OST. Part 4
BTS - The Truth Untold•••
Matahari berangsur pulang, kembali ke peraduannya. Langit akhir-akhir ini tidak secerah biasanya. Memasuki musim gugur, sekumpulan awan tebal kerap bertengger di atas sana.
Daratan Bern menjelma jingga, satu persatu pepohonan menggugurkan daunnya. Trotoar dipenuhi maple yang menguning, ada pula yang menumpuk pada pekarangan taman umum.
Jalanan agak lengang sore itu. Deretan bangunan berasitektur eropa kuno menyapu pandangan di kedua sisi jalan, tak lupa pohon-pohon tinggi yang mulai gundul.
"Do you like the view?" Kai membuka suara, melirik gadis mungil di sisi kanannya yang sedari tadi sibuk melempar pandangan ke luar jendela.
"Yes, i do." Anya mengangguk antusias. "Kita lewat sungai Aere?" Tanyanya kemudian, menoleh kepada sang pengemudi.
"Lo mau lewat sana?" Kai bertanya lembut.
Anya menjawab sungkan, "nanya aja sih, hehe..."
"Waktu kecil, lo suka jalan-jalan keliling kota?" Tanya Kai random.
Ada jeda beberapa detik sebelum Anya menanggapi. Dia tidak begitu ingat dengan jelas memori-memori masa kecilnya, hanya ada rumah, Hazel dan Anna.
"Seingat gue, jarang. Lebih sering dirumah sama Hazel dan Bunda. Tapi sejak SMA, sering jalan-jalan bareng Hazel dan Tesa," terang Anya sekenanya.
"Kalau lo sendiri, sering jalan-jalan bareng Dirga dan orang tua kalian?" Gadis itu melempar pertanyaan baru.
Kai terkekeh bingung, pertanyaan yang agak lucu. "Dirga susah diajak keluar. Ayah sibuk urus kantor. Mama udah nggak ada, dia meninggal setelah ngelahirin Dirga. Makanya gue lebih sering nongkrong sama anak-anak basket."
Gadis itu sontak dirundung rasa bersalah. "M-maaf, kak." Sungguh, Anya baru tahu tentang ini.
"Santai aja," balas Kai enteng.
Anya kemudian melempar pandangan ke luar, menjadikan pemandangan nydegg bridge dan lepas sungai aere di luar sana menjadi tontonan menakjubkan. Biru kehijauan airnya nampak kontras dengan jingga kecoklatan dedaunan yang gugur di tepian.
"Lo paling suka musim apa?" Kai lagi-lagi bertanya random, memecah keheningan.
"Musim dingin," jawab Anya spontan. "Ada salju, barengan sama hari natal, dan pastinya nggak gerah."
Kai tertawa gemas. "Suka main salju, nggak?"
"Sukaa!" Sahut Anya girang. "Suka kalau ada yang nemenin," tambahnya memperjelas.
"Emang kalau sendiri kenapa?" Tanya Kai iseng.
"Nggak suka aja, nggak seru." Anya menjawab sedih, mengingat beberapa tahun lalu dia memaksakan diri main salju sendirian di depan rumah karena Hazel terserang pilek sepanjang musim dingin.
Keduanya kemudian larut dalam pembahasan hangat pasal musim dingin, saling menceritakan perayaan natal dan serangan pilek satu sama lain di setiap tahunnya ketika salju turun. Tidak terasa, kereta besi milik Kai akhirnya membawa mereka melewati gerbang pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH UNTOLD
Teen FictionTentang kebenaran, janji, rasa, rahasia dan nyawa yang melolong pilu di bawah langit Bern. ©imurbaeeeee, 2020