12

1K 172 39
                                    

"Ji, are you serious?"

Jian mengangguk, mengambil tangan Miko dan menautkan jemarinya pada jemari mungil cowok itu sambil menarik kedua sudut bibirnya. "Sebentar aja, aku janji. Mereka cuma mau kenalan sama kamu."

Miko gugup bukan main saat Jian mengajaknya untuk menemui keluarganya tanpa memberitaunya.

Bahkan saat Miko tau Jian tidak melalui rute yang biasa mereka lewati untuk ke kosan Jian saja Miko sudah cemas, dan ternyata kecemasannya menjadi sebuah kenyataan.

Mama Jian yang pertama kali menyapanya, dengan senyuman indah di bibir yang membuat kedua matanya ikut tersenyum karenanya. Miko sekarang tau darimana Jian mendapatkan senyum indah itu.

"Tante udah nunggu dari lama loh, tapi ya itu Jian bilangnya kapan-kapan mulu." Mama Jian mengapit lengan Miko dan mengajaknya untuk duduk.

Miko memasang senyumnya selagi menjawab pertanyaan seputar dirinya yang ditanyakan. Wawancara dadakan yang sudah ia duga ini akan terjadi.

"Jadi kamu adek tingkatnya Jian?"

"Iya Tante, hehe."

Jian kembali setelah menemui Omanya di dapur. Segera mengambil tempat di samping Miko selagi memberikannya minuman.

"Jangan ditanyain macem-macem, Ma." Jian merangkul bahu Miko, tapi kemudian segera dilepas setelah mendapat penolakan.

Miko tak berhenti memandangi foto-foto yang dipajang. Senyumnya kembali terukir saat melihat foto anak kecil memakai sleeveless warna merah yang senada dengan warna topinya.

"Jian tuh dulu pecicilan banget makannya Tante suruh ikut binagara, tapi dia gak mau lanjutin capek katanya."

"Kalo diterusin mungkin udah jadi kayak Ade Rai ya, Tan."

Keduanya tertawa, kembali memerhatikan foto yang lainnya hingga tak lama papa dan kakak Jian datang. Papa Jian menyambut Miko dengan ramah berbeda dengan kakaknya yang hanya melempar senyum tipis.

Miko diwawancarai untuk yang kedua kalinya, tapi hanya pertanyaan singkat seputar kuliahnya dan bagaimana kehidupannya dengan Jian.

Obrolan mereka baru berhenti saat oma Jian memanggil mereka semua untuk makan malam bersama. Jian kembali menautkan jemarinya pada jemari Miko dan mereka segera menuju ruang makan.

Makan malam dibumbui dengan obrolan-obrolan ringan. Miko kembali diwawancarai untuk yang kesekian kalinya, seolah mereka benar-benar ingin mengenal Miko lebih dalam lagi.

"Kamu disini tinggal sama siapa?" tanya mama Jian.

"Ngekos, Tante."

"Kamu rantau? Dari luar kota apa provinsi?" tanya papa Jian.

"Kota sebelah, Om."

Miko kembali menikmati makanannya, diam-diam melirik oma Jian yang kini tengah memandangnya dari sebrang tempat duduknya.

"Orang tua, tau kalo kamu gay?"

"Oma..." Jian melirik Miko yang melempar senyum tipis padanya, seolah berkata ia baik-baik saja dengan pertanyaannya.

"Tau, mereka gak keberatan asalkan saya bahagia."

Oma Jian mengangguk, segera meletakan kembali gelas yang habis diminumnya. "Kamu pernah operasi plastik-"

"Oma, please." Tangan Jian digenggam di bawah meja oleh Miko, menahannya untuk tetap tenang.

"Kenapa? Oma kan cuma nanya. Abisnya untuk ukuran laki-laki Miko ini punya wajah yang cantik, beda sama kamu Jian."

Control MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang