12.

273 52 5
                                    

"Hhhh...!" Berkali-kali Hyunsuk menghembuskan nafas dengan kasar entah apa alasanya.

"Bang, ada masalah? Cerita aja kali." Ucap Yoonbin yang sudah terduduk disamping Hyunsuk.

"Gue cuma lagi marah sama diri sendiri. Sebagai yang tertua, gue berasa gagal jaga kalian." Mata Hyunsuk mulai berkaca-kaca.

Yoonbin yang menyadari hal itu pun merangkul bahu Hyunsuk mencoba menguatkan.

"Sekarang apa? Apa yang mesti kita harapkan? Bahkan disaat kek gini masih ada aja pengkhianat. Ga punya otak." Lanjut Hyunsuk dengan lirih namun terkesan sarkas.

Yoonbin sedikit tertegun mendengar ucapan Hyunsuk. Selama ia mengenal Hyunsuk, tidak pernah sekali pun Hyunsuk mengatakan hal sarkas seperti itu. Pikir Yoonbin, jika sudah seperti ini berarti Hyunsuk sudah benar-benar lelah.

"Ayok bang, gue ada sesuatu, dengan itu mungkin bisa sedikit ngilangin stres lo." Ajak Yoonbin, dan Hyunsuk hanya menurut.

.
.
.

Haruto tengah memandang aliran sungai kecil didepannya. Tatapannya kosong, pikirannya sedang berkelana ke berbagai tempat. Jujur, ia sudah lelah raga dan jiwa. Lelah raga karena tak kunjung menemukan jalan keluar. Lelah jiwa karena ditekan untuk selalu berhati-hati dan banyaknya masalah yang menimpa mereka.

"Haruto," panggil Jeongwoo sembari menyandarkan badannya kepada batang pohon tepat di belakang Haruto.

Haruto tidak menjawab, bahkan ia tak bergeming dari tempatnya.

"Hhh.. To, kalo mau selamat jangan patah semangat. Ini tuh ujian hidup dari Tuhan. Selama ini Tuhan udah ngasih lo kebebasan, tapi sementara ini kebebasan lo lagi diambil, dan sekarang ini waktunya lo buktiin kalo lo bisa ngambil balik kebebasan lo yang diambil Tuhan. Semangat, To! Pengkhianatnya bego kok, abis ini juga ketangkep." Ujar Jeongwoo panjang lebar dengan diakhiri tepukan singkat di bahu Haruto, setelah itu kembali menemani Asahi di tempat utama peristirahatan.

"Semangat ya? Buat apa semangat kalo orang yang gue percaya ternyata pengkhianatnya?" Gumam Haruto dengan kekehan kecil yang terdengar miris.

.
.
.

Yoshi terbangun dari tidur singkatnya, ia melihat Doyoung dan Junkyu yang tertidur dengan sangat pulas. Namun, ia tak mendapati keberadaan Jihoon disekitarnya.

"Jihoon, lo dimana?" Panggil Yoshi sedikit mengeraskan suara agar Jihoon mendengarnya.

Tak ada jawaban.

Khawatir, Yoshi khawatir. Walaupun Jihoon adalah manusia setengah robot, tetap saja dia butuh perlindungan. Segera Yoshi bangkit dari posisinya dan mencari Jihoon di seluruh goa ini hingga keluar goa, ia baru mendapati Jihoon yang berdiri membelakangi dirinya, menghadap sebuah obyek yang mungkin menarik bagi Jihoon.

"Ji?" Panggil Yoshi hati-hati.

Jihoon tak bergeming, ia tetap memandang lurus kedepan.

Yoshi mulai menghampiri Jihoon, ia mencoba mencari obyek apa yang Jihoon lihat. Ternyata, Jihoon hanya melihat seorang (emang masih bisa disebut orang?) zombie yang juga membelakangi mereka.

"Ji? Lo kenal dia?" Tanya Yoshi ketika melihat tatapan sayu milik Jihoon.

Jihoon mengangguk kaku masih dengan memandangi zombie tersebut.

"Siapa?"

Jihoon menggerakkan tangannya menyentuh bagian jantungnya.

"Pacar lo?" Yoshi sempat kebingungan dengan bahasa isyarat yang Jihoon berikan.

The Virus is Beginning | Treasure13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang