OST. Part 7
Billie Eilish - Bored• • •
Mendung di langit. Kawanan kumulonimbus bertengger manis di cakrawala Bern sejak pagi menyapa, betah berdiam hingga sore tiba. Matahari tidak menampakkan barang sebias cahayapun dari sela awan, menambah kesan gelap seharian ini.
Lampu-lampu ruangan telah dinyalakan, penghangat ruangan juga mulai difungsikan. Mengingat prediksi cuaca, ini sudah memasuki musim dingin. Suasana kelas masih terasa suram dan beku seolah mati tak berpenghuni.
Lima belas menit lagi kelas berakhir. Matematika biasanya selalu menjadi favorit anak-anak kelas unggulan itu, namun kali ini coretan angka di papan tulis tidak lagi menyita atensi. Pikiran mereka lebih banyak mengambang, dipenuhi rasa takut dan tanda tanya.
Gadis bermata bulat dengan pipi berisi ini melamun panjang, menopang dagu dengan pikiran mengawang. Kedua matanya refleks melirik meja dan kursi kosong di sisi kirinya, terdapat banyak tangkai bunga di sana.
Rongga dada sebelah kiri Anya terasa sesak, biasa ada sosok Tesa disebelahnya bersama wajah malas menahan kantuk pagi-pagi begini. Lalu saat siang tiba, Tesa akan memasang wajah serius sembari menopang dagu memperhatikan pelajaran.
Ah ya, Ekspresi jutek Tesa tidak ketinggalan, apalagi saat ada sesuatu yang kurang dipahaminya. Kalau bukan Anya, pastilah Hazel yang menjadi tempatnya berkeluh kesah pasal soal rumit tersebut. Mengingatnya membuat mata Anya berkaca-kaca.
Tujuh hari semenjak kematian Tesa dan Taksa, sepanjang itu pula pikiran Anya tidak bisa fokus. Entah mengapa, kejadian ini mengingatkannya kepada kematian Deeva beberapa waktu silam. Ini tentang cara mati mereka yang sama-sama hangus terbakar.
Sekolah diliburkan sejak kejadian di rooftop gedung utama minggu lalu, kabar menghebohkan itu ramai menjadi headline berita di koran maupun televisi nasional. Meski berhari-hari telah berlalu, ketakutan akan tewasnya Taksa dan Tesa secara mengenaskan masih menghantui para warga sekolah.
Insiden naas yang menimpa kedua murid kelas sebelas itu diduga perkara hubungan pendek arus listrik. Ya, kurang lebih begitulah berita yang menyebar berdasarkan klarifikasi dari pihak sekolah.
Bel istirahat berbunyi, Hazel mengajak Anya ke kantin. Namun Anya menolak dengan alasan mau mengecek keadaan Sekretariat. Sudah lama sekali sejak tempat itu dibersihkan, Anya berencana mengajak beberapa anak OSIS lain untuk berkunjung sepulang sekolah nanti.
"Kalau ada apa-apa langsung telpon gue, ya?" Ujar Hazel setelah lama menimbang keputusan, dia takut terjadi sesuatu kepada Anya sebab tempat itu menyimpan banyak kenangan bersama Taksa.
"Siap." Anya mengangguk, tersenyum tipis sebelum memisahkan diri menuju koridor Sekret.
Dada Anya mendadak sesak saat memasuki ruangan tersebut, tempat dimana dia menghabiskan waktu paling banyak bersama Taksa dahulu. Kursi paling depan itu, tempat Taksa sering duduk memeriksa data-data OSIS yang baru masuk.
Pandangan Anya beralih ke meja komputer, masih ada beberapa kertas hvs berserakan di sekitarnya. Kalau tidak salah, itu absen event english camp kemarin. Anya mempersiapkannya untuk hari berikutnya atas perintah Taksa, akan tetapi acara tersebut harus berakhir hari itu juga.
Di meja itu juga dulu Taksa sering menemani Anya mengerjakan berbagai keperluan administrasi, menggombalinya sampai Anya yang tadinya lapar menjadi kenyang. Lalu selanjutnya laci meja menyita perhatian, Taksa selalu menyimpan kopi susu untuk Anya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH UNTOLD
Fiksi RemajaTentang kebenaran, janji, rasa, rahasia dan nyawa yang melolong pilu di bawah langit Bern. ©imurbaeeeee, 2020