Jangan lupa vote+comment! 💕Warn: Chapter ini cukup panjang, semoga kalian nggak bosen! Bahasa campur aduk dan kalimat umpatan berseliweran dimana².
Arkevin Sadewa, dibalik keterdiamannya, lelaki itu punya alasan cukup miris yang tak ingin ia ceritakan pada siapapun, sekalipun pada langit senja yang selalu digadang-gadangi sebagai teman paling sempurna untuk menyampaikan luka.
Menurut Kevin, senja tak ada bedanya dengan kisah cinta milik kedua orang tuanya. Hanya sekedar singgah tanpa berniat untuk menetap lama.
Berbeda dengan waktu siang yang bertemankan matahari dan malam yang bertemankan bulan serta bintang, senja tak memiliki apapun untuk sekedar menjadi teman penopang sandar ditengah sepinya batas waktu. Kevin benci itu.
Terlahir sebagai putra semata wayang keluarga berada, orang-orang selalu berpikir jika Kevin memiliki segalanya. Ayah seorang pengusaha, ibu seorang politikus, dan juga harta yang berlimpah ruah. Oh! Jangan lupakan wajah Kevin yang memiliki standar diatas rata-rata.
Tampan dan mapan. Sempurna.
Tapi ada satu hal yang tak mereka perhatikan. Tidak seperti anak tunggal kaya raya kebanyakan, Kevin nyatanya tak pernah benar-benar merasakan apa itu cinta dan kasih sayang. Mungkin ia mendapatkan banyak mainan juga segala kebutuhan finansial dan penunjang pendidikannya selalu terpenuhi, namun sayangnya kedua orang tuanya mengabaikan hal paling dasar yang dibutuhkan oleh seorang anak.
Awalnya, Kevin pikir selama ia tak mengeluh, setidaknya orang tuanya akan memujinya, dan perlahan mulai memberikan perhatian kecil.
Tak masalah jika itu hanya sekedar ucapan selamat pagi, atau bahkan sebuah senyum juga usapan kepala sayang. Kevin tak akan protes, justru berterima kasih.
Bukan hanya itu, Kevin bahkan selalu mendapatkan nilai sempurna dengan pikiran jika ia menunjukkan rapornya, maka orang tuanya akan segera mengajak Kevin menghabiskan waktu bersama seperti layaknya keluarga pada umumnya. Kevin terus diam, bersikap lebih dewasa ketimbang anak seumurannya yang selalu mengeluh juga merengek, berharap orang tuanya akan bangga karena memiliki anak yang begitu baik juga pandai memahami situasi.
Kevin terus berdiam diri, berharap segala keterdiamannya nanti akan mendapat imbalan yang setimpal. Hingga akhirnya kenyataan yang menghantam keras hatinya lah yang ia dapatkan.
Saat itu Kevin masih berusia 15 tahun, seorang murid kelas 3 SMP yang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UN, ketika orang tuanya memberi tahu jika mereka akan bercerai demi kebaikan bersama. Perasaan Kevin? Jelas hancur. Ia bahkan belum pernah benar-benar merasakan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. Mungkin ayahnya akhir-akhir ini menunjukkan sikap pedulinya, tapi ibunya? Wanita itu justru tetap terlihat santai, padahal wajah Kevin sudah sangat merah, dan matanya berusaha keras untuk menahan air mata yang berusaha menyeruak keluar. Tapi, alih-alih mengajukan protes, Kevin justru tetap menutup mulutnya rapat-rapat bersamaan dengan lukanya yang menganga lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lüst
FanfictionHubungan saudara tiri biasanya akan disangkut pautkan dengan ketidak akraban dan rasa benci. Tapi bagaimana jika dalam hubungan saudara tiri kali ini justru tersangkut pada sebuah perasaan juga hubungan yang diragukan kelanjutannya? WARNING: You ent...