Siang itu mereka kumpul di gazebo feb setelah Jian suruh. Karena dadakan alhasil hanya ada Jian, Juna, Miko, dan Yogi. Sisanya sedang mengikuti kelas.
"Beliin jersey Madrid aja kali, ada yang baru keluar tuh kemaren," kata Yogi.
"Maaf Pak, beda budget," sahut Jian.
"Yang kw aja gapapa kali, barang dia udah ori semua." Juna menjawab tanpa menoleh sama sekali karena sibuk mabar.
Sebentar lagi Harsa wisuda dan mereka bingung ingin memberikan cowok itu apa. Karena semua yang Harsa inginkan bisa dia beli sendiri, jadi teman-temannya bingung ingin membelikan apa dengan budget pas-pasan mereka.
"Lo mau beli apa, Yo?" Jian mendekat pada Miko saat cowok mungil itu memeluk lengannya, membiarkan bahu tegapnya menjadi tempat bersandar sang pacar.
"Action figure, koleksi begituan kan dia," jawab Yogi yang tangannya sibuk ngescroll aplikasi e-commerce.
Sebenarnya Juna berpikir untuk membawa diri saja Harsa juga tidak akan marah pastinya. Tapi karena teman-temannya bersikeras untuk memberikan sesuatu, Juna jadi kepikiran juga karena dia bingung.
"Yo, lo tertarik gak sama Harsa?" tanya Juna memasukan ponsel ke dalam saku celananya. Cowok itu merangkul Miko yang duduk di sebelah kanannya dengan santai.
Miko yang tersadar langsung menghempaskan kasar tangan Juna dan memandangnya dengan sengit.
"Ya lumayan, siapa yang gak tertarik sama cowok kayak Harsa?"
"Gue bawa lo aja dah, lo tembak dah tuh sebagai hadiah wisuda."
Jian menganggukkan kepalanya, setuju dengan ide Juna barusan.
"Gak gitu juga dong anjir."
Akhirnya setelah perdebatan panjang mereka sepakat patungan untuk membelikan jersey Real Madrid keluaran terbaru.
"Langsung balik kan lo? Titip Miko, gue ada kelas lagi abis ini." Tidak mungkin dirinya absen hanya untuk mengantar pacarnya, bukan tipe Jian sekali.
Lagi-lagi Miko tak sempat protes karena Jian langsung pergi setelah mencuri satu cubitan di pipinya. Cowok mungil itu melirik Juna yang tersenyum padanya dengan pandangan tidak suka.
"Kenapa sih lo?" tanya Juna setelah mereka masuk ke dalam mobilnya.
"Lo mau semua orang tau kita pernah tidur bareng?"
"Kenapa? Gara-gara tadi gue rangkul? Udah sering kali gue rangkul-rangkul lo, pada biasa aja juga kan tadi ngeliat kita."
Miko menghela napasnya kasar, segera menyelipkan benda nikotin itu di sela bibirnya setelah membuka kaca mobil dan menghembuskan asap yang berhasil membuat Juna terbatuk-batuk karenanya.
"Ngapain sih?!" Miko kesal saat Juna merebut paksa pematik di tangannya dan membuang rokok yang ia hirup tadi di selokan.
"Berhenti ngerokok, gue gak suka."
Juna menyemprotkan pengharum ruangan selagi memasukkan pematik Miko ke saku celananya, kemudian segera melajukan mobilnya keluar dari parkiran.
***
"Pulangin gue."
Miko sudah bersiap untuk segera turun karena tidak ada tanda-tanda cowok itu akan mengantarkannya pulang ke kosan, Juna kembali membawanya ke apartement.
Juna menatap cowok yang lebih pendek darinya itu dengan tenang, berbeda dengan Miko yang menatapnya tajam seolah ingin memakan Juna hidup-hidup.
"Let's make a deal Miko. Lo turutin kata-kata gue atau gue kasih tau Jian apa yang terjadi malam itu."
"Stop controlling me Juna!"
Miko mengeluarkan vape yang sengaja disimpannya dari dalam tas. Ia benar-benar kesal dan butuh pelampiasan sekarang.
Tapi tangan panjang Juna lebih dulu mengambil benda itu, merebutnya dengan paksa membuat Miko memandangnya tak suka.
"Oke, lo yang gak mau turutin kata-kata gue."
Miko tersentak ke belakang hampir menabrak kaca mobil saat tiba-tiba Juna mencium bibirnya dan tak membiarkan Miko melepaskan diri atau sekedar menghirup oksigen di sekitarnya.
Hingga ciumannya turun pada lehernya, padahal bekas kemarin masih terlihat walau samar yang Miko tutupi dengan turtle neck.
"Stop it!"
Miko berteriak di sela ciumannya saat Juna kembali mencumbu bibirnya dan menggigit bibir bawahnya meminta akses masuk.
"Stop anjing!"
Juna baru berhenti saat Miko berhasil melepaskan tangannya yang sempat Juna kunci di atas kepalanya. Mengusap bibirnya yang basah sebelum mengunci kembali pintu sebelah saat Miko ingin turun.
"Kalo gue gak begini lo pasti bakalan bilang sama Jian. Lo sendiri yang gak mau Jian tau tentang malam itu kan? So, choose one."
"Fine, terserah lo mau apa asalkan biarin gue balik!"
"Good boy." Sudut bibir Juna tertarik tipis, kembali menghidupkan mobilnya untuk mengantarkan Miko pulang.
***
"Dari mana lo?" tanya Aksa saat Miko masuk ke kamar dengan tampang lesu dan tak bersemangat.
Miko diam tidak menjawab karena ia sudah kehabisan tenaga. Melepas pakaian yang ia pakai dan diganti dengan kaus hitam polos.
"Mik, leher lo-"
"Gue abis bekam, cobain dah, Sa. Jadi enakan badan lo nanti." Miko menggerakkan tangannya melakukan stretching selagi menutupi lehernya dengan handuk.
"Kok kecil gitu dah kayak abis dicupang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Control Me
FanfictionKisah klasik, berakhir di sebuah kamar karena alkohol bersama teman sendiri. Miko mengalaminya malam itu bersama Arjuna, temannya. Bukan hanya sekadar teman tetapi laki-laki yang lebih sering disapa Juna itu adalah sahabat Jian, pacarnya. "Let's ma...