3.

1.3K 81 30
                                    

Warning: this chapter full of mature content. Buat yang nggak suka silahkan skip!


"Kan udah gue bilang! Jauh-jauh dari gue!" Kalista berteriak marah setelah sejak perjalanan pulang tadi memilih diam menatap jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kan udah gue bilang! Jauh-jauh dari gue!" Kalista berteriak marah setelah sejak perjalanan pulang tadi memilih diam menatap jalanan. Kevin yang menjadi objek makian Kalista lebih memilih tak bersuara, tak ingin menyangkal jika memang ini kesalahannya karena membuat gadis itu terlibat dalam masalah. Tapi apa yang bisa dirinya lakukan? Kevin tak bisa membendung hasratnya yang selalu menggebu setiap kali melihat Kalista, dan dirinya tidak tahan jika harus melihat gadis itu berjalan atau mengobrol bersama lelaki lain.

Hasratnya berubah menjadi obsesi. Itulah yang Kevin rasakan. Oleh sebab itu, dirinya akan selalu berada disekeliling Kalista ketika jadwalnya ataupun jadwal gadis itu kosong.

"Lu bikin kehidupan gue yang tentram rusak!" makinya lagi dengan nafas terengah. Belum pernah disepanjang 20 tahun hidupnya, Kalista memaki seseorang begitu kasar seperti ini. Amarahnya sudah tertumpuk begitu lama sedari mamahnya memberi kabar bahwa ia sudah menemukan sosok ayah pengganti dan akan melangsungkan pernikahan. Seminggu setelahnya Kalista dipaksa meninggalkan rumah dengan kenangan tak terhingga bersama mendiang sang ayah, kemudian dipaksa bergabung dengan orang-orang yang bahkan terlalu asing baginya.

Dan sekarang? Ia bahkan dikuntit oleh lelaki yang disebut oleh ibunya sebagai 'saudara lelaki' yang nyatanya lebih terlihat seperti seorang lelaki mesum ketimbang 'saudara' yang akan melindunginya. Lalu, sore ini ia bahkan nyaris dikeroyok oleh gadis-gadis gila yang mendeklarasikan diri mereka sebagai 'penjaga Dewa'.

Kenapa hidupnya begitu runyam?!

"Udah?" Kalista memejamkan matanya erat, berusaha menahan amarahnya agar tidak kembali meledak setelah mendengar respon santai yang diberikan oleh lelaki yang lebih tua setahun darinya itu.

Kalista menghembuskan nafas kasar, tangannya dengan cepat meraih barang-barangnya yang diletakkan Kevin diatas sofa. Setelahnya gadis itu melangkah cepat, ingin segera memasuki kamarnya untuk menenangkan diri. Tetapi baru beberapa langkah, tubuhnya sudah terlebih dahulu diraih dan dengan entengnya dibopong oleh Kevin yang kini sudah menapaki anak tangga dengan terburu-buru.

"Kevin?! Turunin gue!" Kalista memberontak. Tangannya beberapa kali memukul dada Kevin. Bukannya menurunkan gadis itu sesuai keinginannya, Kevin justru berucap santai menyuruh Kalista diam agar tidak membuat barang-barang dalam dekapannya terjatuh.

"Lu mau ngapain?!" Kalista berteriak marah begitu dirinya sudah terduduk diatas kasur. Kevin tak menjawab, hanya memberi sebuah senyuman manis -yang nampak menyeramkan dari sudut pandang Kalista. "Mending lu rapihin barang-barang lu dulu." Ucapnya kemudian turun dari ranjang menuju pintu.

Kalista menghela nafas lega, begitu melihat Kevin keluar dari kamarnya. Dengan segera gadis itu membereskan barang-barangnya yang berserakkan diatas kasur. Gadis itu pikir, Kevin akan melakukan hal bodoh dari gelagatnya yang aneh. Untungnya lelaki itu justru menghilang dibalik pintu.










LüstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang