OST. Part 6
Keshi - Us• • •
Cuaca di Bern menjadi agak tak menentu akhir-akhir ini, hujan turun deras disertai angin kencang. Dipastikan beberapa minggu kedepan, salju akan turun menyelimuti kota bersamaan dengan liburan musim dingin.
Angin mulai bertiup kencang kala Anya berjalan menuju Aula, ingin memastikan berjalannya acara yang sudah memasuki hari kedua ini. Di tengah jalan, Anya berpapasan dengan seseorang.
"Mau ke aula, ya?" Tanya cowok itu menghentikan langkah.
"Iya, Kak." Anya menjawab apa adanya.
Kai mengernyit resah menangkap pemandangan Anya memeluk lengannya sendiri, pertanda bahwa gadis itu kedinginan. Tanpa berpikir panjang, Kai melepas jaket hitam miliknya dan merentangkan benda itu di pundak Anya.
"Eh, Kak." Anya Ingin protes, namun semuanya sudah terlanjur. "Ntar lo kedinginan," ujarnya merasa tidak enak.
"Nggak apa-apa, gue masih ada jaket di loker," ucap Kai lembut.
Bukan hanya tubuh, bahkan rongga dada Anya ikut menghangat. "Terima kasih, Kak Kai."
"Udah sana ke aula," titah Kai mendorong pundak sang adik perlahan.
Anya tersenyum manis sebelum berlarian mengenakan jaket milik Kai dengan benar. Tersadarkan sesuatu, jaket ini sama dengan yang Kai berikan sewaktu Anya tembus di toilet Mall beberapa bulan lalu.
Sementara itu, Kai tidak langsung beranjak. Si sulung Krisan itu menunggu sosok Anya masuk ke dalam aula, barulah dia beranjak pergi. Kai berniat ke lapangan indoor, melihat anak-anak bermain basket.
"Eh, Hazel." Langkah Kai tiba-tiba terhenti, menyapa sang kapten basket dengan wajah sedikit terkejut. "Sejak kapan lo di sini?" Tanyanya heran, sebab rupanya Hazel tengah bersandar pada pilar di koridor yang sama.
"Sejak lo nanya ke Anya mau ke aula apa nggak," jawab Hazel sembari memantulkan benda bulat jingga ke lantai.
Kai mengangguk paham, meski terbersit tanya mengapa Hazel terasa agak berbeda hari ini. "Mau ke lapangan indoor?" Tanya Kai basa-basi.
"Kenapa, sih lo datang ke kehidupan Anya lagi?" Tutur Hazel mengangkat pandangan, menatap oniks kelam Kai.
"Maksudnya?" Kai bingung.
"Kalau tujuan lo balik ke hidup Anya biar bisa ambil ginjal dia buat Dirga, lebih baik lo pergi aja." Hazel berujar sarkas, lalu pergi tanpa menunggu balasan Kai.
• • •
Anya berkunjung lagi ke Sekret siang ini ketika jam istirahat tiba, dia hendak memberitahu sesuatu kepada Taksa. Akan tetapi, keberadaan cowok itu tidak dijumpai di aula tadi. Satu-satunya opsi tempat yang masuk akal adalah Sekretariat.
Kegiatan English Camp dan persekolahan berjalan beriringan, menyebabkan koridor-koridor yang Anya lewati tidak begitu sepi. Pintu Sekretariat tertutup rapat dari luar, Anya segera menarik turun knop dan mendorong daun pintu pelan.
"Eh, halo!" Sapa Anya ramah, ternyata di sana ada Tesa juga.
Ya, di ruangan ini sebelumnya hanya ada Taksa dan Tesa. Berdua. Sejujurnya Anya agak terganggu dengan kondisi itu, namun sebisa dia mungkin menepisnya. Anya tidak ingin meladeni hal-hal semacam itu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUTH UNTOLD
Teen FictionTentang kebenaran, janji, rasa, rahasia dan nyawa yang melolong pilu di bawah langit Bern. ©imurbaeeeee, 2020