Prolog

127 61 45
                                    

Pertemuan ini bukanlah sebuah bencana, tapi anugerah dari Tuhan untukku. Tentang  bagaimana  aku bisa meluluhkanmu, membuatmu tersenyum meski sulit. 

~   Cahaya Mentari  ~ 

💝💝💝💝💝


Cahaya Mentari, namanya. Orangnya cantik dan super smart. Gadis itu terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya penjual tukang sayur keliling, ibunya telah lama meninggal sejak dirinya usia 3 tahun. Sekarang gadis jelita itu telah berusia 17 tahun dan menjadi sosok gadis yang murah senyum. 


Meskipun kehidupan Cahaya tidak seperti teman-temannya yang lain, ia tetap mensyukurinya. Sekali pun ia tidak pernah mengeluh atas apa yang sedang menimpa dirinya dan keluarganya. Setiap harinya gadis itu selalu ceria, tersenyum cerah secerah mentari dipagi hari. Baginya, mengeluh adalah hal yang kurang baik  dan sering kali seorang Cahaya berpikir pada beberapa manusia di luaran sana. Yang mungkin tidak sebaik dan seberuntung dirinya. Jangankan bersekolah di sekolah favorit, bisa makan saja mereka mungkin sulit. 


Cahaya memiliki sahabat setianya bernama Reina Sekar Ayu. Reina sendiri berasal dari keluarga terpandang. Akan tetapi, keadaannya yang sedikit cupu membuat semua orang tidak ada yang mau menjadi sahabatnya. 


Suatu hari, Cahaya dan Reina berlari-lari kecil lantaran mereka berdua baru saja mendapatkan kabar bahagia, Cahaya diperbolehkan untuk menginap di rumah Reina oleh ayahnya. Dan, itu menjadikannya menari-nari kegirangan lantaran selama ini, sejak kecil hingga sekarang gadis itu tak pernah sekali pun keluar rumah setelah pulang sekolah. 

Pagi hari,  pertama masuk sekolah setelah libur akhir pekan, Cahaya berlari-lari kecil sembari membawa satu es krim cornetto rasa coklat. Reina sudah memperingatkan agar sahabatnya itu berhenti bertingkah layaknya anak kecil. 


Namun gadis itu tak mendengarkan gurauan sahabatnya, sehingga tepat di depan pintu sekolah. Tanpa sengaja Cahaya menabrak seorang pria tinggi, berambut galing. Dan es krim yang dibawanya mengenai baju pria itu. Kini, seragam putihnya kotor karena ulahnya. 


Reina menepuk jidatnya sendiri, ia berniat menarik sahabatnya agar bisa menjauhi pria yang dikenal oleh Reina 'si manusia salju'. Sejujurnya, Cahaya sendiri pernah mendengar ungkapan tersebut. Namun selama ini ia tak memedulikan hal itu. 


Pria --- si manusia salju mencengkeram lengan Cahaya. 

"Aduh, mati dah," gumam Reina. 

"Mati? Mati kenapa, Rein?" tanya Cahaya. 

Cahaya ditarik oleh pria si manusia salju, gadis itu hampir saja terjatuh namun berhasil ditahan olehnya. 

Ini cowok, jutek amat, ya. Tapi … lumayan juga sih, ganteng, pokoknya gue harus bisa dapetin dia. Bodo ah, mau marah atau apa juga, batinnya berbisik. 

Tak lama kemudian, pria itu melepaskan pelukannya dan Cahaya terjatuh ke lantai. "Aw, sakit," rintihnya. Cahaya bangkit lalu menatap wajah pria dingin itu. 

Sementara kedua temannya yang berada di belakang, menertawakan Cahaya yang mengaduh kesakitan. 

"Kenapa? Lo mau marah? Marah aja noh ama tembok," sahut Pria itu. 

"Bapaknya jutek amat sih, senyum dikit napa," goda Cahaya. Ia tak lupa mengusap roknya juga  tangan kirinya yang kesakitan, tetapi wajahnya terlihat bahagia, seolah-olah tidak terjadi sesuatu kepadanya. 

"Berhubung lo dah rusak mood pagi gue. Lo ikut gue sekarang," ajak pria itu, sambil menarik tangan Cahaya. Ia tidak memedulikan jika sang gadis merintih kesakitan. 

"Eh-eh, lo mau bawa gue ke mana? Enggak, lepasin, gue gak akan ikut ama bapaknya sebelum kita kenalan dulu, kali. Lama sekolah di sini, tapi gue gak pernah tau nama lo." 

Pria itu hanya menatap sinis Cahaya. 



               ○○○○000 Bersambung 000 ○○○○○




Cahaya & Bintang  [ Telah Terbit☑ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang