11/30 "Kantor"

2.2K 224 41
                                    

Ributnya kicauan burung nampaknya tak berhasil membangunkan dua insan yang masih terjebak di alam mimpinya. Al dan Andin, entah apa yang mereka lakukan semalam sehingga mereka pagi ini bangun kesiangan dan tampak kelelahan. Sempat bangun untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, setelah itu mereka kembali tidur.

Tangan kekar itu terus memeluk sang istri erat seolah olah tak ingin kehilangan, jauh dalam lubuk hatinya memang begitu. Entah bagaimana meyakinkan nya tapi yang pasti ia tak mau ambil pusing. Berusaha menjadi suami yang bertanggung jawab mungkin itu sudah cukup, pikirnya selama ini. Tak merasa terganggu, tetapi pelukan itu malah membuat Andin semakin nyenyak tidurnya.

Al terbangun terlebih dahulu, dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Tak terkejut karena ia akan terlambat, Al hanya biasa saja. Toh itu perusahaan nya sendiri. Masih mengumpulkan nyawanya, tanpa sadar Al menatap lekat wajah sang istri membuat sebuah senyuman terukir pada wajah tampan dan sempurna itu.

"Cantik" gumam Al tanpa sadar.
Andin mulai membuka matanya, adanya Al tepat di hadapannya membuatnya terkejut

"Astaghfirullah" Teriak Andin yang masih setengah sadar.

"Kenapa?" Pertanyaan sederhana, tapi dengan suara Al yang lembut di tambah dengan senyum manisnya mampu membuat Andin salting dan bergegas ke kamar mandi. Al yang melihat Andin salting dibuat tertawa kecil.

"Kalau salting, lucu juga" batin Al.

Sedangkan di kamar mandi, Andin bertatapan dengan pantulan wajahnya di kaca. Senyum itu tak pudar dari pipi nya, terlihat jelas sekali kalau dia sempat ngeblush tadi ( gitu ga sih tulisannya? ), Pipi nya memerah.

"Andin stop Andin"
Hatinya sungguh berbunga bunga, hanya ditanya 'kenapa?' tetapi dengan lowtone dam senyuman hangat berhasil membuat Andin salting. Dengan cepat Andin berusaha menahan perasaan nya ini. Bukan karena dirinya tidak mencintai suaminya itu, bukan?! Bahkan sekarang cinta itu mulai tumbuh dengan subur. Tapi satu hal yang Andin takutkan karena dirinya tidak tahu apakah Al mencintai nya atau tidak, Andin takut jika ia sudah di buat cinta sedemikian rupa lalu Al mencampakkan nya, dan Andin tidak mau hal itu terjadi.

Andin mencuci mukanya kasar, perasaannya kini sedang terbang tinggi membuat nya susah untuk turun. Tak berlama lama, Andin melanjutkan kegiatannya, yakni mandi.

Cklk
"Pemandangan apa lagi ini tuhan?" Batin Andin.

Selesai dari mandi dan mengeringkan badannya, Andin keluar dari kamar mandi. Tapi begitu dia baru membuka pintu, terlihat suaminya itu hanya menggunakan celana dengan handuk yang dibawanya, tak memakai baju membuat tubuh sixpack Al terlihat jelas.

"Semalam seru ya Ndin, gimana kalau nanti di kantor kita main lagi? Sensasi nya pasti beda" bisik Al dengan senyum aneh nya. Mendengar itu Andin langsung mencubit perut Al.

"Awsss sakit Ndin"
"Ya makanya kamu jangan aneh aneh deh, itu kantor, kantor itu tempat nya kerja bukan tempat main" ujar Andin kesal.

"Iya memang kantor itu tempat kerja, tempat kerja buat anak" Al tertawa keras, takut Andin mencubitnya lagi Al langsung masuk ke kamar mandi dan menutup pintu dengan keras.

"Dasar mas Al"

***

Sesuai permintaan Al, hari ini Andin menemani suaminya itu di kantor. Semua mata memperhatikan mereka, terutama Shella, dari kejauhan ia menatap keduanya tak suka.

"Kenapa lo natap pak Al sama Andin gitu?" Tanya Mirna yang sedari tadi memperhatikan gelagat aneh Shella. Terkejut, tapi berusaha untuk terlihat biasa biasa saja. Malas meladeni Mirna, Shella lalu pergi entah kemana.

Andai Ft. Al & Andin [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang