Harsa tidak menyangka jika semua akan seperti ini. Sikapnya yang dingin dan respon singkat yang diberikannya sudah memperjelas semuanya, Miko salah paham.
Dan berakhir meledak siang itu hanya karena ajakannya.
"Lo ada hubungan apa sama Jian?"
Sudah ditebak pertanyaan itu akan meluncur dari bibirnya. Tidak ada kesempatan untuknya menunda semua ini lebih lama lagi. Walau sebenarnya dari awal ia sendiri ingin mengatakan yang sejujurnya pada Miko.
"Gue juga gak tau mau nyebutnya apa, karena yang jelas kita cuma temenan."
"Bisa jelasin semuanya?"
"Hari itu gue liat Jian sendirian di kantin kampus, gue gak sempet samperin karena lagi hectic banget-" ucapan Yogi terhenti saat Miko menyelaknya.
"Gue nggak nanya lo, Bang."
Harsa terkekeh kecil sebelum mulai menjelaskan semua. "Kayak yang Yogi bilang, hari itu Jian murung banget. Akhirnya malem dia mampir ke apart gue dan dia bilang... Dia mau putus sama lo."
Miko benar-benar menyimak dengan baik semua yang Harsa ucapkan padanya.
"Jelas gue gak biarin itu terjadi karena alasan dia nggak jelas. Berawal dari numpang makan atau main PS doang, Jian jadi sering mampir yang bahkan tanpa dia bilang pun gue tau dia bakal dateng. Tapi semua jauh lebih baik, lo masih dapet kabar kalo dia lagi bareng gue, hubungan kalian juga makin baik-baik aja."
Harsa mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan, "Tapi gak lama keinginan dia balik lagi, yang jelas gue larang karena kalian emang gak ada masalah apa-apa, gue tau Jian cuma lagi bosen aja. Sampe akhirnya gue gak sadar, kalo gue udah jadi pelariannya dia."
"You don't have any feeling with him?"
"No, gue nggak ada perasaan apa-apa."
"Jian?"
"Nggak mungkin, ngapain dia bawa lo ke rumahnya kalo gak serius?"
Walaupun ada perasaan kesal di lubuk hatinya tapi Miko sadar, jika dirinya juga belum sempurna hingga membuat Jian jadi seperti itu.
"Maaf, harusnya gue hentiin dia dari lama." Harsa benar-benar merasa bersalah dan malu pada dirinya sendiri. Pernah berada di posisi Miko sebelumnya tidak membuatnya tersadar jika Jian perlahan mulai menjadikannya sebagai pelarian.
"Maaf Bang, gue boleh minta waktu sendiri?"
***
Drink. Cigarettes.
Dua hal yang memabukkan dan membuat candu.
Entah sudah gelas ke berapa Miko minum. Kesadarannya sudah diambang batas tapi tak menghentikannya untuk menegak cairan pahit itu.
Tidak ada yang tau dirinya pergi ke bar, bisa dibilang Miko pergi diam-diam melalui pintu belakang villa. Ia hanya bilang butuh waktu sendiri pada Yogi dan Harsa tanpa memberitahu kemana.
Miko hanya ingin pergi, ia hanya ingin menghilang bersama dengan rasa bersalahnya yang kian menumpuk hingga membuatnya sesak.
Jika saja ia lebih memperhatikan Jian lebih lagi, jika saja ia tidak selalu menuntut ini itu pada Jian, jika saja... Jika saja dirinya membuang jauh-jauh perasaannya pada Juna sejak lama.
Kenapa ia tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri?
Kenapa Juna harus kembali dengan membawa harapan semu yang sempat ia pendam sejak lama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Control Me
FanfictionKisah klasik, berakhir di sebuah kamar karena alkohol bersama teman sendiri. Miko mengalaminya malam itu bersama Arjuna, temannya. Bukan hanya sekadar teman tetapi laki-laki yang lebih sering disapa Juna itu adalah sahabat Jian, pacarnya. "Let's ma...