Chapter 41 • Lupa Namanya Inget Desahannya

78 18 203
                                    

Hari itu Can nggak dm duluan kayak biasanya. Tin bertanya-tanya apa Can marah? Mantan-mantannya yang dulu sering begitu. Tiba-tiba ngambek nggak jelas dengan alasan yang Tin nggak paham.

Tin nongkrong di sekret kayak biasa. Hari itu ada rapat pembahasan kegiatan caving dan wacana untuk mengadakan webinar bersama mapala dari kampus sebelah. Mereka sedang membahas materi, narsum dan kapan diadakannya kegiatan.

Seusai rapat, anak-anak masih berkumpul. Beberapa asik mainan hape, yang lain nonton film di dalam sekret, Tin dan gengnya duduk-duduk di tepi kolam.

Menjelang sore, rasa bosan merasuki Tin hingga ke tulang belulang.

"Ngantuk tapi laper. Makan dulu apa tidur dulu enaknya??" Sammy mengeluh.

"Heh tahu colmek! Tuhan pasti nyesel banget udah kasih lo nyawa. Hidup ngeluh mulu mending mokad. Lo bisanya napas doang ngabisin udara." Pond nyautin Sammy tapi nggak ngaca kalo dia juga perlu tobat.

"Bunda, inilah pentingnya ASI untuk tumbuh kembang bayi. Kalau sejak bayi minumnya ciu, gedenya jadi begini." sahut Sammy nggak kalah sengit.

Teman-temannya mengabaikan dua anak setengah sinting itu berkelahi. Mereka sibuk main game.

"Iih zombienya ngejar! Zombienya ngejaarr!!!" Tekno berteriak histeris. Matanya fokus ke layar hape.

"Jangan takut zombie, mereka cuma makan otak. Kan lo nggak punya." Tin nyeletuk. Dia sedang menggambar doodle di notebooknya.

"Daripada lo nggak pernah ngegame! Makanya nggak tau serunya gimana." Tekno membalas.

"Ngapain ngegame kalo punya banyak buku buat dibaca." ujar Tin kalem.

"Dih, nerd." celetuk Kla.

Pasangan itu bersekongkol menyerang Tin.

Sammy menoleh.

"Tapi bentukannya Tin nggak kayak nerd. Dia itu kayak..."

"Fakboy." timpal Pond menyambar Sammy.

Mulutnya Pond kapan-kapan perlu disumpal pakai softek.

"Tapi jones." lanjutnya ngeselin.

Tin bersumpah seandainya nggak gara-gara Pond pernah nyelametin dia pas tergelincir waktu naik gunung, dia akan membunuhnya.

Tapi membunuh Pond itu buang tenaga. Mending ngelakuin hal bermanfaat lain. Coli misalnya.

"Tergantung prinsip. Lo jones karena gak laku, gue jones karena males."

Tin melempar tutup toples berisi takari ke arah Pond. Tapi bandar bokep itu gagal menangkap akibatnya kepalanya kesambit tutup toples. Sammy ngakak bahagia.

"Tin gitu-gitu sering gituan. Ngakunya doang jones. Nebar benihnya dimana-mana." ujar Sammy kenceng.

"Anjirr! Lo kira lagi bercocok tanam pakai nebar benih segala."

"Lupa rasanya, inget wanginya. Lupa namanya, inget desahannya. Iya nggak Tin?" Pete ngebacot. Tin mengabaikannya.

Pada saat yang bersamaan, anak-anak sepakbola baru balik dari lapangan menuju ke sekretariat mereka sendiri. Pas lihat Ae si anak sepak bola lewat depan sekret, Pete auto lenjeh kayak jablay.

"Nih. Ngerokok lah, biar keliatan laki." Kla mengangsurkan rokoknya ke depan muka Pete yang sedang kalap memandangi Ae dari jauh.

"Lha, ngerokok biar keliatan laki? Ide tolol siapa woi? Yang ada kalian malah impoten dini. Hahaha!" Tin dan Sammy ngakak bersamaan.

"Gimana keliatan laki ngaceng aja gak bisa. Goblok!"

"Gak apa-apa gays, sex toys banyak di toko online. Bisa dipasang buat gantiin aset yang gagal ereksi." Pond menimpali. Seperti biasa, mulut dan otaknya berakselerasi dengan sempurna.

CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang