BAGIAN#20 CERITA WINDI

25 0 0
                                    


Setelah kami sampai ditempat bakar-bakar ikan, kami sangat terkejut. Ada Pak Agus, Bu Fatima istri Pak Agus, ada Nadia, Nia dan Windi. Pak Agus, Nia dan Windi sedang membakar ikan. Sementara Nadia dan ibunya membuat sambal. Dadaku berdebar kencang melihat Nadia ada di sini tiba-tiba. Dia menatapku dengan tatapan bahagia. Senyumnya mengembang.

"Eh, Pak Agus dan Ibu!" kata kami.

Kami menyalami Pak Agus dan istrinya.

"Mas, aku ganti yang bakar tadi bersama Mbak Windi dan kedua anakku!"

Ya, Pak makasih!"

"Kok sampai sini ada apa, Pak?"

"Pas kebetulan kami libur. Ana-anak mengajak ke Pati. Yo, wes kita go to Pati.

"Tadi ada apa kok ditinggal bakar-bakarnya?"

"Ipung dimasuki salah satu makhluk penunggu sini, Pak!"

"Terus gimana?"

"Alhamdulillah, mau keluar."

"Alhamdulillahnya lagi, Ipung tidak sampai dibawa masuk ke dalam air, Pak!"

"Alhamdulillah ya. ya, orang baik itu pasti ditolong Allah."

"Mas, sudah matang semua. Sambalnya ini proses!" kata Nia sambil menatapku.

"Sambalnya juga udah jadi Mas!" kata Nadia

Senyumnya mengembang. Membuat aku hampir salah tingkah. Tatapan matanya sampai menusuk hatiku.

"Ya, Makasih Dea." Jawabku.

Aku tangkap tatapan gadis itu. Senyum kami pecah. gadis itu tersipu.

"Sama-sama Mas!" katanya tampak manja.

"Ehem, ehemmm.., ehem ..! keselek aku, mana air minum!" teriak Ipung.

"Oh, ini Pung!" kata Habib mengejekku.

Aku tahu Ipung dan Habib menggodaku. Aku alihkan pandanganku ke waduk. Sementara Nadia mengalihkan pandangannya ke gunung. Aku menerawang. Betul aku menatap air waduk tapi hatiku masih mengingat tatapan mata dan senyum Nadia.

"Pak Agus kok ke sini?" tanya Ipung.

Aku tahu siasat Ipung. Dia mau menunjukkan kalau ada Pak Agus.

"Ya, aku mengajak liburan ke Pati.

"Mampir ke Trangkil Pak?"

:Insyaallah kalau ada waktu ya!"

"Siap Pak!"

"Mas, Arkiyan Bapak Kamu ada di rumah kan...?"

"Di rumah, Pak. "

"Insyaallah aku akan silaturohmi ke sana. Karena kita sudah lama tidak ketemu!"

"Ya, Pak! Tapi ikut makan dulu Pak!" pintaku.

"Ini ngusir secara halus Pak!" teriak Habib.

"Ha ha ha ha...!" Pak Agus tertawa.

Mungkin Pak Agus belum tahu kalau aku dan Nadia ada hubungan.

"Sambalnya sudah siap, Mas!"teriak Nadia.

"Oh, ya makasih Mbak, yuk kita makan!" teriak Komar.

Komar ini biasanya yang membuat bumbu dan masalah persambelan jika kami bakaran. Komar ini juru masak andalan kami. dia bisa segala bumbu masakan. Racikan tangannya enak.

"Makasih ya, Dea, malah jadi grepotin Kamu!" kataku.

"Nggak Mas a!"

"Pak Agus yuk kita makan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GADIS MALAM SATU SUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang