Satu

113 66 264
                                    

Mengenalmu memang inginku, tapi mencintaimu itu di luar akal sadarku.

~   Cahaya Mentari  ~ 

Tatapanmu begitu dingin kepada dia yang tengah gersang setelah pagi-pagi buta membantu sang ayah berjualan sayur. Namun, sang gadis berusaha memberikan kehangatan padanya agar tidak kedinginan. Kala mentari mulai bersinar semakin tinggi, saat itulah sesosok gadis bernama Cahaya telah membuat suasana pria itu menjadi buruk.  Ya, Cahaya Mentari, gadis yang sepuluh menit lalu menabrak seorang pria tinggi dan tak sengaja menumpahkan es krim ke bajunya. 

Sekarang dia sedang menatapnya, lalu meninggalkan Cahaya di pinggir dekat lapangan setelah ia membawanya ke sana. Akan tetapi, Cahaya mengejar pria tersebut  dan meminta maaf atas kesalahannya karena telah mengotori pakaiannya. 

Ia diabaikan, pria itu meninggalkannya dan melepaskan genggaman tangannya. Hm … itu cowok nyebelin juga, batinnya. "Tunggu!" teriak Cahaya. 

Pria itu terus melangkah menuju ke kelas tanpa memedulikan teriakan Cahaya. Padahal niat hati cuma ingin meminta maaf dan mengetahui siapa namanya dari mulut pria berambut ikal. Hampir 3 tahun sekolah di SMA Persada Cemerlang, Cahaya belum hafal namanya. Yang ada di dalam ingatannya hanyalah 'si manusia salju'. Orang memanggilnya dengan sebutan itu. 

Ketika sampai di dekat mading tepatnya di dekat kelas 10 IPA-1, Cahaya menghentikan langkahnya dan mencegah pria itu agar tidak pergi dulu. 

Cahaya merasa bahwa saat ini ada sesuatu  yang mengganggu hati dan pikirannya. Tentang rasa ingin tahu terhadap seseorang yang menurutnya menarik untuk diulik, maka tidak segan-segan gadis itu terus mencari tahu hingga rasa penasaran tersebut hilang dari dirinya. 

"Lo mau apa sih, sebenarnya? Apa gak cukup lo numpahin es krim ke baju gue, apa sekarang lo mau numpahin sampah juga?" tanyanya. Satu kakinya dinaikkan ke kursi, sedangkan tangan kirinya berada di tumpuan kakinya itu. 

Sekali lagi, mata besar nan coklat menatap Cahaya, gadis itu balas menatapnya santai. 

"Tenang aja kali, Bapaknya ketus amat si …." 

"Nama gua Bintang, Bintang Putra Dewa, bukan bapak-bapak. Emang lu pikir gua bapak-bapak penjual gorengan apa," potong Bintang cepat. 

"Nah, gitu dong, kan  cakep. Dari tadi kek napa, jadi gue gak usah ngejar lo ampe lari-lari. Cape 'kan jadinya," keluh Cahaya sambil duduk di dekat kaki Bintang. 

Bintang Putra Dewa, pria super top di sekolah SMA Persada Cemerlang. Memiliki segudang prestasi, terlahir dari keluarga berada, terbukti setiap harinya selalu memakai ninja merah dan Pakaiannya rapih. 

Namun, dibalik segala yang dimilikinya. Bintang tak pernah sekali pun tersenyum kepada orang lain, bahkan terhadap kedua kawannya pun tetap bersikap datar. Bintang menatap Cahaya, "aneh lo, dasar."

"Aneh apanya? Enggak ada yang aneh kok, sama gue," ucap Cahaya. Ia berdiri dari tempat duduknya dan hendak meninggalkan Bintang. 

"Lo ngejar gue cuma buat pengin tahu nama gue doang?" tanya Bintang. Ia memegang tangan Cahaya dan memintanya untuk duduk kembali. 

Bintang sangat tidak menyukai jika ada seseorang yang berbicara  tidak jelas, di saat itu pula ia meminta orang itu mengatakan apa tujuannya. Termasuk kepada Cahaya. 

Duh, kok perasaan gue deg-degan, ya. Apa gue suka sama dia, tapi gak mungkin lah, gumamnya dalam hati. 

Cahaya termenung, bergeming. Netranya melihat Bintang, pikirannya membayangkan sesuatu yang membuat dirinya tersenyum. Bahkan ia tak menyadari jika Reina dan kedua kawan Bintang ada di tengah-tengah mereka. 

Cahaya & Bintang  [ Telah Terbit☑ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang