BAGIAN 15 DIDATANGI LELUHUR

234 8 8
                                    


"Pung....Pung! Pung...Pung....!" panggilku karena kulihat Ipung diam sejak tadi, "Pung...!" panggilku lagi.

Ipung tetap diam dengan posisi. Dia tidak menghiraukan panggilanku. Biasanya dalam acara seperti ini kalau dia diam, pertanda ada makhluk halus yang masuk tubuhnya.

"Pung....!" panggil Komar, tetapi Ipung tetap diam.

"Assalamualaikum...!" ucap Ipung dengan mata terpejam.

"Waalaikum salaam!" jawab kami berbarengan.

"Jenengan sinten, Mbah?" tanyaku.

Tetapi, makhluk yang masuk tubuh Ipung diam. Dia hanya tersenyum. Sorot matanya diarahkan kepada kami, satu persatu.

"Mbah, Jenengan sinten?" tanya Tando mengulangi pertanyaanku.

"Iki seng loro, sopo?" tanya makhluk yang masuk tubuh Ipung itu.

"Istri Pak Agus Mbah!" kataku sambil menunjuk istri Pak Agus.

"Mana orangnya?" tanyanya lagi.

"Itu di depan Panjenengan...!" kataku karena posisi istri Pak Agus persis di depan Ipung.

"Sini, Nduk!" perintahnya.

Istri Pak Agus menatapku. Dia kelihatan bingung tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Antara maju mendekat atau diam ditempat. Lagi pula dia takut dengan makhluk yang masuk tubuh Ipung itu. Mungkin karena dia belum pernah mengalami hal seperti ini.

"Monggo Bu, Jenengan mendekat...!" perintahku.

Dengan agak ragu-ragu istri Pak Agus mendekati Ipung.

"Mana tanganmu, Nduk?"

Istri Pak Agus menatapku lagi. Seolah ingin bertanya apa yang harus diperbuat.

"Ulurkan tangan, Bu....!" perintahku seolah aku mendalami batinnya.

Istri Pak Agus menurut perintahku. Dengan perlahan tangan kanannya diulurkan ke depan Ipung.

"Ndi Nduk, tanganmu?"

"Ini, Mbah...!"

Makhluk itu menangkap tangan istri Pak Agus. Sesaat makhluk itu diam. Kayak ada sesuatu yang dicarinya dalam tubuh istri Pak Agus. Setelah ditemukan apa yang dicari, dia mengangguk-angguk.

"Pripun, MBah?" tanyaku.

"Ya, benar....!" kata makhluk itu sambil mengangguk-angguk lagi.

"Ada apa,Mbah?" tanyaku lagi.

"Dalam tuhuh bocah ini ada aliran darahku! Perempuan ini turunku!" katanya.

"Jenengan sinten, Mbah?" tanya Komar.

"Tepangno, yo! Aku salah satu dari leluhur cah wedok iki! Aku datang ke sini mewakili para leluhurnya bocah wadon ini! Aku matur nuwun yo Le, Kamu bisa memepertemukan aku dengan cucuku!"

"Sami-sami, Mbah...!" jawabku, tando dan komar.

"Siapa, Mas?" tanya Pak Agus setengah berbisik. Walau posisiku agak jauh namun aku paham apa maksud pertanyaan Pak Agus.

"Leluhurnya, istri jenengan Pak!" teriakku lirih.

"O..., ya, ya, ya!" jawab Pak Agus dengan menggerakkanmukanya.

"Mbah...!" kataku.

"Apa, Le!"

"Jenengan punya nama, siapa?" tanyaku.

"Panggil saja aku, si Mbah, Le!"

"O...geh, Mbah!" jawabku.

"Jenengan lihat, Mbah! Dalam tubuh ibu ini apa masih ada yang gangggu?" tanya komar.

GADIS MALAM SATU SUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang