. . .
Istirahat pertama adalah waktu yang biasa digunakan para siswa-siswi untuk makan di kantin. Sebab biasanya istirahat kedua waktunya matahari bersinar terik, berdiam di bawah AC kelas adalah opsi terbaik.
Beruntung kedai langganan Hazel dan Anya tidak memiliki begitu banyak pelanggan, itu artinya mereka tidak perlu mengantri lebih lama. Tiba saat giliran keduanya, Hazel yang maju paling depan.
"Anya mau makan apa?" Tanya Hazel sedikit menengok ke belakang.
Anya mengulum bibir, melempar pandangan pada kotak kaca berisi banyak jajanan roti berwarna-warni. Tepatnya pada jejeran roti bulat berwarna cokelat muda, itu rasa favorit Anya.
"Bubur ayam, sama coffee bun." Anya menjawab tegas.
"Minumnya?" Tanya Hazel lagi.
"Air mineral," Balas Anya mengalihkan pandangan kearah kulkas penjualan, "sama... good day cappucino kalau boleh, hehe..." Cewek itu nyengir lebar, mengeluarkan jurus andalannya harap-harap Hazel luluh dan mengizinkannya minum kopi hari ini.
Hazel berdecak malas, lanjut menyentil dahi Anya gemas. "Nggak ada kopi kopi, udah air mineral aja."
"Yaudah," Respon Anya pasrah. "Sekalian buat Tesa juga, lo tau kan dia biasa makan apa?"
"Tenang, gue tau kok." Hazel membalas santai. Sebagai pacar yang baik, Hazel tentu tidak akan membuat Tesa mengantri lagi untuk membeli makanan ketika tiba di kantin nanti.
Sebenarnya Hazel sudah meminta Anya untuk menunggu di meja, tidak perlu ikut mengantri. Ya, tapi Anya beralasan tidak punya teman jika di suruh menunggu sendiri. Kebetulan hari ini piket Tesa, dia di suruh mengembalikan buku paket ke perpustakaan terlebih dahulu. Mungkin sebentar lagi akan tiba di kantin.
Sembari menunggu Hazel menyampaikan pesanan mereka, Anya sibuk memperhatikan si penjaga kantin yang tengah berbicara dengan Hazel di depan sana. Anya baru melihatnya hari ini, entah penjualnya baru diganti atau bagaimana.
Percakapan ringan Hazel dan penjaga kantin itu sampai di telinga Anya. Cewek itupun menyimak dalam diam, sesekali tersenyum mendengar penuturan si penjaga kantin yang terdengar lucu di telinganya.
"Mas, pacarnya ya?" Tanyanya kepada Hazel sembari melirik Anya.
Hazel menggeleng dengan senyuman lebarnya. "Bukan, Mas. Adik saya ini mah."
Pria yang terlihat masih sangat muda itu mengangguk beberapa kali. "Oalah. Kalau adiknya Kelas berapa, mas?"
"Kelas sebelas, kita sekelas. Hehe..." Balas Hazel terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH UNTOLD
Teen FictionTentang kebenaran, janji, rasa, rahasia dan nyawa yang melolong pilu di bawah langit Bern. ©imurbaeeeee, 2020