6.

723 70 34
                                    

"Devi!" Kalista menoleh ke belakang, mendapati sosok Bima dengan senyum manisnya tengah berlari dengan sebuah buku digenggaman tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Devi!" Kalista menoleh ke belakang, mendapati sosok Bima dengan senyum manisnya tengah berlari dengan sebuah buku digenggaman tangan. "Dev, lu nggak papa kan?" Tanyanya, begitu tungkai jangkungnya sudah menapak tepat dihadapan Kalista.

Kalista melirik ke tangan Bima begitu lelaki itu menyodorkan buku yang sejak tadi dia bawa. "Permintaan maaf gue karna nggak bisa bantuin lu kemarin." Lanjutnya.

"Bim, harusnya gue kali yang minta maaf. Padahal gua yang udah-"

"It's oke, Dev. I know you. Lagian bukan mau lu juga." Bima kembali tersenyum.

"Thank's ya Bim. Lu emang temen gue yang paling pengertian."

Ah Bima.. Seandainya saja Kalista bukan seseorang berhati batu, mungkin dia sudah jatuh hati terlebih dahulu bahkan tanpa kamu harus bersusah payah.

"... Tapi lu baik-baik aja kan?" Bukannya menjawab, Kalista justru hanya menunjukkan senyum masamnya. Bukan tak suka dengan lontaran pertanyaan yang diberikan Bima, karna wanita itu yakin lelaki dihadapannya pasti sangat khawatir. Tetapi masalah utamanya adalah dia terlalu lelah sekarang. Tubuh wanita itu sakit, terlebih dibagian kewanitaannya.

Sungguh! Kalista ingin sekali melayangkan berbagai umpatan pada Kevin kala pria itu memaksanya untuk 'berbicara'. Tapi bukannya mengumpat, Kalista malah mendesah begitu nikmat kala lelaki yang selalu mengelukan pada dunia bahwa dirinya adalah kekasih wanita itu mencumbunya begitu dalam dan menberikan sentuhan yang akhir-akhir ini terasa begitu nikmat di titik sensitifnya.

"Sialan." Umpat Kalista tanpa sadar begitu membayangkan pergumulan mereka kemarin.

"Dev, are you really oke?" Tanya Bima sekali lagi. "Lu nggak di apa-apain sama Dewa kan?"

Kalista menoleh, menatap raut wajah Bima yang terlihat begitu mengkhawatirkannya. Wanita itu menggeleng, berucap meyakinkan bahwa dia sangat baik-baik saja.

"Kita cuman berantem biasa kok, Bim. Dia nya terlalu overprotektif aja." Kalista benar-benar tidak mengerti dengan dirinya. Kenapa juga dia harus bersusah payah membela Kevin dihadapan Bima. Apa karena dia ingin menutupi aib nya sendiri karna disetubuhi oleh kakak tirinya, atau...

"Ya, kalo lu punya pacar pasti paham yang gue maksud.."

Kalista tanpa sadar sudah mulai menerima hubungan mereka.

"Ah.. Sayang banget gue jomblo haha"

Karna yang mau gue jadiin pasangan gue udah jadi milik orang lain.

"Ta." Bima turut menoleh. Lelaki itu ingat sekali suara juga panggilan yg baru saja disebut.

"I thought you still in your class."

LüstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang