingung.

      Tiba tiba siswa dan siswi pun terdiam, dan kemudian berteriak kegirangan mendengar ucapan mereka berdua, akan tetapi Pak Yohan semakin tidak mengerti apa yang terjadi.

"Kami bersalah Tuan Ren, tolong marahi kami dengan lebih keras."Ucap para siswi perempuan sambil bernafas berat kegirangan.

"Hah?!."Ucap Pak Yohan makin kebingungan.

"Maafkan kami Kanjeng Nyai, tolong berikan hinaan, yang lebih pedas lagi."Balas Siswa laki laki dengan senangnya.

"Hah?!." Ucap Pak Yohan semakin kebingungan.

"Sungguh menjijikan sekali kalian ini, dasar babi betina."Ucap Ren dengan wajah muak.

"Najis, dasar mahluk rendahan, siapa elu ngatur ngatur gue, hah?!."Ucap Karen dengan mimik muka jijik dan tatapan merendahkan.

"Hei, ucapan kalian terlalu kasar."Tegas Pak Yohan sedikit marah

      Akan tetapi semua murid kegirangan dan merasa senang dihina oleh Karen dan Ren, dan itu membuat Pak Yohan semakin kebingungan dengan apa yang terjadi di kelasnya.

"Sebenernya, apa yang terjadi disini?."Ucap Pak Yohan merasa lelah.

"Tentu saja, rencanaku berhasil."Ucap Surya dengan Bangga.

 
     Kemudian Pak Yohan pun mendekati Surya yang sedang tersenyum bangga, dan mulai bertanya, sekaligus menuduh Surya sebagai dalangnya.

"apa kamu bisa jelasin apa yang terjadi disini Surya Kusuma?. Ini semua kamu yang mengatur kan?. "Tanya Pak Yohan dengan pasrah dan lelah.

"Bapak benar, memang saya yang mengaturnya, jadi begini ceritanya."Balas Surya dengan puas dan mulai bercerita.



...............Bersambung .....................

SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang