Ingatkan Kalista untuk tidak memukul Kepala Kevin, karna wanita itu merasa sangat kesal sekarang.
Kalista pikir saat Kevin mengajaknya pergi di jumat malam setelah segala perkuliahannya selesai, mungkin mereka akan tiba ditempat menyenangkan dan bisa membuat otaknya kembali segar. Belum lagi dia terpaksa membatalkan janji untuk pergi bersama teman-teman kelompoknya untuk menyelesaikan laporan praktikum yang akan dikumpulkan rabu depan, tapi lihatlah dimana mereka sekarang. Berada disebuah ruangan Vip yang ada di club malam terkenal di area Selatan Jakarta bahkan tak pernah masuk kedalam list destinasi yang ingin Kalista kunjungi.
"Sinting." Ketus Kalista pada lelaki yang kini tengah duduk santai menikmati red wine nya. Bahkan baru beberapa hari yang lalu lelaki itu memeluk Kalista dengan keadaan mabuk dan wajah yang murung. Dan sekarang lelaki itu terlihat sangat segar, dan tetap memilih untuk menghabiskan uang ditempat ini.
"Kamu nggak minum?" Tanya Kevin begitu melihat gelas Kalista yang tak tersentuh.
"Kalo kita berdua mabok, siapa yang mau nganter pulang? Ambulance?" Sarkas Kalista yang hanya dihadiahi gelak tawa dari Kevin.
"Toleransi alkoholmu nggak seburuk itu kan, Ta?" Kekeh Kevin yang hanya mendapatkan delikkan tajam dari wanita itu.
"Oke.." Kevin tak melanjutkan perdebatan, tangan lelaki itu meraih gelas milik Kalista dan langsung menghabiskan minuman dengan kadar alkohol cukup rendah itu. "No drink." Ucapnya kemudian meletakkan gelas itu menjauh.
Kevin meraih tangan Kalista, menggenggamnya erat kemudian menciumi telapak tangan wanita itu begitu lembut. "Mau pergi ke tempat lain?"
Kalista menggeleng. "Terus?" Membiarkan Kevin terus menciumi tangannya, Kalista akhirnya menyandarkan kepalanya pada lengan lelaki itu. "It's okay. Kamu bisa minum sebanyak yang kamu mau." Membiarkan Kevin pada akhirnya menikmati waktu untuk dirinya karna Kalista pikir selama ini lelaki itu selalu menuruti kemauannya. Mungkin juga karna Kevin merasa bersalah karna selalu bersikap semaunya ketika keduanya melakukan sex. Tapi ya, hanya membiarkan lelaki itu minum setidaknya takkan menjadi masalah besarkan?
Anggap saja Kalista sedang menemani Kevin menetralkan pikiran akibat stress skripsi dan permasalahannya dengan sang ibu.
Atau mungkin tidak?
Wajah yang memerah padam, nafas yang terdengar tersenggal, berbagai racauan, juga segala sentuhan yang Kalista terima sekarang benar-benar berhasil membuat wanita itu kesal. Kalista sudah berulang kali mendengus sebal, melapalkan berbagai umpatan, bahkan sejak mereka akan meninggalkan ruangan itu.
"Ta~" Kevin kembali meracau, mendekap semakin erat tubuh mungil itu kemudian menggesekkan kepala bersurai hitam itu itu diperpotongan leher sang kekasih. "You smell goodh!" Kevin menjilat telinga Kalista, melumatnya kemudian menghembuskan nafas, berusaha menggoda Kalista yang kini menggeram didalam dekapan tubuh besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lüst
FanfictionHubungan saudara tiri biasanya akan disangkut pautkan dengan ketidak akraban dan rasa benci. Tapi bagaimana jika dalam hubungan saudara tiri kali ini justru tersangkut pada sebuah perasaan juga hubungan yang diragukan kelanjutannya? WARNING: You ent...