1.

1.1K 104 33
                                    

Warn: full of harsh words, kosa kata baku-non baku bercampur aduk, dan unsencore words.

Rambut hitam agak bergelombang Kevin memercikkan keringat ke segala arah kala lelaki itu mengibaskan kepalanya ke kiri dan ke kanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut hitam agak bergelombang Kevin memercikkan keringat ke segala arah kala lelaki itu mengibaskan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Bola basket yang sebelumnya berada ditangannya ia lempar ke arah Joni –rekan setimnya kala obsidannya mendapati sosok Kalista tengah berjalan dengan tumpukkan buku ditangan, juga telinga yang tersumbat oleh earphone berwarna putih. Perempuan itu nampak mengenakan kemeja kebesaran juga celana jeans yang membalut ketat kaki mulusnya, sepasang sepatu converse putih menemani langkahnya yang nampak acuh terhadap kerumunan yang tengah sibuk bersorak memberi dukungan pada siapapun lelaki yang sedang bermain dilapangan, walaupun sebenarnya mayoritas dari mereka meneriaki nama ‘Dewa’ yang tak lain adalah dirinya sendiri.

Sorakkan para gadis semakin menguar kencang saat Kevin melakukan aksi kibas rambut bagaikan bintang iklan shampoo. Belum lagi kaos putihnya yang basah akibat keringat kini menempel pada badan atletisnya, membuat para perempuan itu bisa melihat jelas betapa Kevin memiliki bentuk tubuh yang sempurna.

“Ah sial! Ganteng banget!” Puji para gadis dengan nada suara melengking juga tubuh yang nampak meleyot-leyot gugup, tak tahan dengan pesona Kevin yang nampak begitu berlebihan.

“Eh kesini! Kesini! Kak Dewa kesini!” jerit beberapa gadis lainnya begitu lelaki itu melangkah ke  arah kursi penonton-

“Lah kok?” atau mungkin tidak.

Tatapan mata yang awalnya memuja itu kini memicing tajam. Teriakan memuja sebelumnya pun turut pudar tergantikan umpatan demi umpatan kala Kevin hanya melengos melewati kerumunan penggemarnya dan lebih memilih mendekati sosok perempuan yang kini sudah berjalan menjauh menuju lapangan.

“Lapangan basketnya udah lewat.” Kevin berbisik setelah melepaskan sebelah earphone perempuan itu, setalahnya tangannya meraih pinggang mungil Kalista, dan dagunya pun ikut menempel –bertopang diri, pada bahu kecil itu.

“Siapa juga yang mau kesana.” Ucap Kalista. “Bau, sana jauh-jauh.” Ucapnya lagi dengan sebuah buku yang kini telah tertempel dikening Kevin, berusaha mendorong tubuh basah lelaki itu agar tidak menularkan keringatnya.

Bukannya menuruti ucapan perempuan itu, Kevin justru semakin mengeratkan dekapannya, membuat tubuh Kalista semakin menempel padanya dan berakhir mencuri sebuah ciuman dari bibir ranum gadis itu.

“Kevin!” Kalista berteriak, sebal dengan tingkah Kevin yang akhir-akhir ini semakin bersikap terbuka dengan hubungan keduanya.

“Kenapa hmm? Biasanya juga leb-“ — “Asal nyerocos lagi, beneran aku timpuk ya?!”

“Hahaha. Bercanda sayang. Sensi amat sih, perasaan belom tanggalnya deh.”

LüstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang