Empat

56 30 142
                                    

Kau tahu? Tanpa cahaya, Bintang tak mungkin bersinar terang. Saat ini, Bintang semakin kehilangan cahayanya. Itu karena, semenjak kamu menghilang akhir-akhir ini. Aku bingung, ke mana harus mencari cahayaku ini? Mungkinkah selamanya Bintang tak dapat menemukan sinarnya? 

"Argh! Di mana, sih, itu cewek? Sumpah, lama-lama gua gila kalo terus  begini!" dengkusnya. Saat duduk di kursi halaman sekolah. 

Tiga hari setelah Bintang mengantar Cassandra pulang ke rumah. Selama itu pula pria salju itu tak dapat menemukan Cahaya. Gadis tersebut seolah menghilang begitu saja.  Dalam pikiran Bintang berkecamuk, apakah mungkin Cahaya menyerah untuk mendapatkannya? Padahal saat itu ia sungguh berharap mereka dapat bertemu, senyum hangat yang biasa ditorehkan oleh sang mentari hati membuat rindu seakan membelenggu jiwanya. 

"Eh, Bro. Lo kenapa sih, akhir-akhir ini demen banget ngelamun? Bahkan nih ye, kalo gua perhatiin lo lagi cari seseorang, siapa?" tanya Dimas. 

Dimas sendiri merupakan teman baiknya,  sering kali anak-anak lain memanggilnya'si Kembar'.  Akan tetapi, Bintang tak pernah menganggapnya seperti orang lain. Meski terkesan dingin, ia tak pernah membeda-bedakan kawannya. Memiliki ketampanan yang tak kalah sempurna di bandingkan dengan Bintang, jika keduanya tengah bersama mereka terlihat bagai saudara kembar yang terpisah. Entahlah, semua orang mengatakan begitu. 

"Tang, setidaknya kalo lo lagi ada masalah ceritalah sama gue. Kali aja bisa bantu atau apa gitu?" tanya Dimas sekali lagi. "Atau … lo lagi cari Cahaya, ya?" 

"Nah, itu lo tahu. Kalo lo tahu, ngapain nanya sama gua. Bego!" ketus Bintang memelototi Dimas. 

"Ye … kan gue cuma nebak, kagak tau kalo lo lagi mikir itu," balas Dimas sinis. 

Suasana di hari kamis untuk orang manis seperti Bintang saat itu lumayan cerah, tetapi melihat langit biru yang terhalang oleh awan hitam, menjadikan keindahan tersebut tak lagi sempurna. Sama halnya seperti yang tengah dirasakan Bintang saat ini. 

Bintang meninggalkan Dimas di halaman sekolah dan masuk ke dalam. Semakin lama ia mencari, gadis itu kian sulit ditemui. 

"Eh, Tang. Lo ngapain, sih, pake cariin si cewek miskin itu? Udah bagus ada Cassandra. Iya, gak? Napa mesti cari dia?" sahut anak perempuan sekelasnya. 

"Mungkin si Bintang berhasil kena peletnya si Cahaya kali, jadi dia kek orang gila gitu," sambung teman prianya, sembari tertawa kegirangan. Sekumpulan orang yang berada di dekat mading hingga ke atas sibuk membicarakan Bintang yang tiba-tiba saja mencari Cahaya.

Di sela-sela pencariannya, ia menemukan salah satu kawan pria seangkatannya mengejek Cahaya dengan kata-kata tak sepantasnya. Ya, mungkin dari sekian murid di SMA Persada Cemerlang ini, dialah yang berhasil menyulut emosinya, hingga berakhir pada sebuah pertengkaran hebat. Semua siswa-siswi menonton perkelahian antara Bintang dan Lautan. Mereka tak segan-segan saling memukul menggunakan sabuk masing-masing, kericuhan pun kian merajalela. 


Seseorang memanggil Dimas. Pria satu itu masih setia berdiam diri di sana bak enggan sekali meninggalkan tempat itu. Akan tetapi, begitu mendengar Bintang sedang bertengkar dengan Lautan, gegas dia berlari menuju sahabatnya. 

"Astaga, Bintang! Bintang-Bintang, stop! Ayo ikut gua," kata Dimas kala dia melihat sahabatnya babak belur oleh Lautan. 

Semula Bintang tak mau menuruti ajakan Dimas, tetapi karena dirinya sudah lemah akhirnya mengalah. Para siswa dan siswi berhamburan masuk kelas di saat guru masing-masing datang. Sementara, Dimas meminta izin kepada Bu Anita agar dirinya bisa membawa Bintang ke UKS. 

Cahaya & Bintang  [ Telah Terbit☑ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang