05

1.3K 195 36
                                    

Harsa terlihat tampan sekaligus manis dengan balutan baju toga yang membungkus tubuh mungilnya. Senyum lebarnya tak pernah luntur sejak tadi, apalagi setelah melihat kedatangan teman-temannya yang turut hadir untuk memberikan selamat untuknya.

"Apaan nih?" tanya Harsa saat Miko memberikannya kotak hitam yang dihiasi dengan pita cantik.

"Buka aja," kata Miko.

Senyum Harsa makin mengembang saat melihat jersey tim favoritnya di dalam kotak. Cowok itu tidak dapat membendung air mata dan tangisnya pun pecah yang langsung mendapat pelukan dari ketujuh temannya sekaligus.

"Buset udah kayak Teletubbies," kata Yasa, teman Harsa yang berada di dekatnya.

Harsa mengusap sisa air mata yang sialnya kembali turun, membuat Yogi langsung memeluk tubuh mungilnya untuk menenangkannya.

"Ih cengeng banget gue."

Yogi tertawa kecil selagi mengusak surai hitam milik Harsa. "Sisain air mata lo buat ketemu orang tua lo nanti," katanya setelah diberitau Harsa jika orang tuanya masih terjebak macet di jalan.

"Foto dulu sini." Aksa sudah siap dengan kamera yang dibawanya.

"Masa lo gak ikut foto?" Harsa menoleh pada Yasa yang tengah mengobrol sebelum akhirnya ia panggil. "Fotoin dong."

Yasa dengan senang hati mengiyakan. Maka Harsa langsung memanggil Aksa untuk mendekat padanya selagi mencari pose yang bagus.

Miko mendongak menatap sang pacar yang kini ikut tersenyum juga sepertinya. Hingga tiba-tiba ia merasakan ada lengan melingkar memeluk pinggangnya dari samping kiri yang jelas Miko tau itu bukan tangan Jian, karena cowok itu sedang membenarkan topi yang dipakainya.

Selesai dengan topi hitamnya, Jian merangkul bahu Miko agar lebih dekat padanya. "Gue boleh sambil cium Miko gak?" tanyanya.

"Maap-maap nih, yang wisuda kan Bang Harsa," kata Johan.

"Ini mau foto wisuda apa foto prewed sih anjir?" Yasa menoleh pada Harsa dahulu menunggu jawaban darinya.

Harsa menganggukkan kepalanya, membiarkan mereka melakukan apapun sesuka hati mereka karena hari ini hari bahagianya.

Saat Yasa memberi aba-aba dari hitungan ketiga, Jian benar-benar menempelkan bibirnya pada pipi kanan Miko.

Tapi saat jepretan ketiga, Juna yang berdiri di samping kirinya melakukan hal yang sama seperti Jian tanpa Miko duga.




***





"Mending lo tidur aja dah, Sa." Juna benar-benar pusing melihat kelakuan Aksa yang sudah setengah sadar itu.

Mungkin tidak apa jika cowok itu hanya tertawa-tawa tanpa sebab seperti Yogi atau tidur seperti Johan. Masalahnya kadang Aksa suka melempar barang-barang di sekitarnya, dan yang ada di sekitarnya adalah sampah bekas bungkus makanan.

Miko tertawa kecil, segera menarik temannya itu untuk di bawa ke sofa agar Aksa bisa tidur. "Han, kelonin tuh."

Johan membuka mata perlahan, menepuk sofa sebelahnya yang kemudian membawa sang kekasih ke dalam dekapan hangatnya selagi ia kembali memejamkan matanya untuk kembali ke alam mimpi.

"Ini yang wisuda siapa, yang jadi korban tetep apartment gue." Juna kembali memasukan bungkus-bungkus makanan ke dalam plastik putih.

Miko ikut membantu merapihkan botol alkohol yang sudah kosong. Sesekali membantu temannya yang lain agar dapat tertidur dengan nyaman di karpet ruang tamu Juna.

"Ada selimut lagi gak?" Tanya Miko setelah selesai dengan kegiatannya.

"Ambil aja di lemari kamar gue."

Miko sempat ragu, masuk ke dalam kamar Juna artinya ia kembali ke tempat kejadian malam itu. Tapi sesegera mungkin Miko menepiskan pikiran anehnya.

"Yang, tiduran aja di karpet situ. Nanti sakit badan kamu kalo tidur sambil duduk gitu." Perlahan Miko buka selimut lebar itu yang bisa menyelimuti Jian, Harsa dan Yogi sekaligus.

Dilihatnya Juna masuk ke dalam kamarnya, mungkin cowok itu akan ikut tidur juga. Maka Miko memutuskan untuk pergi ke balkon dengan sekotak nikotin milik Jian dan pematik yang ia ambil dari saku kemeja Yogi tadi.

Sebenarnya Miko hanyalah seorang social smokers, yang hanya akan merokok jika sedang kumpul bersama teman-temannya. Tapi belakangan ini ia sering merokok sendirian, entah mengapa Miko sendiri tidak paham dengan dirinya.

Dibilang sedang banyak pikiran juga tidak, tapi akhir-akhir ini memang ada beberapa hal yang sedang mengganggu pikirannya.

"Gue kira lo udah balik."

Miko menoleh dan mendapati Juna dengan kaus putih dan celana hitam pendek selutut membawa sebuah hoodie pink yang sablonnya hampir ilang.

Tadinya Juna ingin segera memberikan hoodie miliknya, tapi saat melihat sebuah benda nikotin yang terselip di jemari mungil itu membuatnya langsung merebut paksa rokoknya.

"Lo udah ngerokok tadi sama Harsa."

"Ya terus kenapa? Ini kan hak gue mau ngerokok sendirian apa sama temen, emang lo siapa?"

Iya, emang Juna siapa?

"Gue? Temen lo," kata Juna. "Lagian gak bagus buat tubuh lo Mik, sia-sia nanti hasil gym lo kalo organ dalam lo rusak."

Segera memakaikan hoodie pink miliknya pada tubuh mungil itu, Juna terkekeh kecil saat Miko tenggelam dalam hoodie yang dipakainya.

"Sana pulang, biar anak-anak gue aja yang ngurus nanti pagi."

Memang hanya mereka berdua yang tidak banyak minum. Karena tidak enak pada Harsa saja jadi Miko terpaksa minum walau hanya dua teguk sedangkan Juna hanya mencicipi sedikit.

"Mau kemana?"

Miko mengernyit saat lengannya ditahan oleh Juna. Bukannya tadi dia disuruh pulang?

"Pulang? Lo nyuruh gue pulang kan?"

Makin heran lagi saat wajah Juna perlahan mendekatinya, tapi Miko buru-buru menghindar sebelum itu terjadi.

"Ngapain gila?! Lo pengen Jian liat?" bisiknya pelan.

"Lo gak inget kata-kata gue waktu itu?"

Juna memajukan tubuhnya hingga Miko terhimpit pada jendela balkon. Melirik keadaan ruang tamunya sebentar sebelum kembali menatap manik bulat penuh kecemasan itu.

"Gak usah macem-macem!" Miko berusaha melepaskan diri tapi tangan panjang Juna lebih dulu mengukungnya, tak membiarkannya pergi.

"Gue bakal baik kalo lo nurut, kalo enggak ya lo tau sendiri. Udah pernah kan dua kali di mobil gue?"

Karena tidak ada respon terpaksa Juna mengeluarkan ponsel dari saku celana. "Gue rasa video ini udah cukup jadi bukti buat Jian percaya kalo malam itu ternyata pacarnya-"

"Buruan, gue mau balik."

Juna tersenyum miring sebelum menyingkap sedikit bagian leher agar leluasa, membuat Miko memejamkan mata dan menutup mulutnya dengan lengan hoodie.















"Mik...? Woy, lo dimana anjir?"

Miko buru-buru membuka matanya dan langsung mendorong Juna agar menjauh. Dilihatnya Aksa yang setengah sadar itu sedang merapihkan bawaannya.

"Balik ayo, pengen tidur di kosan aja gue."

Dengan sempoyongan Aksa menarik Miko untuk keluar dari apartement tanpa menghiraukan panggilan Juna.

Walaupun akhir-akhir ini Aksa sering membuatnya panik, tapi Miko berjanji akan memperlakukan Aksa dengan baik setelah ini.

Control MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang