29/30 "Sadar"

2.6K 292 76
                                    

VOTE !!

KOMEN !!



Sudah dua bulan sejak Andin operasi dan dirawat di ICU. Dua hari setelah Andin dinyatakan kritis, kondisi nya terus menurun dan akhirnya ia dinyatakan koma. Sampai saat ini belum ada tanda tanda Andin akan bangun bahkan dokter pun tak dapat memastikan kapan Andin akan sadar. Mereka sudah berusaha semampu mereka, sisanya mereka berserah kepada tuhan. Apakah memang masih ada kemungkinan Andin akan sadar atau tidak. Jika tidak, ambillah saja, rasanya tidak tega melihat ia yang terus berusaha berjuang melawan semua rasa sakit. Berbagai macam alat masih menempel pada tubuh Andin agar Andin dapat bertahan. Dokter memang lah bukan tuhan, bukan bermaksud mendoakan atau berpikiran yang macam macam, tetapi melihat kondisi Andin yang hanya bisa bertahan hidup dengan alat alat tersebut membuat para dokter merasa sebenarnya Andin ini sudah akan pergi sejak ia dinyatakan kritis, tetapi seperti ada yang menahannya dan akhirnya ia berasa ditengah tengah antara hidup dan mati.

Aldebaran, hidupnya semakin kacau. Badannya kurus tak terurus. Ia terus menunggu Andin hingga Andin mau membuka matanya. Bahkan ia juga sudah dua bulan ini tak pergi ke kantor dan menyerahkan semuanya pada karyawan nya khususnya pada Rendy, asisten kepercayaan nya. Mama Rossa sudah tahu semuanya, Al sudah cerita termasuk soal sikap Al, penyakit Andin dan juga dendam Abidzar. Jujur mama Rossa sebagai orang tua merasa kecewa dan sakit hati saat mendengar bahwa anak laki laki satu satu nya itu memperlakukan perempuan yang notabene istri sah Al sendiri itu diperlukan sedemikian rupa. Tapi yang terjadi biarlah terjadi, waktu tak dapat diputar kembali. Yang Al dapat lakukan hanyalah menunggu Andin sadar dan meminta maaf. Harap harap Andin memaafkannya dan mau kembali bersama nya. Ia sadar dirinya terlalu banyak salah pada Andin, tapi bolehkah ia meminta jika Andin terus bersamanya? Bukan hanya sampai maut memisahkan, tetapi sampai surganya Allah, mereka terus bersama.

Aldebaran menatap lurus ke arah Andin. Sekarang waktunya gorden di buka agar keluarga pasien dapat melihat pasien walau hanya dari luar. Kondisi Andin sangatlah parah, berhubung hidup nya bergantung pada alat alat tersebut akhirnya dokter memutuskan jika keluarga pasien hanya dapat melihat pasien dari luar. Takutnya jika keluarga pasien masuk dan tidak sengaja menyenggol alat alat di sekitar Andin maka akan berakibat fatal.

"Cepat sembuh Ndin, Reyna nyariin kamu terus"

Ada pernah tetapi hanya sekali Reyna menjenguk ke rumah sakit bersama mama Rossa, disana ia menangis dan terus berteriak memanggil nama mamanya berharap agar mamanya itu bangun. Hati Aldebaran teriris melihat kejadian itu. Semua ini salahnya. Abidzar membenci dirinya, Abidzar memiliki dendam padanya tetapi mengapa Andin yang menjadi korban?

"ABIDZAR BRENGSEK"

Tiga hari setelah kejadian, Abidzar dinyatakan meninggal dunia karena tembakan pistol polisi waktu itu. Peluru yang menembus hingga jantung nya membuat dia tak mampu bertahan. Sempat operasi tapi nyawanya tak tertolong. Jujur Aldebaran senang, tetapi disisi lain Andin sampai saat ini belum sadar membuat kematian Abidzar seolah olah biasanya saja untuknya.

"Gimana kabar Andin?" Tanya Ricky yang baru saja sampai. Ia selalu datang ke rumah sakit pada saat gorden itu dibuka.
"Belum ada perubahan" jawab Aldebaran lesu.

"Kalau diliat dari kondisinya, kita cabut aja alat alat itu mungkin Andin gak akan bertahan lagi. Tapi seperti ada sesuatu yang membuat nya bertahan dan seperti ini. Terjebak antara hidup dan mati"

"Yang kuat" Ujar Ricky menguatkan Al.
"Thanks"

Gorden itu terbuka, terlihat lah Andin yang sudah dua bulan itu mengalami tidur panjang dan tak kunjung bangun. Hati Ricky dan Al sakit melihat Andin yang terus seperti itu dan tak ada perkembangan sampai saat ini. Tiba tiba tubuh Andin kejang kejang membuat keduanya sangat panik dan langsung berteriak memanggil dokter, tak peduli jika mereka akan dipangang seperti orang gila.

Andai Ft. Al & Andin [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang